(CHAPTER 6)

128 8 0
                                    

Entahlah sejak kejadian sore tadi aku masih memikirkannya, mengapa? aku juga belum mengerti. aku melihat kearah jam dinding dikamarku menunjukkan pukul 23:20 aku mendengus lalu beranjak pergi dari kamarku. berniat untuk ke ruang tengah saja.

Sesampai diruang tengah aku melihat abangku yang tengah sibuk dengan pekerjaannya lalu aku menghampirinya.

"Abang, kok belum tidur?" tanyaku,
Ia pun menoleh kearahku dengan cepat, sepertinya agak kaget dengan kehadiranku yang tiba-tiba.
"Kamu sendiri kok belum tidur?" tanyanya balik, membuatku mendengus.
"Cinta nggak bisa tidur" sahutku.
"Kamu besok sekolah, sana tidur" suruhnya dengan tatapan datar, aku melihat wajah abangku yang sudah kusut seperti kecapean sepertinya.

"Iya, abang juga tidur sana" suruhku balik, namun ia masih mengerjakan pekerjaannya.
"Kalo abang mah gampang, kamu tidur sana" ucapnya, dengan tidak menatapku melainkan mengerjakan tugasnya dilaptopnya.
"Iyadeh, abang jangan terlalu malam tidurnya ya" nasehatku sebelum beranjak kembali ke kamarku.
"Iya" ucapnya.

Aku pun dengan terpaksa kembali kekamarku, membaringkan tubuhku diranjang dan memilih tidur saja.

***

Keesokan harinya...

Hari ini aku berangkat sekolah terlalu pagi kelihatannya, karena abangku buru-buru untuk pergi kekantornya, aku sudah menolaknya namun abangku memaksaku agar berangkat dengannya.

Taklama kemudian mobil abangku pun berhenti tepat didepan pagar sekolahku, aku menyalaminya dan berpamitan.

Aku hanya bisa melihat mobil abangku yang sudah menjauh, aku menatapnya dengan masam, lalu beranjak ke kelas melewati koridor, aku mempercepat langkahku.

Sesampai dikelas aku sedikit mengeluh karena masih tidak ada satupun siswa yang datang membuatku boring agak lama. hingga pintu kelas pun terbuka, aku refleks menatapnya dan ternyata Rangga.

Ia tersenyum kearahku lalu menghampiriku.

"Tumben pagi?" tanyanya.
"Iya pengen aja" ucapku.
Ia pun duduk disampingku, aku refleks menegoknya dengan cepat, aku membiarkannya saja.
"Aku mau ngomong sesuatu nih" ucapnya dengan sedikit memasang wajah serius.
"Apa?" tanyaku.
"Aku suka sama kamu"

Aku kaget bukan main.
"Lo gila ya?" ucapku, masih tidak percaya dengan ucapannya.
"Iya, gue gila sama lo"
Aku masih tidak mengerti dengan Rangga, menurutku dia sinting!
"Maaf Ga, lo tau kan Rani suka sama lo? ucapku mengingatkannya.
"Gue nggak suka sama Rani" sahutnya dengan santai. "Mau ya, jadi pacar gue?" sambungnya.
"Maaf Ga gu—"

Emosiku naik, ia memotong ucapanku lalu memelukku dan mengepal tanganku dengan kasar, dengan cepat aku mendorongnya dengan kasar lalu berlari ke luar kelas.

Kejadian yang sangat memalukan, aku merasa ini tidak benar. sedikit aku meneteskan air mataku.

BRAKK

Karena terburu-buru membuatku menabrak sosok pria, dan ia Brian.
aku menatapnya sejenak, lalu melanjutkan lariku, aku tidak peduli ia melihatku dengan wajah kusut dan rambut yang sedikit berantakan.

Aku menghentikan langkahku yang saat ini sedang berada didepan gudang sekolah. tangisanku masih saja berlanjut.

Aku kaget melihat sebuah 1pack tisu yang diulurkan kepadaku, aku pun mengarah ke arah seseorang pria yang mematung dihadapanku.

"Ambil, nangis sepuasnya" ucapnya, membuatku menatapnya dengan tajam, Ya ia Brian.
Aku mengambilnya dengan kasar, tanpa bersuara sedikitpun namun ia semakin mendekat dan duduk disampingku.
"Ngapain kakak ngejar aku?" ucapku.
"Gue kan udah bilang, gue paling tidak suka dengan tangisan" sahutnya.
"Lagian aku bukan siapa-siapanya kakak, jadi nggak usah sok peduli" ketusku.
"Iya, untuk sekarang" ucapnya dengan santai.

Aku menaikkan sebelah alisku, "Maksud kakak apa?"
"Gue bakalan nyelesaikan masalah lo" ucapnya lalu pergi dari hadapanku.
Aku hanya bisa melihat pundaknya yang sudah menjauh.

Aku pun mencerna perkataannya yang tidak aku mengerti.

"Apa maksud dia?"

***

Yeayy update!
Next g?

CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang