Di sekolah
"Yuuu ke kelas" Kenara mengangkat pengait tas belakang Yoceline setelah mereka menuruni motor Kenara.
"Ini ngapain? Kamu kira aku kucing?" Yoceline menoleh ke belakang.
"Dih, situ yang nyadar. Lagian ngapain bawa tas berat kayak gini? Makin bocil nanti" Sepagi ini mereka udah debat.
"Ya kali harus bawa koper ke sekolah" Yoceline sewot
"Udah diem, aku bantu angkat. Maju kita ke kelas". Akhirnya mereka menuju kelas dengan Kenara yang menenteng kaitan tas Yoceline dari belakang.
Sesampainya di depan kelas X-MIPA 2 Kenara melepaskan genggamannya pada kaitan tas Yoceline "Kenapa bongkok-bongkok gitu?" tanya Rayas.
"Berat" Jawab Yoceline disertai dengan cengiran, rupanya ia baru menyadari beban yang menempel pada punggungnya 'ternyata si Ken Arok berjasa juga'.
"Baru nyadar? Jangan lupa bilang apa?"
"Iya makasih banyak Ken Arok yang hari ini lebih ganteng 1%, udah sana pergi ke habitatmu!" Yoceline mendorong Kenara, bermaksud mengusirnya.
Takdir memang sedang tidak berpihak kepada mereka pada saat pembagian kelas, Yoceline berada di kelas X-MIPA 2 sementara Kenara masuk X-MIPA 5 padahal ia berharap masuk kelas IPS. Untungnya Yoceline mendapat teman yang 'nyambung' dengannya yaitu Untari. Yoceline memang orang yang mudah bergaul, tetapi menemukan orang yang pas untuk dijadikan sahabat dekat rasanya sulit dan tanpa sahabat dekat dia takkan nyaman berada di suatu perkumpulan, di sini peran sahabat bukan hanya kawan untuk menemani di saat sepi namun juga faktor yang mempengaruhi suasana hati.
"Yaampun itu tas, kamu diusir dari rumah?" Untari mulai heboh saat Yoceline menaruh tasnya di samping kursinya.
Yoceline memutar bola mata "Ya resiko lah buku perpustakaan belum dikembaliin dari sejak masuk buat pemeriksaan, ya mending terlambat daripada enggak" ia mengeluarkan buku paket yang jumlahnya banyak karena tas-nya yang terlalu penuh menghabiskan porsi duduk pada kursinya.
"Menurut aku lebih baik enggak daripada telat deh, serius" Untari seperti memberi wejangan.
"Emang kenapa? Penjaga perpus aja gak peduli mau bukunya dikembaliin atau enggak"
"Tapi penjaga perpusnya udah ganti, yang kemaren bagiin buku paket ke kita udah pensiun" Mendengar info dari Untari, Yoceline masih bersikap bodo amat, dia belum tahu bagaimana perangai penjaga perpustakaan yang baru.
"Yaudah, aku mau ngembaliin buku dulu, sekalian mau kenalan sama penjaga perpus yang baru" ucap Yoceline enteng.
"Ya Allah semoga temanku yang satu ini bisa keluar perpus dengan raga yang utuh Aamiin" Untari merapalkan do'a melihat kepergian Yoceline.
Di Perpustakaan
"Selamat pagi pak" Yoceline menyapa penjaga perpustakaan yang wajahnya tertutup buku yang ia baca.
"Eh Bu..." Yoceline salah tingkah saat menyadari bahwa penjaga perpustakaan yang baru adalah wanita.
"Ada perlu apa kamu kesini?" tanya sang penjaga perpustakaan dengan nada ketus.
"Ini Bu, saya mau memperpanjang masa peminjaman buku paket saya" Yoceline menyodorkan buku paket beserta kartu perpustakaannya.
Penjaga perpustakaan yang mengenakan name tag bertuliskan 'Melati' tersebut memeriksa kartu perpustakaan Yoceline "Kamu pikir perpustakaan ini punya om kamu? Seenaknya minjem buku kayak ngupil" melihat keterangan buku Yoceline yang telat dikembalikan tiga bulan membuat Bu Melati tancap gas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia
Teen FictionKenara Bulvhano Virodhio "Kenapa sih gak mau pacaran?, eh iya lupa kamu kan gak laku hahaha" Aku bertanya dengan santai, seakan pertanyaan itu hanya candaan yang biasa kita lontarkan. "Kampret lu, lagian nih ya buat apa pacaran? Orang pacaran...