Membiarkan tubuhnya yang mungil diterpa angin sore, Yoceline berdiri di sisi atap sekolah yang sengaja tidak dilapisi genting karena rencananya akan dibangun lagi ruang kelas di atasnya. Gadis itu tidak berniat bunuh diri hanya merapalkan kalimat “Semoga kelak aku bahagia, semoga aku bisa merelakan semua yang telah dirampas dariku. Aku pasti bisa bahagia lagi, pasti”.
“Bosen hidup? Mati aja sekalian!” Seseorang mendorongnya dari belakang.
“Aaaaaaaaaaa” Yoceline sangat terkejut, ia hampir terjun ke bawah tapi pinggangnya ditangkap kembali oleh pelaku keterkejutannya Kenara, kejahilannya sudah mencapai batas maksimal.
“Ken Arok dasar onta gila, kalo aku jatoh, geger otak, koma, mati gimana?” Yoceline mendorong tubuh Kenara lalu menariknya lagi lalu memberi cubitan bertubi-tubi.
“Aw aw, ampuuuun. Kebiasaan kalo nangis pasti nyubit sakit tau gak? Lagian kenapa harus nangis? Hahahaha lebay tau gak?” sebenarnya bukan Yoceline yang lebay, tapi Kenara yang jahilnya keterlaluan.
Yoceline segera menghapus air matanya karena tidak mau terus-menerus diolok-olok Kenara, “Tau darimana aku disini?”“Temen-temen kamu di bawah peka tuh, aku datang langsung ngasih tau kamu di atap, kirain mau bunuh diri eh nyatanya nyamain badan sama tikus” Mulut mereka mungkin tak bisa berhenti saling hujat jika bersama.
“Idih dasar onta gila, pasti ada embel-embel pacar kan? Kenapa sih gak ngelak, tukang ojek aja belagu disebut pacar” Orang yang baru mengenal mereka pasti mengira mereka pacaran (yah saat ini mereka baru memasuki dunia SMA), padahal mereka adalah saudara tanpa ikatan darah.
“Nyantai aja kali, kalo emang gak pacaran kenapa harus sewot? Biarlah netizen memiliki bahan gosip, sesungguhnya gosip mereka tentang kita adalah ladang amal kita di akhirat” Program dakwah yang disetel ibu Kenara setiap pagi agaknya telah merasuki jiwanya.
Yoceline memegang telinga kanan Kenara dan mengucapkan “Sok bijak, gak ada muka alim-alimnya juga” lalu menyeret telinganya “Dah ayo balik!”“Yang ditarik tangan mbak bukan kuping, otak kebawa angin” Kenara mengikuti Yoceline sambil memegangi telinganya yang masih diseret.
**********
“Teh, kang udah ada yang jemput, aku duluan ya” Sesampainya di bawah Yoceline berpamitan kepada jajaran kakak kelas eskulnya dan menyalaminya satu persatu sebagai formalitas sopan santun kepada senior eskul marching band-nya
“Oh yang jemput pacarnya ya, hati-hati, langsung pulang jangan ngaprak (keluyuran) dulu udah mau malem” Kang Reynald, ketua umum memberi wejangan.
“Iih akang, dia bukan pacar aku, cuma temen kecil kok rumahnya juga sebelahan” Yoceline menghentakkan kakinya, jengah dengan tuduhan itu, hancur sudah basa-basinya, memang dengan beberapa kakak kelas ia sudah akrab tapi sebagian lagi yang mungkin gila hormat atau belum akrab menatapnya horor.“Hahaha, iya deh maaf, udah sana pulang dipelototin Teh Yuli tuh” Kang Reynald mengacak rambut Yoceline dan melepas kepergiannya. Fyi Teh Yuli adalah salah satu senior yang kurang menyukai Yoceline karena mudah akrab dengan kakak kelas, ia menilai adik kelas macam itu kurang sopan-santun.
Di pos satpam, Yoceline bertemu dengan Untari, cewek gantar sekaligus teman dekatnya setidaknya sejak masuk SMA “Hey tar, ngapain di pos? Mau jadi selingkuhan Kang Pipin(satpam)?”.
“Enak aja, gak mau ya jadi istri kedua mending kalo kaya”“Jadi kalo kaya mau nih ke Kang Pipin?” goda Yoceline
“Enggak lah! Aku disuruh nunggu Kang Reza, katanya ngajak pulang bareng gak enak kalo nunggu di dalem sama senior” Ritual senior ngemodusin junior mulai berjalan rupanya.
“Ciiee PDKT nih” Untari terlihat malu.
“Iyalah, temen sendiri udah pacaran dari orok masa aku kalah” Untari ganti menggoda Yocel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Utopia
Novela JuvenilKenara Bulvhano Virodhio "Kenapa sih gak mau pacaran?, eh iya lupa kamu kan gak laku hahaha" Aku bertanya dengan santai, seakan pertanyaan itu hanya candaan yang biasa kita lontarkan. "Kampret lu, lagian nih ya buat apa pacaran? Orang pacaran...