35-) Sorry

43 7 5
                                    

A Month Later.

Sejak kejadian itu, Syera menjadi lebih over protective kepada Ashila. Kemanapun gadis itu pergi, Syera selalu berada di sampingnya. Ia tidak ingin lalai lagi, karena Syera sudah menganggap Ashila adalah adiknya sendiri.

"Duh, Syer. Sumpah gue cuma di panggil sama Bu Rahmi. Lo harus kelarin tugas elo disini." ucap Ashila.

"Gak bisa! Kalo lo di culik gimana? Ribet tau gak?!" balas Syera lebih ngotot. Ashila menghela napasnya.

"Syer, gue bukan anak kecil yang harus di ikutin kemanapun. Gue bisa jaga diri gue sendiri kok," tatapan Ashila menjadi lebih serius.

"Oh, jadi lo gak suka di ikutin sama gue? Gitu?" sentak Syera. Suaranya kalah lebih serius di bandingkan Ashila.

Ashila terkejut, "Bukan gitu, Syer! Maksud gue—"

"Sana! gue turun tangan, kalau itu mau lo." Syera kembali duduk dan kembali mengerjakan tugas yang ia belum selesaikan dengan wajah dinginnya.

Ashila menatap Syera sendu, di pastikan jika Syera marah kepadanya. Bukan ia tidak mau di jaga ataupun sebagainya. Syera salah mengartikan saja. Ia tahu maksud Syera itu baik, dia sayang kepada Ashila. Tapi, Ashila pun ingin sendiri sewaktu-waktu.

Percayalah, Ashila benar-benar terkejut dengan respons sang sahabat. Jarang-jarang jika Syera marah hingga segininya, biasanya ia berani menuntut, dan memaksa. Tapi, kali ini Syera mengalah membuat Ashila semakin khawatir.

"Syer," lirih Ashila, ia memegang tangan putih Syera pelan. Namun, di tepis kasar begitu saja.

"Katanya mau pergi? Gak jelas lo!" sentak Syera dan pergi dari kelas entah kemana.

Ashila menatap kelasnya kosong. Ia kembali mengerjapkan mata legam nya. Hingga suara lelaki membuyarkan pikirannya.

"Lo marahan sama Syera?" tanya Ferrel yang kini berjalan mendekati Ashila.

"Enggak kok," lerai Ashila, jari manisnya bergerak menghapus jejak air matanya yang tadi dengan lancang menetes tanpa diminta.

"Oh, ya udah. Gue ke kantin ya." Ferrel menepuk pundak Ashila sekali dan langsung pergi. Sebenarnya Ferrel tahu kok, kalau Ashila berbohong perihal Syera.

Ashila tersenyum kecut. Kaki jenjang nya bergerak menuju Kantor untuk menemui bu Rahmi.

"Permisi bu Rahmi." Ashila mencium telapak tangan bu Rahmi sopan.

"Iya sayang. Lho, kok mata kamu kayak sembab gitu? Kamu kenapa?" tanya Bu Rahmi pelan.

Bu Rahmi adalah salah satu guru yang tidak galak. Ia juga penyayang, di umurnya yang masih muda, dia sudah bekerja sebagai guru di sekolahnya. Bu Rahmi pun terbilang ramah, suaranya yang selalu pelan, membuat siapapun tunduk tanpa diminta. Dan dia adalah guru Kimia. Jangan lupakan satu hal yang sangat mencerminkan Bu Rahmi, Cantik. Semua guru laki-laki di SMA ini pun terpana, apalagi yang belum menikah. Dengan sengaja mereka menggodai Bu Rahmi ini.

"Nggak kenapa-napa kok bu, ohya ada apa ya?" Ashila tertawa kecil.

"Ibu minta tolong ke kamu, untuk bikin surat undangan untuk acara Karnaval nanti." Bu Rahmi tersenyum seraya mengelus rambut halus Ashila lembut.

Ashila mengangguk mantap. "Iya bu,"

"Kalau kamu kesulitan. Minta tolong sama pacar kamu itu," goda bu Rahmi tertawa pelan.

Ashila menunduk malu sambil menutupi pipi nya yang kini memunculkan semburat merah merona.

"Ibu bercanda sayang. Ya udah, intinya gitu aja kok cantik. Tapi ibu serius soal tadi, kalau kamu kesusahan bisa minta tolong Vernan. Ya sayang?"

ASHILA ( Hiatus )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang