Side Story : Buku

82 19 21
                                    

(Ini sebenarnya major spoiler berkedok side story dan ini alurnya agak sedikit jauh dari alur Reticent yang sekarang.)

•~•~•

Pada suatu sore hari di sekret Cendramawa, Krisan dan Esa sedang berbincang ringan. Namun, seringan apapun percakapan keduanya, ekspresi mereka selalu saja serius.

Karena posisi keduanya yang berada di ujung ruangan, para anggota yang ada dalam ruangan tak tahu apa yang sedang dibincangkan oleh ketua dan wakilnya itu, sehingga mereka semua pun mengira Esa dan Krisan sedang merundingkan sesuatu yang sangat gawat. Padahal, mereka hanya sedang membicarakan hal yang sangat receh.

"Kata lu baiknya kita fokus kemana, San? Aktor atau properti?"

"Kita berdua atau seluruh Cendramawa?"

"Kita berdua. Mau fokusin mantau di aktor atau properti?"

"Ya kan gue sutradara, Sa, gue bakal fokus ke aktor sih."

Kemudian mereka berdua sama-sama bersender pada meja dan secara tak sengaja menyenggol tumpukan buku yang berada di atas meja.

"Aih. Kayaknya kita harus punya rak buku deh Sa," usul Krisan.

"Sepertinya begitu. Ayo kita bereskan."

Esa dan Krisan kemudian membereskan buku-buku yang berserakan di lantai, tetapi ada hal yang lucu saat mereka sedang merapikan buku-buku itu. Mereka selalu mengambil buku yang sama dan malah terlihat seperti adegan romantis ala-ala FTV, di mana sang tokoh utama perempuan bertabrakan dengan tokoh utana laki-laki dan kemudian keduanya memungut suatu benda secara bersamaan sambil saling bertatapan.

Untungnya, Esa dan Krisan tidak memakai acara tatap-tatapan romantis. Setelah selesai, kedua manusia itu pun kembali memperdebatkan fokus utama mereka. Sementara keduanya berdebat, beberapa anggota Cendramawa yang melihat kejadian ala-ala FTV tadi segera mengambil foto dari kejadian langka yang sangat-sangat mencengangkan.

Pun ada juga yang hanya diam dan melongo melihat tingkah Esa dan Krisan yang biasa saja setelah melakukan adegan romantis klise. Kini semuanya benar-benar yakin bahwa apa yang diperdebatkan Esa dan Krisan adalah hal yang sangat gawat setelah melihat keduanya tetap biasa saja.

***

"Sa," panggil Krisan.

"Hmmm?"

"Lu sadar gak sih, pas tadi kita beresin buku, kita ngambil bukunya barengan?"

"Iya, emang kenapa San?" tanya Esa dengan polosnya.

"Kita kayak di FTV atau di film gitu-gitu."

"Oh iya ya. Adegan romantis klise awal mula hubungan tokoh utama cewek sama tokoh utama cowok kan?"

"Iya."

Esa hanya mengangguk-angguk dan keduanya pun kembali tenggelam dalam evaluasi latihan rutin.

Seperti deja vu, seluruh anggota yang menyaksikan keduanya hanya dapat menatap bingung ketua dan wakil ketua Teater Cendramawa itu karena hanya mereka berdua lah yang bisa secara random membahas hal sepele ketika sedang evaluasi, dengan kondisi seluruh anggota sedang memperhatikan keduanya dengan serius.

***

Reticent ; Ubi amor, ibi dolorWhere stories live. Discover now