~Pondok pesantren banyak sekali yang menjulukinya dengan sebutan penjara suci.
Sasha mungkin tidak lagi menjadi gadis kecil karena ia telah beranjak Sekolah Menengah Pertama. Di Pesantren ia memiliki banyak teman, tapi sangat disayangkan kebaikan hati Sasha selalu di manfaatkan oleh orang-orang yang memiliki keegoisan tinggi.
Aku tak pernah mencoba untuk memilah dan memilih teman. Karena yang ku tahu kita berhak untuk berteman dengan siapa saja. Asal kita dapat memilah sikap apa yang harus kita tiru dan kita tidak tiru.
Sasha memang bukan satu satunya anak yang di manfaatkan oleh orang-orang yang memiliki keegoisan tinggi. Sasha bisa dikatakan kategori salah satu anak yang pendiam, pemalu, dan begitu patuh akan yang diperintahkan oleh kakak kelas nya atau temannya sewaktu di pondok.
Tapi, hal itu semua merupakan adaptasi awal dari kehidupan Sasha di pondok pesantrennya. Memang butuh proses dalam beradaptasi dan itu tidaklah mudah, ditambah lagi di pondok pesantren pun memiliki aturan berbagai macam, apabila kita melanggar pasti saja akan ada saja hukuman yang berbagai rupa.
Tapi itu tidaklah membuat patah semangat bagi seorang Sasha. Ia menangis tapi bukan berarti ia tidak kuat untuk berjuang di pesantren.
Terkadang semua orang memiliki rasa pengendalian emosi secara berbeda-beda untuk menenangkan hatinya masing-masing. Jadi, tak heran salah satu alternatif bagi seorang Sasha adalah menangis. Ketika tangisan itu pecah. Seakan akan pula masalah itu keluar dari hati dan pikiran kita. Beban yang dipikul terasa lebih ringan.
Bersekolah di pondok pesantren mungkin bukanlah kebebasan. Arti sesungguhnya bagi seorang Sasha dalam mengenal kata kebebasan adalah kamu dapat bebas mengeluarkan masalah yang ada di hidupmu. Memang di setiap kehidupan seorang insan pasti akan ada suatu masalah, tergantung diri masing-masing bagaimana ia menyelesaikannya untuk menemukan kebebasan yang ingin ia gapai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebohongan Dibalik Senyumanku
Teen FictionHidupku berasa di sebuah tekanan. Iya aku memang bodoh, anak yang menyusahkan, tidak berpikiran panjang. Silahkan bandingkan aku dengan anak-anak yang lain. Aku tak berhak untuk hidup. Apa harus semua itu diawali dengan sebuah emosional? Ya, aku hid...