Dua

261 23 45
                                    

SINCERITY •
AMELIA & LADYNA

***

"Kai, apa bener ini tempatnya?" tanya Pandu sembari melihat sebuah gedung besar bertuliskan MS Entertaiment yang berada di hadapan mereka.

Gedung bertingkat bak menara menjulang itu terlihat begitu megah dan mewah. Pada bagian bawah, terdapat lobby dan meja resepsionis layaknya hotel berbintang. Bangunan dengan aksen Eropa dimana warna hitam lebih dominan itu sungguh membuat siapa saja kagum jika berada di sana. 

Tepat pada pagi ini, Pandu dan Tirta menemani sahabat mereka untuk melakukan audisi di salah satu entertaiment di bawah naungan Michael Stephenson, seorang influencer asli dari Amerika yang terkenal di Indonesia. Kesukaannya pada musik membawanya membangun sebuah entertaiment besar guna mencari bakat musik generasi muda jaman sekarang.

Selain itu, banyak penyanyi papan atas maupun kelas senior berada di dalam naungan manajemen ini. Dari penyanyi popr n b,  jazz, bahkan penyanyi rock sekali pun. Mereka semua masuk ke dalam kategori penyanyi-penyanyi yang legendaris tanah air yang wajib diapreasi prestasinya.

Oleh karena itulah, Kai berharap wajahnya bisa menjadi salah satu yang dijadikan poster dan dipajang di sepanjang lorong seperti wajah penyanyi-penyanyi yang ada di hadapannya.

"Wah Kai, gue yakin lo bakal jadi bintang besar kalo lolos dari sini!" puji Tirta yang masih kagum melihat interior bangunan MS Entertaiment serta foto-foto para penyanyi yang bergabung disana. 

Kai memegang tas ranselnya dengan kuat. Semangat dan keyakinan dari kedua sahabatnya ini ia jadikan dorongan agar dirinya mampu menampilkan yang terbaik. Apalagi, kedua orang tua Kai juga merestuinya dan akan mendukungnya sampai kapanpun. 

"Permisi, Mbak. Ruang audisi ada di mana ya?" tanya Kai pada salah satu staff yang berada di meja resepsionis. 

"Oh, adik tinggal lurus aja trus belok kanan ya," jawab wanita itu ramah.

Sesuai instruksi dari penjaga resepsionis, Kai dan kedua sahabatnya mulai berjalan ke arah yang ditunjukkan.

Setelah sampai di tempat tujuan, ketiganya langsung membuka mulut lebar-lebar tanpa dipandu. Bagaimana tidak? Lihatlah ribuan perserta yang sedang menunggu ini. Ribuan!

Kai kira hanya dirinya dan beberapa orang saja yang ikut audisi, ternyata lebih banyak dari peserta IMB yang pernah ia ikuti beberapa tahun yang lalu. 

Kai berjalan dengan hati yang berdegup kencang. Rasa minder itu muncul melihat banyak sekali yang akan menjadi pesaingnya di dunia hiburan tanah air. Namun, rangkulan kedua sahabatnya mampu membuat Kai tegar dan yakin bahwa ia bisa melakukan yang terbaik.

"Atas nama Alkaizo Kanaya," kata Kai pada meja administrasi. Beberapa hari yang lalu, sesuai persyaratan, Kai sudah mendaftar secara online di website resmi manajemen itu agar mempermudah peserta sekaligus mempersingkat waktu. 

"Nomer berapa Kai?" tanya Pandu yang sudah mencarikan tempat duduk untuk Kai selama lelaki itu mengambil nomor audisi. 

"Seribu seratus dua puluh empat," jawab Kai sembari menunjukkan nomor peserta kepada kedua sahabatnya. 

"Lengkap amat sebutnya. Tinggal bilang aja 1124," kekeh Tirta.

"Sekarang nomer berapa?"

"Masih nomer 24," 

Tirta menepuk pundak Kai dengan pelan. "Kurang seribu lagi. Gapapa, lo bisa latihan, kita yang jaga di sini,"

Kai tersenyum. Memang kedua temannya begitu pengertian. Mereka bahkan rela menunggu berjam-jam, membelikan makanan untuk Kai, dan menanyakan segala keperluan Kai selama audisi. Sungguh tipikal sahabat sejati.

Sincerity [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang