Happy Reading!
♣♧
Sore ini senja nampak indah. Aku tengah menikmatinya dengan banyak bersyukur sebelum kehadiranmu semenit yang lalu.
"Untuk apa kamu kembali? Untuk menyakitiku lagi? Tak puaskah kamu?" tanyaku dengan nada sengit.
Senyum miringmu tercetak sembari berujar, "Aku hanya ingin mengujimu."
"Ujian macam apa yang kau maksud? Perihal jarak? Perihal waktu? Perihal rindu? Cih! Aku sudah lulus untuk segala tentang itu," tuturku sinis. Aku terlalu lelah jika harus mengurusi perihal kamu. Kamu yang selama ini lebih sering mengabaikanku. Kamu yang hilang tanpa kabar. Kamu yang meninggalkan segala kenangan. Dan kamu yang kembali dengan tanpa rasa bersalah.
"Oh ya?" Wajah pongah dan angkuhmu tak puas dengan jawabanku. Anehnya, aku tak mampu membencimu meski kamu pernah mematahkanku berkali-kali.
"Tentu saja! Kau pikir dari bulan-bulan yang lalu, aku masih saja bilang rindu? Tidak kan?! Kau pikir dari bulan-bulan yang lalu, aku masih mempermasalahkan perihal waktumu? Tidak kan?! Kau pikir dari bulan-bulan yang lalu, aku masih Menunggu segala kabarmu? Tidak kan?!" Kujawab dengan nada tinggi. Demi menutupi hati yang lagi-lagi kamu gores.
Kutarik napas dengan lelah, menyandarkan tubuhku pada tembok yang dingin.
"Kupikir, kamu mengerti. Caraku mencintaimu itu berbeda. Bertahun-tahun aku terus mencoba belajar untuk mengerti dirimu. Kamu yang sibuk dan tak punya banyak waktu untukku. Kamu yang penuh dengan teka-teki yang sulit ku pecahkan sendiri. Kamu dengan segala perangai mu yang masih tak ku pahami."
Kamu diam. Menatapku dengan tatapan yang tak mampu kuartikan.
"Dan sekarang kamu datang untuk mengujiku?" Kutatap kamu sekali lagi,"Jangan pernah berharap lebih pada hubungan kita ini. Itu yang selalu kau katakan padaku, apa kau amnesia?"
"Sekarang aku tau. Kamu tidak bisa jadi dia."
Dia.
Lagi-lagi masa lalumu kamu bawa-bawa. Tidak bisakah kamu tinggalkan masa lalumu! Jika memang tidak, maka jangan membandingkannya denganku.
"Oh, tentu saja! Mana mungkin aku jadi dia yang fisiknya sempurna dan mampu menggoda setiap kaum adam! Kau pikir orang tuaku mendidikku untuk jadi bahan omongan orang? Hiasan club malam? Simpanan para lelaki hidung belang? Oh tidak!"
Mataku menatapmu nyalang, "Aku dididik untuk jadi wanita yang taat agama. Aku dididik untuk jadi sebenar-benarnya wanita. Jadi, jika yang kamu cari adalah wanita yang bisa kamu jajah tiap waktu, itu bukan aku."
Kamu diam, senyummu mengembang tenang.
"Tunggulah esok, akan ku bawa rombongan keluargaku."
"Ap-apa? Apa maksudmu?" Mendadak udara di sekitarku berkurang. Aku tergagap.
"Aku hanya ingin menghapus perihal waktu, jarak dan rindu. Kamu tak perlu risau lagi. Karena kita akan bertemu tiap waktu." Senyum manismu terbit. Bersamaan dengan itu, bibirku membisu. Tak lagi mampu berkata-kata ketika kamu mengecup singkat keningku. Mengacak lembut puncak kepalaku dan berlalu. Meninggalkanku dengan debar jantung yang bertalu-talu.
Bumi, 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerita
Short StorySekumpulan cerita yang dibuat oleh para Admin Perajut Aksara. Let's enjoy the story!