03; a n t l i a //

17 2 0
                                    

•••

//seharusnya memang begini saja; aku yang pelupa dan kamu yang tidak mau tau apa apa.//

📍

Ah Senna, cupu lo! Batinnya berteriak, mengolok-olok dirinya sendiri yang tiba tiba malah gugup setengah mati.

Padahal cewek tomboy itu tidak pernah takut apapun, kecuali gelap. Kepalanya menggeleng sekali dan menghembuskan nafas kasar, ia kemudian menatap datar tanpa minat. Mencoba mengabaikan cowok tampan level dewa di depan matanya.

"Gue cuma mau ngempesin," Kata cewek itu santai sambil mengedikkan kedua bahunya.

Setelah kata itu meluncur dari bibir pink milik Senna, lelaki di belakang mantan gebetan Tari ini mendekat menunjukkan wajahnya yang suram dengan mata yang melotot seolah ingin melompat memakan Senna hidup hidup.

"Cuma?! Woy, lo lagi cari masalah ya?!"

Tama ikut maju mengibaskan tangannya, gerah.

Gibran yang sejak tadi diam mengeratkan cekalannya ketika Senna berusaha melepaskan mencoba menghindar. Tatapan matanya yang tajam mengunci tatapan teduh tapi tegas milik Senna di bawahnya.  Mengisyaratkan cewek itu untuk menjelaskan lebih.

Yang diam diam membuat gelenyar aneh di dada Senna bergejolak tak karuan.

Namun Senna lagi lagi mencoba tak peduli, ia malah memutar bola matanya malas.

"Khawatir amat, gue cuma nepatin dare doang." Gadis itu masih menatap Gibran datar. Dan tanpa aba aba menghempas tangannya lalu menepuk sekali pundak cowok itu kemudian berjalan dengan percaya diri menarik dirinya dari zona ketiganya yang menatapnya dengan raut berbeda beda.

Ternyata ketenangan Senna dengan cepat kembali tanpa repot repot menariknya lagi.

Senyum manis tak lupa juga mengiringi langkah kaki jenjang milik Senna yang putih bersih dengan berbalut kaos kaki hitam pendek. Rambut bawahnya kalau diperhatikan baik baik ternyata dicat namun tak kentara ketika tidak bertemu langsung dengan sinar matahari.

Rambut itu nampak menyala ketika dirinya sampai di luar parkiran dengan cahaya matahari yang bebas menyerang.

Berwarna merah.

Ketiganya lalu sadar bahwa yang mencari gara gara dengan mereka adalah orang yang sering membuat guru BK berteriak kesal.

Tanpa tahu, diam-diam Gibran menyunggingkan senyum miringnya.

Tama yang melongo tolol.

Dan Bobi yang menatapnya terkagum kagum.

📍

19.22 pm

Gibran melangkahkan kaki memasuki apartemen luas miliknya. Melepas sepatu dan melemparnya sembarangan ke pojokan dekat pintu. Tak lama suara gedebuk keras menyusul kemudian.

Menghembuskan nafas lelah dan sesaat menyadari bahwa sekarang ia benar benar sedang lapar. Hidup sendirian disini membuatnya tahu betul bagaimana sunyi dan sepi menyergap tanpa henti. Bahkan bagi Gibran, lama lama berteman dengan keduanya membuat lelaki itu terbiasa.

Tak kaget bila setiap malam pula ia selalu pergi entah itu nongkrong bersama teman temannya maupun melakukan hal lainnya hanya untuk membunuh sepi.

Hanya saja, kali ini ia malas walau hanya untuk keluar sekedar membeli makanan.

Orangtuanya yang tinggal lumayan jauh darinya sebenarnya perhatian dengan Gibran. Namun, Gibran sendiri yang memilih keluar dari lingkup mereka untuk mengejar kebebasan masa remajanya. Walau tak jarang ia merasa rindu disaaat saat tertentu.

Cowok itu memilih mengusap wajahnya kasar dan mencoba melenyapkan rasa sepi yang menggerogoti.

Memutuskan untuk segera beranjak membersihkan diri sebelum mungkin ia akan pergi lagi.

Belum sempat melangkah untuk menuntaskan niatnya membersihkan diri, bel di pintu apartemen berbunyi berkali kali membuatnya berdecak kesal.

Siapa pula yang berani bertamu saat ia saja baru sampai di sini!?

📍📍📍

📍📍📍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
gibran//Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang