"Sejak pagi aku mencarimu, Kakang," kata Rukmini.
"Mau apa?" tanya Rangga.
"Ayah hilang diculik orang," sahut Rukmini.
"Apa...?!" Bukan main terperanjatnya Pendekar Rajawali Sakti mendengar Ki Baruka diculik. Padahal, baru satu hari ini dia pergi. Begitu terkejutnya, sampai-sampai gadis itu dipandangi begitu dalam. Hingga untuk beberapa saat, Rangga terdiam membisu. Sepertinya, tidak ada lagi kata-kata yang terlintas dalam benaknya.
"Aku tahu siapa yang menculik ayahku, Kakang," kata Rukmini lagi.
"Siapa?" tanya Rangga cepat.
"Ki Jarokamin," sahut Rukmini langsung.
"Kau jangan menuduh sembarangan, Rukmini...," tangkis Rangga memancing.
"Aku yakin dia yang melakukannya, Kakang. Aku menemukan ini di kamar ayahku," kata Rukmini sambil memperlihatkan sebuah sabuk dari kulit.
Pada mata sabuk itu sebuah ukiran bintang yang terbuat dari logam berwarna kuning keemasan. Rangga mengambil sabuk kulit itu, dan mengamatinya dengan sinar mata begitu tajam. Sementara Rukmini memperhatikan raut wajah Pendekar Rajawali Sakti.
"Aku kenali sabuk itu, Kakang. Semua murid Ki Jarokamin memakainya," jelas Rukmini.
"Hm...," Rangga menggumam kecil. Pendekar Rajawali Sakti lalu berpaling, memandang empat tubuh yang tergeletak sudah tidak bernyawa lagi. Kemudian, dihampirinya salah seorang. Pendekar Rajawali Sakti menyingkap baju hitam di bagian pinggang mayat laki-laki berbaju hitam itu. Saat itu kelopak matanya jadi menyipit. Memang, orang ini mengenakan sabuk yang sama dengan sabuk dalam genggaman tangannya.
"Rukmini, kau tahu letak padepokan Ki Jarokamin?" tanya Rangga seraya bangkit berdiri.
"Tahu," sahut Rukmini mengangguk.
"Antarkan aku ke sana. Kita bebaskan dulu ayahmu," ajak Rangga.
"Murid Ki Jarokamin banyak, Kakang. Berbahaya kalau datang ke sana sendiri," kata Rukmini memperingatkan.
"Antarkan saja aku ke sana, Rukmini," pinta Rangga.
"Baiklah," sahut Rukmini sambil sedikit mengangkat pundaknya. Rangga berpaling sedikit. Kemudian....
"Suiiit...!"
"Siapa yang kau panggil, Kakang?" tanya Rukmini mendengar siulan Pendekar Rajawali Sakti.
Tapi belum juga Rangga menjawab, sudah terdengar ringkikan kuda. Dan tidak lama kemudian, muncul seekor kuda hitam yang berlari kencang. Rukmini jadi ternganga melihat kuda hitam tunggangan pemuda itu bisa datang hanya dipanggil lewat siulan saja. Dewa Bayu meringkik keras, setelah dekat dengan Pendekar Rajawali Sakti. Lalu kedua kaki depannya diangkat tinggi-tinggi, dan dihentakkan keras ke tanah. Kuda itu mendengus-dengus sambil mengangguk-anggukkan kepala. Rangga menghampiri kuda hitam itu, dan mengambil tali kekangnya yang terbuat dari perak. Kemudian, Pendekar Rajawali Sakti melompat naik dengan gerakan ringan sekali. Sementara, Rukmini masih diam berdiri memandangi.
"Ayo, Rukmini. Naik ke sini," ajak Rangga.
"Tapi...," Rukmini kelihatan ragu-ragu. Belum pernah Rukmini menunggangi satu kuda bersama seorang laki-laki. Dan keraguan gadis itu bisa dirasakan Pendekar Rajawali Sakti. Tapi tanpa menghiraukan keraguan gadis ini, Rangga langsung saja menggebah kudanya keras. Dan begitu, kuda hitam itu melompat. Lalu, cepat sekali Pendekar Rajawali Sakti menyambar pinggang Rukmini.
"Auh...?!" Rukmini jadi terpekik kaget, begitu tubuhnya terasa melayang tersambar tangan kuat Pendekar Rajawali Sakti.
Dan begitu tersadar, dia sudah terguncang-guncang di atas punggung Dewa Bayu di depan Pendekar Rajawali Sakti. Kembali gadis itu terpekik saat kuda itu berlari bagaikan angin. Begitu cepatnya, sampai dia tidak sanggup lagi membuka matanya. Tapi tidak berapa lama, Rukmini merasakan kuda ini berhenti berlari. Perlahan matanya dibuka. Dan matanya jadi terbeliak, begitu melihat Rangga sudah berdiri di depan kuda ini. Sedangkan di depan Pendekar Rajawali Sakti berdiri berjajar lebih dari lima puluh orang berpakaian serba hitam yang semuanya mengenakan topeng kain hitam. Hanya kedua mata mereka saja yang terlihat.
"Hup!"
Rukmini cepat melompat turun dari punggung Dewa Bayu tunggangan Pendekar Rajawali Sakti ini, dan langsung melangkah menghampiri Rangga.
"Kembali naik ke kuda, Rukmini," perintah Rangga tanpa berpaling sedikit pun pada gadis itu.
"Tapi, Kakang...," Rukmini hendak bersikeras.
Tapi Rangga sudah mendorong gadis itu ke belakang. Rukmini tampak bingung. Sebentar ditatapnya Pendekar Rajawali Sakti, sebentar kemudian dipandanginya orang-orang berpakaian serba hitam yang sudah menghunus golok.
"Cepat naik, Rukmini...!" perintah Rangga agak keras suaranya.
Rukmini bergegas menghampiri kuda hitam tunggangan pemuda berbaju rompi putih itu lagi. Sebentar hatinya ragu-ragu, kemudian naik juga ke punggung kuda hitam ini.
"Bawa dia pergi, Dewa Bayu," pinta Rangga tanpa berpaling lagi.
"Hieeekh...!"
"Hey...!" Rukmini jadi terpekik begitu tiba-tiba kuda hitam yang bernama Dewa Bayu itu meringkik keras, dan langsung melesat pergi kembali ke arah semula. Begitu cepat lesatan kuda ini, hingga Rukmini terpaksa harus merebahkan tubuhnya sambil menggenggam tali kekang erat-erat. Bahkan matanya tidak bisa lagi dibuka. Sebentar saja, kuda itu sudah lenyap meninggalkan debu yang mengepul di angkasa.
Sementara Rangga sudah melangkah beberapa tindak ke depan, menghampiri orang-orang berpakaian serba hitam yang berjumlah lebih dari lima puluh orang itu. Mereka berdiri berjajar, menghadang di tengah jalan yang menuju padepokan Ki Jarokamin. Dan Rangga merayapi mereka den sorot mata yang begitu tajam menusuk.
"Hm...." Sambil menggumam perlahan, Pendekar Rajawali Sakti mendongakkan kepala ke atas. Bibirnya langsung menyunggingkan senyum, begitu melihat seekor burung rajawali berbulu putih keperakan melayang-layang di atas awan, tepat di atas kepalanya. Begitu tinggi, hingga yang terlihat hanya sebuah titik putih perak agak kehitaman. Rangga tahu, Rajawali Putih masih tetap mengawasinya dari angkasa.
"Bawa aku dari sini, Rajawali. Aku tidak ingin membuang tenaga percuma hanya untuk menghadapi mereka," pinta Rangga perlahan.
Dan kata-kata yang diucapkan melalui pengerahan tenaga batin yang sangat pelan itu, bisa terdengar Rajawali Putih yang berada di angkasa. Seketika itu juga, Rajawali Putih meluruk deras bagai kilat ke arah pemuda ini.
"Khraaagkh...!"
Teriakan Rajawali Putih yang begitu keras dan menggelegar membelah angkasa, membuat orang-orang berpakaian serba hitam itu. Jadi terkejut setengah mati. Bersamaan mereka mendongakkan kepala ke atas. Dan saat itu, Rajawali Putih sudah berada dekat di atas kepala mereka, hingga bentuknya yang sangat besar bagai bukit ini terlihat begitu jelas!
"Khraaagkh...!"
Wusss!
Begitu cepat Rajawali Putih menyambar Rangga yang sudah menunggu, dan langsung kembali melesat tinggi ke angkasa. Begitu cepat lesatannya, hingga dalam sekejapan mata saja sudah lenyap tidak terlihat lagi, hilang tertelan awan yang cukup tebal mengambang di angkasa. Sementara, orang-orang berpakaian serba hitam itu jadi kelabakan, begitu pemuda yang dihadangnya sudah lenyap disambar seekor burung rajawali raksasa yang tiba-tiba saja muncul dari angkasa.
"Cepat pergi! Laporkan kepada Ki Jarokamin...!" tiba-tiba salah seorang dari mereka berteriak keras.
Dan seketika itu juga, mereka berlarian kembali ke padepokannya. Sementara itu di angkasa, Rangga yang berada dalam cengkeraman jari-jari kaki Rajawali Putih jadi tersenyum melihat murid-murid Ki Jarokamin berlarian saling susul kembali ke padepokannya.
"Turunkan aku, Rajawali. Tidak enak seperti ini...!" pinta Rangga.
"Khraaakh...!"
Rajawali Putih cepat menukik turun mengikuti permintaan Rangga. Sebentar saja, burung rajawali raksasa itu sudah mendarat manis sekali di tanah. Rangga yang sudah terlepas dari cengkeraman burung itu, cepat melompat naik ke punggungnya. Dan tanpa diperintah lagi, Rajawali Putih kembali melesat, melambung tinggi ke angkasa.
"Khraaagkh...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
115. Pendekar Rajawali Sakti : Pusaka Pantai Selatan
AcciónSerial ke 115. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.