INCIDENT

121 8 13
                                    

Di pagi hari yang cerah, alarm matahari kesayangan berbunyi sangat nyaring membuat gue terbangun.

"Huft, lanjut tidur aja deh." Gumam gue seraya mematikan alarm sialan itu.

"Untung lo imut kalo ngga udah gue buang!" Ucap gue sambil mencoba menutup mata dan kembali tidur.

"Tsabyna!!! Bangun! Udah jam berapa ini, gak takut telat apa?!" Teriak Bunda dari lantai bawah.

Mata gue otomatis terbuka lebar. "Argh Bunda udah kayak TOA ih, ngeselin."

Gue bersiap siap untuk ke sekolah menggunakan seragam putih abu abu dan sweater rajut berwarna merah muda dan membiarkan rambut panjang gue terurai.

"Bunda, Kak Rean kok belum turun dari tadi?" Tanya gue pada Bunda yang sedang membersihkan dapur seusai memasak.

"Udah berangkat." Jawabnya singkat.

"Lah, terus Byna gimana? Siapa yang anterin Byna? Kan jauh Bunda, pas Byna sampai ke sekolah terus maag Byna kambuh gimana?" Ribuan pertanyaan gue lontarkan pada Bunda.

"Jalan sayang. Sekolahnya deket kok itu." Jawab Bunda meyakinkan.

"Yaudah deh, tapi Bunda jangan nangis loh yaa kalau semisal nya, Byna ketabrak semut terus meninggal." Ucap gue sambil menciumi tangan Bunda lalu memeluknya.

"Hati-hati! Sewa penjaga kuburan mahal!" Teriak Bunda.

"Iyaa, gini amat Bunda gue." Jawab gue pasrah.

Perjalanan ke sekolah terbilang tidak terlalu jauh, jadi gue santai aja. Toh, kalau sakit gue gak perlu ikut jam pelajaran Pak Herman si Guru killer itu.

Mykaela Tsabyna Amartha, Yap itu nama lengkap gue. Entah apa yang orang tua gue pikirkan saat membuat nama itu.

Setibanya gue di gerbang sekolah, gue mendengar dari arah belakang suara kayuhan sepeda, yang bukan lain adalah Raditya Skala Bumi a.k.a Skala, Teman sekelas gue. Dengan cepat ia membalap sepedanya ke arah gue.

Perasaan gue gak enak.

*BRUK*

"Argh, Skala! Kalau mau mati jangan ngajak gue juga dong!" Teriak gue kesakitan.

"Maaf, sengaja hehe." Ucap Skala cengengesan.

"Lo gapapa kan?" Tanyanya.

"Gapapa pala lu peang! Jantung gue hampir copot! Emang lu bisa gantiin jantung gue apa?! Punya jantung berapa Lo?!" Ucap gue emosi.

"Gue cuman punya satu, bisa diganti gak? Lo gue kasih hati aja gimana?"

najis.

"Minggir, gue mau berdiri!" Gue mendorongnya pelan seraya mengambil ancang-ancang untuk berdiri.

"Aduh kaki gue." Kaki gue terasa sangat sakit jika digerakkan.

"Sorry, gue cabut dulu." Ucap Skala.

"Awas ya lo Kal, tungguin pembalasan gue." Ucap gue dalam hati.

"Byna?! Lo ngapain duduk di jalanan begitu?" Tanya Zela, dengan cepat ia menghampiri gue sedang duduk tersungkur di dekat gerbang sekolah.

"Huwaa, Zela bantuin gue." Jawab gue meringis kesakitan.

"Lo kenapa?!"

"Kaki gue sakit, kayaknya keseleo deh Zel. Bantuin gue berdiri hiks...."

*DI KELAS*

"Lo kenapa sih Byna, kok bisa keseleo gini? Untung aja gak parah." Tanya Zela khawatir.

EXULANSIS GIRL {PINDAH KE WEBNOVEL}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang