2 - What Happened?

3.7K 451 57
                                    

[ Minggu, 10.15 ]

.

"Jadi, kau sudah menemukan tempat tinggal?"

Hinata meletakkan segelas milkshake strawberry-nya dimeja, kepalanya menggeleng pelan. "Sebenarnya aku berniat mencarinya, tapi kau justru mengajakku kemari." Tawa ringan keluar dari bibir tipis Sakura, merasa sedikit bersalah akibat mengajak Hinata bertemu di Obeuki——sebuah cafe yang terletak disamping rumah sakit tempatnya bekerja.

"Aku hanya ingin berbincang denganmu. Ino sudah kuajak, tapi dia sedang liburan bersama Sai ke Sapporo."

Mulut Hinata menganga tidak percaya. "Dia baru pulang kemarin dan langsung liburan lagi? Ya Tuhan, terkadang aku merasa iba pada Sai," ujarnya, ia menggeleng tidak paham pada hubungan Sai-Ino yang cukup aneh.

Pasalnya, Sai adalah pria yang pemalas, sedangkan Ino adalah tipe perempuan yang tidak bisa diam. Sikap mereka jelas bertolak belakang, tapi hubungannya tetap utuh selama bertahun-tahun. Sepertinya kata orang-orang memang benar; "cinta ada untuk saling melengkapi."

Hinata bergidik geli saat mengingat kalimat tersebut. "Dimana Sasuke? Katamu dia akan menyusul kemari," tanyanya, ingat jika beberapa saat lalu Sakura mengatakan bahwa kekasihnya hendak datang.

Sakura menatap jam di ponsel, sudah lima menit sejak Sasuke membalas pesannya. "Sebentar lagi, dia masih diperjalanan. Dan coba tebak? Kami sudah bertunangan!"

Sebuah cincin berhiaskan batu rubi terpasang di jari manis Sakura. Perempuan berambut merah muda itu tersenyum malu-malu saat Hinata tampak terkejut, kemudian mengusap tengkuknya untuk menelan kegugupan.

"Kalian bertunangan dan tidak mengabariku?"

Sakura meringis. "Balasan karena kau tidak memperbolehkanku berkunjung ke Amsterdam," ucapnya, ia tertawa pelan saat mendengar gerutuan Hinata. "Bagaimana pendidikanmu disana, Hinata?"

"Semuanya berjalan lancar, tidak ada masalah apapun."

Sakura mengulum bibir, ragu menanyakan sesuatu yang sedikit sensitif bagi Hinata, tetapi amat penasaran bila terus dipendam. "Lalu ... anakmu?"

Sekejap kemudian, ekspresi Hinata berubah pilu. Anak yang Sakura maksud adalah buah hasil pemerkosaan yang Gaara lakukan padanya lima tahun silam. Diusianya yang baru menginjak delapan belas tahun, Hinata dinyatakan hamil tanpa seorang suami. Seluruh siswa beserta keluarganya mencemoohnya, mengatainya seorang pelacur yang menjajakan diri pada guru demi nilai A+.

Beruntung, Tuhan masih peduli pada Hinata dengan menghadiahinya teman-teman baik seperti Sasuke, Sakura, Sai, dan Ino. Keempat orang itu senantiasa menyemangatinya ketika ia dijatuhkan kenyataan. Mereka tetap mendukungnya, meski tahu bahwa seluruh dunia menatapnya dengan tatapan cela. Hinata pun harus bersyukur, sebab kehamilannya terjadi setelah ia melaksanakan ujian kelulusan. Jika saja ia hamil sebelum ujian, ia akan dikeluarkan tanpa menerima ijazah. Kemudian luntang-lantung menjadi pengangguran tanpa bisa melanjutkan pendidikan.

Masalah kehamilan itu juga ... adalah salah satu alasan Hinata melarikan diri ke luar negeri.

"Jadi ... anakmu bagaimana?" tanya Sakura sekali lagi, merasa begitu penasaran pada sikap diam Hinata.

"Gugur saat usianya baru empat bulan." Sakura tersentak, sementara Hinata menyedot milkshake-nya dari sedotan. "Aku depresi berat. Dokter bilang dia terpengaruh oleh obat tidur yang selalu aku konsumsi."

Lost And GotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang