Naruto tidak pernah mengira jika Hinata memiliki kekasih. Tidak tidak, ia tidak cemburu, sama sekali tidak. Tapi maksudnya, tolong lihat Hinata. Bagaimana bisa ada seseorang yang menyukai perempuan berisik, cebol, dan menyebalkan sepertinya? Ini mustahil! Pria berambut biru di depannya itu pasti buta saat menjadikan Hinata kekasih!
Naruto masih menahan pria itu di depan pintu, lantas berteriak memanggil Hinata untuk memintanya datang. Bagaimanapun Hinata adalah tuan rumahnya, ia tidak bisa seenaknya mengizinkan pria itu masuk--kendati pria asing itu mengaku sebagai kekasih Hinata.
"Oh, Toneri?"
"Sayang!"
Naruto mundur beberapa langkah sembari bersedekap dada, berdecak seraya menggelengkan kepala saat melihat mereka berdua berpelukan bak adegan-adegan romansa. Demi Tuhan, ia benar-benar tidak habis pikir pada pria itu--yang namanya Toneri--hingga mau memiliki kekasih seberisik Hinata.
"Kau pulang ke Jepang? Tunggu, darimana kau tahu alamatku?"
Toneri mengedikkan bahu, ia harus berterimakasih pada Ino karena mau memberitahukan letak tempat tinggal Hinata padanya. "Aku pulang karena ingin melamarmu, Hinata."
Uhuk!
Tiba-tiba Naruto tersedak ludahnya sendiri.
Tidak ada angin ataupun hujan tapi pria itu langsung melamar begitu saja?
Naruto menggeleng tidak percaya, ekspresi wajahnya yang tertegun tidak bisa disembunyikan. Batinnya dihujam beribu-ribu umpatan hanya dalam waktu satu detik. Apa pria itu sungguh melamar Hinata? Dengan blak-blakan dan tanpa suasana romantis seperti ini? Sungguh, pasangan kekasih di depannya benar-benar aneh!
Namun jauh dari ekspetasi yang Naruto bayangkan, Hinata justru menepis tangan Toneri dan bersedekap dada.
Oh, ditolak?
Andai saja tak memiliki fobia sialan ini, maka Naruto akan tertawa sampai terjungkal.
"Jangan bercanda, kau menyebalkan," ujarnya cepat, sudut matanya menemukan Naruto yang tersenyum mengejek dibelakangnya. "Apa lihat-lihat?" Ia berbicara tanpa suara, hanya bibirnya saja yang bergerak sementara matanya melotot lebar.
Naruto mengangkat bahu sembari tersenyum penuh cela.
Toneri menghela napas lembut. Demi Tuhan, ia sangat serius saat melamar perempuan disampingnya. "Aku tak bercanda, jika ka--"
Naruto berdeham keras, tak ingin gendang telinganya kembali dipenuhi bujuk rayu Toneri mengenai lamaran yang akhirnya ditolak. Ia iba, tapi juga merasa sangat sebal karena kehadirannya dilupakan. "Ah, sepertinya baru sadar jika disini ada orang, ya?" Naruto mati-matian menahan umpatan saat mereka berdua--Toneri dan Hinata baru menatapnya saat ia sengaja berdeham. "Apa aku harus batuk lebih keras lagi agar kalian sadar?" sindirnya.
Tampaknya, celaannya barusan sama sekali tidak berdampak apapun. Naruto kian merasa geram saat Hinata justru berbisik pada Toneri. Kegeramannya semakin menjadi ketika Toneri mengerutkan kening seraya menatapnya.
Apa mereka sedang menggosipi dirinya?
"Oh astaga, ada bayi besar yang merengek karena diabaikan." Hinata balas menyindir setelah selesai membisiki Toneri, kemudian menarik Naruto mendekat meski pria itu menolaknya. "Toneri, perkenalkan ini Naru--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost And Got
FanfictionMereka hanya dua orang asing yang dihubungkan melalui seutas benang takdir. Namikaze Naruto--pria pengidap geliophobia dengan seribu luka masa lalu--nyatanya dipertemukan dengan wanita pemilik satu juta lara, Hyuga Hinata. Namun, siapa yang menyangk...