10 - Two Crazy People

2.9K 357 79
                                    

Naruto tidak bisa tidur karena ini bukan rumahnya. Sudah menjadi kebiasaan bila ia tidak akan kerasan tinggal ditempat asing, tidak terkecuali hotel jika ia sedang melakukan perjalanan bisnis. Ia akui, apartemen Hinata memang nyaman dan luas, tapi ia tetap tidak bisa memejamkan mata.

Mungkin kehadiran pria berambut biru itu adalah penyebabnya. Toneri berbaring di ranjang dengan posisi telentang, tangan serta kakinya menjulur ke setiap sudut ranjang, seolah melarangnya untuk ikut berbaring. Naruto mendecih, bahkan bila dibayar satu miliar pun, ia tidak sudi tidur bersama seorang pria.

Jam dinding mengemukakan tafsiran lewat indra penglihatan, bahwasanya malam sudah merajai masa. Naruto meraba saku jaketnya dan bernapas lega, botol pilnya masih ada di sana. Bisa sangat gawat jika phobia-nya kambuh dan obatnya tertinggal di rumah.

Naruto tidak mau mati konyol karena phobia sialan seperti ini.

•••

Hinata menguap pelan seraya melangkah keluar kamar. Tiba-tiba kerongkongannya terasa kering, tepat sekali karena ia lupa menaruh segelas air putih di atas nakas. Mau tidak mau ia harus keluar diudara sedingin ini. Lagipula, orang mana yang bisa tidur dalam keadaan haus?

"Sial, sudah jam 12. Biasanya di film-film akan muncul hantu," gerutunya. Ini adalah hari kedua ia menempati apartemen, tetapi belum terbiasa dengan suasananya. Bisa saja sungguh muncul hantu saat ia minum dan membuatnya mati tersedak. Tapi persetan, ia akan membunuh hantu itu sebelum berhasil membunuhnya.

Hinata kembali menguap. Bangun ditengah malam seperti ini membuat pola pikirnya berubah seperti anak kecil.

Ia mengambil gelas dan meletakkannya dibawah lubang dispenser air, lantas mendorong tuasnya hingga air dari galon berpindah ke dalam gelas. Seraya menunggu gelas itu penuh, Hinata menatap kamar Toneri dan Naruto yang tertutup rapat. "Semoga saja mereka tidak nge-gay," ujarnya sarkastik, lalu meminum airnya seraya berjalan menuju kamarnya.

Tapi saat hampir berbelok di ujung dinding, tiba-tiba mata Hinata membelalak.

Byur!

Wanita itu menyemburkan air yang masih berada didalam mulutnya ke arah Naruto. Pria itu seketika memejamkan mata saat Hinata beralih profesi menjadi seorang dukun, lantas menarik napas panjang sebelum akhirnya membuka mata. "Apa yang sedang kau lakukan, ha?"

Hinata sontak bergetar, rasa takutnya bercampur malu. "K-kan kupikir kau hantu!"

Naruto mengibaskan tangannya yang basah oleh hujan buatan Hinata. "Aku jadi basah, dasar cebol!"

Tapi ini salah Naruto. Jika saja pria itu tidak muncul secara tiba-tiba, Hinata tidak akan terkejut sehingga menyemburnya!

"Y-ya maaf, aku tidak tahu jika itu kau. Kalau begitu——hei!" Tiba-tiba saja Naruto berbalik arah dan berjalan menuju kamar lagi, mungkin pria itu sungguh marah akibat ia menyemburnya seperti ini. Oke, Hinata tidak akan mengatai Naruto sebagai seseorang yang lebay, sebab disembur tengah malam seperti ini tentunya menyebalkan.

Tapi ini tetap salah Naruto, dan pria itu justru pergi sebelum ia menawarkan bantuan. Jadi, ia tidak memiliki kewenangan untuk mengejarnya, bukan?

"Salah-salah sendiri, tapi marahnya padaku?" Jika saja Naruto tidak ke dapur, tubuh pria itu pasti masih kering. "Cih, dasar pirang menyebalkan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost And GotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang