Ambigu

8 1 0
                                    

Semenjak saling mengenal tak terasa Aldi dan Shasa sudah melewati beberapa bulan dengan terus saling berkomunikasi. Walau di terpa berbagai kebingungan dengan apa yang masing-masing mereka rasakan, kuatnya rasa penasaran Shasa yang masih belum menemukan jawab dan kuatnya khayalan Aldi yang selalu diisi dengan bayangan Shasa, sosok perempuan yang sebelumnya pernah ia jumpai sepanjang hidupnya, memberikan kekuatan tersendiri dalam perjuangannya untuk bisa bersama Shasa.

Membalas setiap tindakan apapun yang dilakukan Aldi dengan berbagai perhatian yang bila dilihat orang diluar hubungan mereka adalah perhatian yang melebihi perhatian seorang teman, membuat Aldi seolah-olah ia telah memiliki Shasa meski belum ada status diantara mereka. Waktupun seolah mengaminkan apa yang ada dalam bayang-bayang Aldi, dengan mengizinkan hubungan yang terjalin diantara mereka terus berjalan. Perhatian yang sebelumnya diberikan hanya sebatas tentang menanyai kegiatan sehari-hari serta berbagai rencana untuk meraih mimpi, kini beranjak kearah saling membatasi.

Aldi lupa akan cita-cita yang ingin dicapainya, karena terlalu mengikuti apa yang hatinya rasa. Bukan sebatas hadirnya Shasa yang kini memenuhi bayang-bayangnya, setiap malam ia mulai di hantui oleh rasa takut akan kehilangan Shasa yang telah beberapa bulan terakhir mengisi serta mewarnai harinya. Bila berbicara tentang rasa selalu saja banyak hal diluar logika dikesampingkan. Rasa yang hadir tiba-tiba dengan penuh cahaya pencerahan untuk hidup Aldi, kini justru berubah menyesatkannya dalam cahaya cinta yang menyilaukan. Segala tindakan dilakukan dengan melupakan aspek-aspek kesadaran. Takut kehilangan yang begitu besar melanda jiwa, membuat Aldi tak mampu membedakan antara tindakan yang memberi beban pada Shasa dengan tindakan yang memberi rasa bahagia pada orang yang jadi kecintaannya.

Shasa yang juga larut dalam ketidakjelasan perasaanya dan mulai terbawa hanyut oleh tindakan perjuangan Aldi untuk tetap bertahan dengan perasaanya kepada Shasa, tak menyadari jika kini ia tak mencapai apa yang menjadi tujuannya. Membutakan matanya untuk mengetahui arah tujuan perasaannya pada Aldi. Shasa tak pernah menutup segala kemungkinan untuk bersama Aldi, hanya saja keraguannya akibat reaksi Fatih yang tak wajar bila ditanyai mengenai Aldi, masih memmberatkan hatinya untuk menjatuhkan segala perasaanya pada Aldi. Shasa tak menyadari jika apa yang dilakukan Aldi sudah mengarah pada apa yang dulu pernah dialaminya dengan mantan-mantan pacarnya. Walau cara diawal memang tidak terlalu ekstrem, tapi segala tindakan sudah mulai mengarah pada hal-hal dulu yang pernah terjadi.

"Lagi ngapain Sha?", dalam satu pesan yang dikirim Aldi.

Shasa yang sedang dalam kondisi tidak bagus moodnya dan malas membuka semua chat dari semua orang, lalu memilih untuk tidak menjawab pesan yang dikirim Aldi. Diusia Shasa yang masih 19 tahun membuat keadaan emosi jiwanya bisa kapan saja berubah.

Hal-hal seperti perubahan mood ini yang dari awal tak dijadikan perhitungan oleh Aldi dalam mengambil langkah berjuang untuk mendapatkan Shasa. Sifat selalu ingin benar masih melekat padanya, ditambah lagi kini ia dibutakan oleh berbagai bayangan yang terus menghantui pikiran dan perasaannya. Sehingga jika tiba-tiba tidak mendapat respon justru malah membuatnya semakin pusing sendiri,

"Oh gitu, udah gak jawab chat. Emang sibuk atau menyibukkan diri dengan yang lain?", sindirnya dengan mengirim pesan berikutnya pada Shasa.

"Kalau udah ada yang lain bilang aja sih Sha", berturut-turut Aldi mengirim pesan.

"Halooo", dalam pesan yang masih juga belum terjawab.

Shasa yang memang baru pertama kali melakukan tindakan seperti ini pada Aldi , memahami jika memang pada awalnya mungkin Aldi belum tahu tentang karakter Shasa yang moody-an,

"Iya bang, maaf Sha tadi abis baca buku", jawab Shasa dalam pesannya.

"Emang gak pegang handphone sama sekali?", jawab Aldi lagi dengan ketus.

SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang