3

262 106 21
                                    

-Bella POV-

Setelah sekian lama aku mengurung diri dan membatasi diriku dengan dunia luar, akhirnya aku mencoba untuk keluar dari zona nyamanku. Ya, mungkin kali ini sedikit berbeda. Jika sebelumnya aku bisa leluasa berjalan - jalan, mulai sekarang teman sialanku yang berupa tongkat untuk orang buta ini akan selalu menemaniku kemanapun aku pergi.

Taman kota merupakan destinasiku kali ini. Karena hari ini bukan weekend jadi mungkin taman kota akan lebih sepi daripada biasanya.

Mengingat kondisiku yang sudah tidak seperti dahulu lagi, aku masih sering tidak nyaman jika harus bertemu dengan banyak orang. Aku bisa mendengar mereka berbisik - bisik dibelakangku. Beberapa dari mereka ada yang sadar bahwa aku merupakan Bella Dwyne, seniman yang tiba - tiba menghilang, yang sudah beberapa tahun ini menjadi perbincangan hangat untuk masyarakat luas. Aku langsung mengeratkan syal yang kupakai untuk menutupi setengah wajahku.

Saat kakiku sudah sampai di taman kota, aku memilih bangku yang berada diujung taman supaya tidak terlalu mencolok.

Aku memejamkan mataku sejenak. Merasakan hembusan angin menyapu wajahku. Beberapa kali aku menghembuskan napas pelan. Memori tentang kecelakaan itu mulai memenuhi otakku. Aku tersenyum miris mengingatnya.

'Ya, semua sudah berbeda Bella. Kau bukan seorang Bella Dwyne yang dulu lagi.'

"Bella."

'Deg'

Hatiku mencelos saat mendengar suara bariton yang sedang memanggilku. Suara itu, suara yang sayup sayup terdengar dalam mimpiku. Suara yang selalu kutunggu kedatangannya. Suara yang sangat kurindukan setengah mati.

Kubuka mataku. Gelap. Oh ya aku lupa. Mataku sudah tidak bisa lagi melihat wajah sosok yang sangat kurindukan ini.

Kurasakan tangan yang tiba - tiba mendekapku saat aku mulai membuka mataku. Aroma ini, aroma maskulin yang selalu bisa membuatku nyaman saat berada di dekatnya. Badannya bergetar. Bisa kudengar tangisannya yang sangat lirih.

"Oh my God. It's you. Bella i really miss you. I really really do." katanya kemudian sambil memelukku semakin erat.

'Aku juga.' batinku berteriak.

Aku berusaha melepas pelukannya. Berusaha memberi jarak antara aku dan dia.

"Bella..." ucapnya lagi setelah aku berhasil melepas pelukannya dariku. Aku tau apa yang ada di pikirannya. Mendengar nadanya yang nampak terkejut bisa langsung kuketahui bahwa dia menyadari bagaimana kondisiku saat ini.

"Aku tidak akan melepasmu lagi Bella. Jika memang itu alasanya kau meninggalkanku tiga tahun yang lalu. Percayalah Bella, bagaimanapun kondisimu aku akan tetap menerimamu." ucapnya. Kurasakan tangannya membelai lembut pipiku. Ya Tuhan ingin sekali aku kembali memeluknya erat, berkata padanya bahwa aku juga ingin kembali dalam pelukannya.

"Aku... Tidak bisa melanjutkan hubungan ini Sam. Maafkan aku." Ucapku dengan suara tercekat. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Bagaimanapun juga pria di hadapanku ini juga pernah tersimpan rapat dalam hati. Dan mungkin rasa itu masih ada hingga saat ini.

"Bella..." ucapnya lirih. Tangannya menggenggam tanganku. Ya benar, perasaan ini masih sama seperti tiga tahun silam. Jantungku masih berdegup tak karuan saat tangannya menggenggam tanganku dengan erat.

"Yang kau cintai adalah Bella Dwyne, Samuel. Dan sekarang aku bukan lagi seorang Bella Dwyne yang kau kenal. Jadi tolong, pergilah."

Aku mulai beranjak, meninggalkan pria yang pernah singgah dalam hatiku.

"Aku tidak akan pernah melepasmu, Bel. Sudah cukup sekali aku gila karena kehilanganmu. Tidak akan kuulangi lagi itu, selamanya." Jawabnya dengan nada sangat serius menahan tanganku. Aku menghempaskan tangannya pelan.

My Precious Mistake [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang