6

156 22 3
                                    

Hai! Selamat Hari Minggu! Maaf ya telat dikit update nya:(

Selamat membaca!

***

Bella POV

Setelah tiga tahun lamanya, aku tidak pernah merasa se-enteng ini. Seolah beban yang ada di pundakku hilang entah kemana setelah aku mulai terbuka pada pria yang beberapa hari terakhir selalu menemaniku kemanapun aku pergi.

Meski Ben tidak terlalu banyak bicara, tapi dia merupakan pendengar yang baik. Aku bukan orang yang mudah terbuka pada sembarang orang. Bahkan sebelum aku mengalami insiden kecelakaan itu, aku sudah menjadi gadis yang sangat tertutup, bahkan dengan Alexi ataupun Samuel.

Tapi entah mengapa, bercerita dengan pria ini membuatku sangat nyaman. Sesekali dia menanggapi ceritaku seakan - akan dia sangat tertarik seperti ceritaku ini merupakan kisahnya sendiri.

Tanpa kusadari obrolan kami sudah berlanjut hingga sangat larut. Tak terasa mataku mulai berat dan perlahan aku mulai memejamkan mata.

Author POV

Bennedict menatap wajah gadis yang tertidur di pelukannya. Tangannya merapikan rambut gadis itu supaya tidak menutupi paras cantiknya. Perlahan Bella menggeliat kecil karena merasa tidurnya terganggu.

"Ben?" panggil Bella memastikan bahwa pria yang kini tengah melepas pelukannya adalah Bennedict.

"Hm"

"Jam berapa ini?" tanya Bella.

"Delapan pagi"

"Kau masih disini? Kau tidak bekerja?" tanya Bella lagi sambil memegang lehernya, merasa kikuk karena baru sadar bahwa dia tertidur di pelukan laki - laki itu.

"Tidurmu sangat nyenyak. Aku tidak ingin mengganggu," jawab Ben.

"Seharusnya kau membangunkanku. Tanganmu jadi kesemutan kalau begini," ucap Bella yang membuat Bennedict langsung memegang lengan kirinya, dan benar saja tangannya sedang mengalami kesemutan sekarang.

"Tanganku tidak apa - apa. Ayo kubuatkan sarapan," ucap Ben berbohong sambil meraih tangan Bella, menuntunnya menuju dapur.

_________________________________________________

Bennedict sedang sibuk membaca sebuah berkas yang menunjukkan profil seseorang. Tangannya mengepal kuat saat matanya melihat sebuah foto orang tersebut.

"Bryan Dalopez. Mantan kekasih Bella Dwyne saat dia masih kuliah. Sepertinya lelaki ini masih tidak terima karena Bella memutuskannya secara sepihak dan ingin balas dendam kepada gadis itu," Jelas Randy menerangkan latar belakang pria yang hampir melecehkan Bella di parkiran restoran tempo hari.

"Brengsek!" Ben membuang berkas yang ada di tangannya sehingga membuat kertas - kertas itu berhamburan.

"Aku ingin menghancurkan perusahaannya yang sangat dia cintai, setelah itu aku akan membuangnya jauh ke tempat yang tidak ada satupun orang yang tahu dimana lokasinya. Atur segalanya untukku Randy," ucap Ben dengan tatapan yang sangat mengerikan. Randy yang sudah menjabat sebagai asisten dan juga sahabat lelaki ini selama 4 tahun langsung paham apa yang harus dilakukannya.

"Apa aku punya jadwal lagi setelah ini?" tanya Ben.

"Tidak. Tapi besok kau punya beberapa meeting penting, salah satunya dengan Rush Company," Balas Randy yang membuat Bennedict menghentikan aktivitasnya memakai jas.

"Batalkan."

"Setidaknya kau harus menghadiri meeting dengan Rush Company, Ben. Mereka sudah mengatur pertemuan untuk kerja sama ini sejak lama."

My Precious Mistake [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang