4

232 100 5
                                    

-Bennedict POV-

Aku membaca secara saksama berkas yang diberikan Mr. Dwyne padaku. Jujur saja, jika bukan karena Bella, aku akan menolak mentah - mentah tawaran Mr. Dwyne untukku.

Perusahaan yang kupimpin, 'Miller's Holding Company' juga bukan perusahaan main - main. Perusahaan yang dirintis oleh kakekku itu juga termasuk salah satu jajaran perusahaan terbesar di dunia. Bahkan perusahaan ayah Bella, Mr. Dwyne, juga masih berada jauh dibawah perusahaanku. Walau tak bisa dipungkiri perusahaan Mr. Dwyne juga merupakan salah satu perusahaan besar yang memimpin beberapa sektor penting di dunia.

'Melindungi dan menjaga Bella tanpa boleh mencintainya.' Aku mengerutkan alisku saat mataku sampai pada poin terakhir.

'Sanggupkah?'. Batinku. Bukan, aku bukan meragukan kesanggupanku untuk melindungi dan menjaga Bella. Jelas saja aku bersedia untuk melakukan hal itu bahkan tanpa disuruh oleh Mr. Dwyne. Tapi, aku meragukan bahwa sanggupkah aku untuk tidak mencintainya?

"Well, karena Bella adalah asetku yang paling berharga, jadi kau harus berjanji padaku untuk menjaga dan melindunginya dengan nyawamu. Jika kau menyanggupi syarat itu, maka aku akan menyerahkan kursiku padamu, Bennedict."

"Papa!" Suara wanita yang duduk disampingku ini memecah lamunanku. Aku menolehkan wajah untuk melihat kearahnya.

'Oh ya Tuhan. Bagaimana Kau bisa menciptakan makhluk secantik dia.' ucapku dalam hati.

Aku melihat dia yang pandangannya tetap lurus kedepan meski dia sedang meneriaki seseorang yang berstatus sebagai ayahnya yang berada di sisi kanannya. Aku bisa melihat sudut matanya dari samping. Inilah mata yang kucari - cari setiap aku berada di alam mimpi. Mata berwarna biru laut yang seolah menjadi candu untuk terus kuselami.

"Aku tahu aku cacat. Aku tahu kini kedua mataku telah buta. Tapi aku tidak perlu dikasihani pa! Apalagi dengan orang asing seperti dia!" ucapnya sambil menunjukku. Aku terkejut mendengarnya.

'Buta?'

Aku mengamati wajahnya saat dia menoleh kearah ku. Hatiku seakan hancur saat melihat mata yang selalu membuatku candu kini melihatku dengan tatapan kosong.

Apa yang terjadi pada gadisku ini? Aku bisa mendengar nada kehancuran saat mendengar suaranya.

"Bella..." ucapku sangat lirih. Aku tahu dia tidak mungkin mendengarnya. Dadaku sangat sesak saat kulihat kedua matanya mulai berkaca - kaca.

"Lalu? Kalau kau tidak mau dengan syarat itu, kau bisa menggantikan posisiku di perusahaan, Bella." Mr. Dwyne menjawabnya.

Kulihat gadis itu merundukkan kepalanya. Tubunya terlihat bergetar. Aku tahu dia menangis. Ingin sekali membawa tubuh gadis itu kedalam pelukanku. Berkata padanya bahwa semua akan baik - baik saja.

"Aku akan menerimanya Mr. Dwyne."

Aku tidak sanggup lagi melihatnya begitu hancur. Akhirnya aku mengucapkan kalimat itu. Kalimat dimana kini seorang Bella Dwyne menjadi tanggung jawabku.

_________________________________________________

-Author POV-

Pria bersetelan lengkap itu memakirkan mobilnya di depan sebuah mansion mewah. Setelah menyelesaikan urusan untuk membeli mansion yang tepat berada disamping keluarga Dwyne, Bennedict pun langsung memasuki pekarangan mansion Bella. Kakinya terus ia langkahkan menuju kamar yang berada di lantai dua.

Matanya menangkap sosok yang dicarinya menatap kearah luar jendela dengan tatapan kosong. Gadis itu merasakan ada seseorang yang masuk kedalam kamarnya.

My Precious Mistake [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang