Selamat Membaca😇
"Pikirkan! Jangan tinggikan egomu, disaat
dirimu membutuhkan orang di sampingmu."
-Harez Zentinez.BAB 05 - PUKULAN
NORMAL POV
.
.
."Minggir lo!" teriak lantang keluar dari bibir lelaki keras kepala ini.
"Tapi Ka-"
Belum sempat lawan bicaranya menjawab ucapan lelaki keras kepala itu, pintu apartemennya sudah tertutup keras.
Mereka yang tadinya ingin menuju rumah sakit, tak jadi akibat pemilik wajah sangar itu meminta untuk kembali ke apartemennya.
Secara otomatis pengemudi membanting stir berlawanan arah dan membawa mereka semua menuju apartemen anak itu.
Pemilik mata lembut menolehkan kepalanya kepada kedua lelaki kembar yang berdiri di belakangnya. Dia menatap datar mereka berdua, tangannya seakan tak terima dengan keputusan kakak kembarnya.
"Ayo," sahut Harvey. "Kalian pulang aja dulu, Sa. Biar gue yang antar lo balik," suruh Harvey pada Aksa meyakinkan anak itu.
Aksa tampak mengode Harvey dengan bibirnya ke arah pintu utama apartemen Azka, tapi sayang Harvey menarik bahu Aksa untuk mengikuti langkahnya. Bahkan Aksa masih saja menoleh ke belakang meski sudah jauh mereka berjalan.
Dia berharap Azka keluar dan memberikannya izin untuk masuk ke apartemen itu.
"Sa, pulang dulu lah," ucap Harez. "Nanti urusan tas biar gue yang urus," sambung Harez.
Beruntung sekali sekolah Harez selalu dijaga oleh satpam, sehingga sekolah itu bisa dibuka kapan saja. Terdapat beberapa kendaraan yang masih terparkir disana. Mungkin saja itu kendaraan milik anak yang ekstrakulikuler hari ini.
Usai mengantarkan Aksa ke rumah yang tampak kosong tadi— mereka berdua langsung bergegas menuju sekolah Harez. Mereka mengambil kendaraan Harez sekaligus tas Harez dan Aksa.
Aksa memang jarang sekali membawa kendaraan, dia lebih sering menumpang di jok belakang Harez. Atau duduk di samping Harez— jika anak itu membawa kendaraan beroda empatnya.
Harez dan Harvey selalu bertukar kendaraan. Jika minggu ini Harez menggunakan kuda besi, maka minggu depan ia akan membawa mobil ceper berwarna hitam mengkilap.
Si kembar Harez dan Harvey sebenarnya menginginkan sekolah yang sama. Tapi, dikarenakan Azka tak mau satu sekolah dengan kembarannya, dengan terpaksa Harvey mengikuti Azka saja. Dia begitu setia pada sahabatnya itu.
Sebab Harvey tahu, anak itu bukanlah anak yang nakal. Melainkan anak yang telah tertoreh hatinya bagai diasah pedang.
Kedua orang tua Harez dan Harvey begitu ketat antara pergaulan anaknya itu. Harez mendapat dukungan untuk berteman dengan Aksa. Sebaliknya, Harvey mendapat kecaman berteman dengan Azka.
Bagi mereka, Azka hanya membawa efek buruk pada diri Harvey. Walaupun sebenarnya itu tak berpengaruh pada Harvey.
Azka, ya Azka. Harvey, ya Harvey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sa&Ka
Teen FictionAksara Draja Bagaswara. Lelaki pendiam tak bersuara dan lelaki penakut tak bergema. Tiada hari tanpa belajar dan tiap hari tanpa tenar. Mata lembut-selembut sutra dan gaya gaul apa adanya. Hanya satu, hanya satu teman yang ia miliki dan hanya satu k...