7

818 65 2
                                    

Selamat Membaca😇

"Yang sudah berlalu memang enggan
untuk kembali, logikanya takkan ada
yang sama dalam waktu yang panjang."
-Kesya Dratnez Bagaswara.

BAB 07 - AZKA PULANG

NORMAL POV

.
.
.

Usai menyantap makan malam yang hening, kini ketiga beradik kakak itu— tengah duduk rapi menyaksikan tayangan dari elektronik bercahaya di depan mereka. Masih dalam posisi yang sama, hening dan tak bersuara. Sekian lama tak mendapati peristiwa langka ini, membuat mereka sama-sama canggung.

Kesya duduk di sebelah bahu sofa panjang yang berada di kiri tubuhnya, sengaja membiarkan si kembar duduk berdampingan. Dia mulai mengerti sekarang, kedua adiknya itu sepertinya sudah lama tak tegur sapa. Mengingat Kesya sudah meninggalkan rumah dua tahun silam. Jangankan dua tahun itu, sewaktu ia masih serumah saja mereka sudah saling acuh. Perkara kecelakaan itu benar-benar merenggut kebersamaan mereka.

"Hm, Dek," panggil Key ragu, dia berusaha menurunkan rasa egois pada diri mereka.

Yang dipanggil pun menoleh kompak, raut wajah mereka pun sama. Memang saudara kembar itu tak akan jauh-jauh dari kata identik.

Tak ada yang mau menyambung ucapan kakaknya. Setelah sekian lama, barulah Aksa menoleh pada Azka. Azka berada di samping kanan Aksa, seakan-akan kakak-beradik itu tengah menyusun kelahiran keluarga.

Azka melengah, membiarkan Aksa untuk memutuskan mata pandangnya. Si datar keras kepala itu, bergidik acuh kala sang kakak menawarkan dirinya untuk balik ke rumah. Tempat mereka hidup dan tumbuh.

"Apa itu penting?" sarkas Azka kesal. Matanya mendelik tajam, mata elang itu seakan siap menelan kakaknya hidup-hidup.

"Dek, kamu tau kakak gimana. Tolong lah jangan seperti orang bodoh dan bocah. Kamu udah gede!" tegur kakaknya tegas dan lantang. Matanya tak kalah melotot dari Azka.

"Iya, aku bocah, bocah dimata kakak," sambung Azka, ia berdiri dari duduknya dan menatap sang kakak dengan geram. "Kakak nggak akan tau bagaimana perasaanku."

Kesya menghela nafas, "Kenapa gue jadi emosi, ingat Key adik lu itu sensitif!" tegur bathin Keysa pada dirinya sendiri.

"Huft, kakak minta maaf, emosi kakak nggak bisa dikontrol. Apalagi melihat kamu gak ada di rumah." Suara Keysa merendah, mencoba menetralkan rasa kemarahannya.

Azka kembali duduk diposisi semula, memandang tajam ke arah siaran yang telah berganti dengan kartun.

Azka tipe orang yang tak menyukai kartun, kalau pun suka, ia tak terlalu menggemari. Sebaliknya Aksa, ia terkenal menyukai dan menggemari kartun atau sejenisnya. Wajar saja, dia tak terlalu bisa melawan orang yang berusaha membully-nya. Dia tak cukup tahu cara mengelak.

Azka merebut remot kontrol televisi itu, dan menggantinya dengan siaran kesukaannya. Aksa yang tak terima, menarik kembali remot tadi dan menggantinya dengan kartun yang ia incar.

Mereka berebut ingin menonton, sedangkan Keysa yang memandang layar di depannya kedip-kedip mulai kesal.

"Arggh, berhenti!!" teriak Keysa pada anak kembar tadi. Mereka berdua mendongak serentak. "Udah, kakak nggak mau berleha-leha. Azka, kamu ambil baju kamu dan balik ke rumah!" suruh Keysa tegas pada sang adik. Adik yang lahir terakhir, tetapi dianggap sebagai abang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sa&KaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang