10. ASSALAMUALAIKUM AZIZAH

185 20 2
                                    


"Kamu bagai lentera yang
hadir dalam setiap kegelapan hidupku."

- Barra Alexander

-oOo-

"Assalamu'alaikum Azizah."

"Wa'alaikumussalam," balas seorang gadis yang biasa dipanggil Azizah. "Kamu ngapain ke sini Barra? Pak ustadz udah bilang berapa kali ke kamu, kalau anak cowok gak boleh main ke asrama putri."

"Lah! kalau gue kangen lo, gue harus gimana dong? Suka-suka gue lah mau kemana aja," jawab Barra enteng. Cowok itu tidak ada kapok-kapoknya sama sekali setelah diingatkan berkali-kali oleh Pak Ustadz.

Barra Alexander adalah seorang cowok yang dititipkan oleh ayahnya ke pesantren karena sikapnya yang sangatlah buruk. Dari merokok, balapan liar, sampai mabuk-mabukan pun telah Barra lakukan. Oleh sebab itu, ayahnya menitipkan Barra ke pesantren dengan harapan sikap Barra bisa berubah menjadi lebih baik.

Di pesantren, sikap Barra sudah lumayan berubah banyak. Semua sikap buruk yang dulu sering cowok itu lakukan, sudah tidak dilakukan lagi. Tapi, ada satu hal yang tidak bisa Barra patuhi dan malah selalu ia langgar, Yaitu pergi ke asrama perempuan lalu menyapa Azizah--gadis yang sejak pertama Barra datang di pesantren, sudah mampu menarik perhatian Barra.

"Astagfirullah Barra. Aku gak mau kita bikin dosa dengan tatap-tatapan kayak gini. Zina mata Bar," ujar Azizah mencoba menasehati Barra. Namun, Barra tetaplah Barra dengan sikap keras kepalanya.

"Enggak! Gue tetep akan datangin lo tiap hari. Oh iya, lo udah ada rencana buat jatuh cinta sama gue? Kalau gue sih gak usah diragukan lagi, 100% cinta sama lo, no php!" seru Barra.

Azizah memutar bola matanya malas, cowok di depannya ini memang rada tidak waras.

"Yang utama dan paling utama yang harus kamu cintai itu Allah Bar. Beberapa persennya saja untuk menusia lain. Kalau cinta kamu hanya sebatas nafsu semata, maka itu bukan cinta namanya, tapi cuma ambisi kamu untuk kebahagiaan dunia. Satu hal yang harus selalu kamu ingat, kamu gak boleh cuma mentingin urusan dunia tapi juga harus mentingin urusan akhirat."

Nasehat panjang dari Azizah cukup membuat Barra terdiam, namun sedetik kemudian cowok itu terseyum lebar menampakkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Iya Azizah, gue tahu kok kalau kita gak cuma harus mikirin urusan dunia, tapi akhirat juga harus dipikirin. Oleh sebab itu, gue mau mencari jodoh yang benar-benar bisa gue ajak kompromi nantinya untuk mempermudah jalan menuju surga. Nah lo ini yang gue pilih, lo gadis yang sholehah, punya pendidikan islam yang luas, dan selalu ramah kepada setiap orang. Jadi, gue gak salah kan kalau pilih jodoh gue itu lo." 

Ucapan Barra barusan, entah kenapa bisa membuat dua pipi Azizah bersemu, pipi gadis itu memerah dan jantungnya pun berdetak tak seperti biasanya.

'Astagfirullah Azizah, kamu mikir apasih. Ingat dosa!' batin Azizah.

"Jodoh ada di tangan Tuhan Bar. Kalau Tuhan berkehendak, maka jodoh kita pun akan datang dengan sendirinya. Jadi, manusia itu tidak bisa nentuin jodohnya sendiri."

"Ya-iya sih. Tapi apa salahnya kalau gue deketin lo, siapa tau lo itu emang jodoh gue. Hahaha!" seru Barra sembari tertawa lebar.

"Pusing aku ngomong sama kamu Bar, kamu gak bisa diomongin sama sekali. Udah lah sana balik ke asrama putra, aku gak mau pak ustadz tahu kalau kamu dateng lagi ke asrama putri."

"Cieee udah mulai perhatian yak! Jiahahah!" tawa Barra ternyata mampu membuat ibu ustadzah yang sedang berkeliling di asrama putri mendengar tawa Barra tersebut.

Cerpen Religi Bulan RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang