🍁Heart Desire🍁

1.6K 90 8
                                    


🏵️🏵️🏵️

🏵️🏵️🏵️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau. Adalah orang gila yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupku. Kau. Aku membencimu, karena sudah membuatku tertular kegilaanmu. Dan kau, aku mencintaimu."

***

Star Apartment, Gapyunggun, Gyeounggi-do
08.56. PM

Rhae Hoon menggembungkan pipinya. Kedua tangannya terkepal padahal harusnya dia mengetuk pintu apartemen di depannya sejak tadi. Sudah hampir sepuluh menit dia berdiri di sana. Dia memang punya tujuan yang jelas datang kemari, hanya saja dia tidak yakin akan mendapat tanggapan yang baik.
Gadis itu mengeratkan syal putih di lehernya. Udara penghujung tahun akan benar-benar membunuhnya sebentar lagi.

"Kenapa kau berdiri di depan rumahku?"

Shin Rhae Hoon mengerjap, reflek dia menengokkan kepalanya ke kanan. Dalam hitungan detik dia terdiam, terlalu sibuk mengagumi wangi pinus hutan bercampur aroma hujan yang menguar begitu saja dari orang yang mengajaknya bicara.

"Kubilang kenapa kau menatap pintu rumahku?" tanya pria itu sekali lagi. Rhae Hoon kembali pada fokusnya, gadis itu mengerjap cepat lalu mengangsurkan dompet berwarna abu-abu gelap, membuat pria wangi pinus itu menaikkan alis.

"Aku mencarinya kemana-mana," ucapnya lalu menerima dompet itu dengan suka cita. "Terima kasih sudah mengantarkannya kemari."

Lalu pria itu menatap tamunya - dengan artian benar-benar melihat wajah sendu itu - kemudian dia teringat sesuatu. "Kau yang kuantarkan ke rumah sakit, bukan?"

"Ingatanmu benar-benar baik."

"Tentu saja, aku sama sekali tak berpikir benda ini tertinggal di sana," ucapnya berbinar. "Mau masuk ke dalam?"

***

Nama pria yang sedang sibuk menuang wine ke dalam cawan itu adalah Cho Kyu Hyun. Rhae Hoon mengenalnya ketika lima belas hari lalu pria itu berbaik hati mengantarkannya ke rumah sakit. Hari naas itu mobil Rhae Hoon tertabrak sebuah truk pengangkut barang di tol yang sepi, Kyu Hyun yang tak sengaja melintas lantas membawa gadis itu ke rumah sakit. Dia sempat mengalami kritis, dan Kyu Hyun yang ada di sana juga berbaik hati mendonorkan darahnya. Rhae Hoon ingat dengan benar rasa sakit di kepalanya yang penuh luka, juga rasa nyeri menggila di sekujur tubuhnya.

"Minumlah."

Rhae Hoon menurut, dia meraih cawan berisi cairan merah pekat itu dan menyesapnya dalam diam.

"Aku tidak tahu kalau dompetku tertinggal di rumah sakit."

"Untung saja dompetmu tertinggal, jadi aku bisa segera mencarimu setelah keluar dari sana." Rhae Hoon tersenyum kecil dan meletakkan gelasnya di atas meja. "Aku ingin mengucapkan terima kasih atas kebaikanmu hari itu. Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku terlambat menerima perawatan."

Kyu Hyun tersenyum. "Santai saja, Nona Rhae Hoon. Kalau bukan aku yang menolongmu, pasti sudah ada orang lain yang mengantarmu."

"Ya, sekali lagi terima kasih."

Pemuda berusia 27 tahun itu tersenyum kecil. Sebenarnya dia ada janji dengan teman-temannya di klub malam ini. Dia kembali ke apartemen karena kunci mobilnya tertinggal. Tapi tanpa disangka seorang gadis cantik malah bertandang ke rumahnya.

"Jika kau tidak keberatan, aku ingin membalas kebaikanmu, Kyu Hyun-ssi."

Kening Kyu Hyun bertaut. "Kau tidak perlu melakukannya." Dia tidak tahu kalau gadis yang ada di depannya ini akan berkata demikian. Pria itu tiba-tiba berpikiran gila. "Memang apa yang bisa kaulakukan sebagai tanda terima kasih padaku?"

"Hmmm, apa saja. Apapun yang kauinginkan."

Kyu Hyun membuka mulutnya. Tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Tiba-tiba saja ponselnya bergetar.

"Hyomi tidak bisa datang, dia benar-benar minta maaf karena tidak bisa menghabiskan malam bersamamu, bung," eja Kyu Hyun pelan setelah pesan masuk dari salah satu temannya itu ia buka. Kyu Hyun mengerjap, sialan! Padahal dia sangat ingin menghabiskan malam yang dingin itu bersama Hyomi yang cantik jelita.

"Kau kenapa? Air mukamu langsung berubah tidak baik," kata Rhae Hoon tanpa berpikir.

"Tidak apa-apa. Jadi apa benar aku bisa meminta apapun padamu?"

Rhae Hoon tersenyum lalu mengangguk. "Apa saja. Aku akan mengabulkannya untuk penolongku yang baik hati."

Kyu Hyun menyilangkan kakinya dan memainkan ujung jari di atas bibir merahnya. Lelaki itu meneliti wajah gadis di depannya. Dia cantik, dengan kedua mata besar berwarna cokelat. Hidung gadis itu sangat kecil dengan pipi merona yang segar. Bibirnya juga tipis dan merah menggoda. Hanya saja gadis ini bukan tipe Kyu Hyun. Dia terlihat seperti gadis baik-baik dan Kyu Hyun tertawa - mengurungkan niat gilanya.

"Apa yang kaupikirkan, Kyu Hyun-ssi? Belum menemukan ide apapun?"

"Sebenarnya sudah. Tapi - "

"Kenapa?"

"Kau tidak akan mengabulkan permintaanku."

Alis Rhae Hoon bertaut. "Aku adalah tipe orang yang tidak mau menyimpan budi orang lain. Cepat katakan saja!"

"Kau akan tersinggung, atau akan menamparku."

"Tidak, tidak akan!"

Kyu Hyun mencebik dalam hati. Gadis ini keras kepala sekali. Baiklah! Bukan masalah kalau gadis ini akan memakinya, toh Kyu Hyun sudah berusaha menghormatinya. "Kalau begitu, bercintalah denganku malam ini kalau kau benar-benar ingin membalas budi," kata Kyu Hyun lancar dan santai. Lelaki itu lalu mengambil gelas wine dan meminumnya dengan hati-hati. Diam-diam dia merasa ngeri juga, takut-takut gadis di depannya akan melemparnya dengan sepatu.

"Jadi itu yang kaumau?" Rhae Hoon sedikit bergetar. Dia menelan ludahnya dan merasa pusing. Gadis berambut panjang itu menatap lawan bicaranya tanpa berkedip. Kyu Hyun sedang menawarinya bercinta. Oh, Tuhan! Dia bahkan baru menghabiskan beberapa menit untuk bicara dan lihat apa yang diinginkan lelaki itu.

Tapi Cho Kyu Hyun sudah menyelamatkan hidupnya. Lelaki itu sudah membuatnya terhindar dari kematian.

"Kau bisa menolaknya Nona, aku hanya kehilangan teman kencanku malam ini dan aku tidak serius meminta - "

"Tidak masalah, dimana kita akan melakukannya?!"

Kyu Hyun membulatkan matanya, dia hampir saja menjatuhkan cawan kalau genggamannya pada benda itu tidak kuat. Apa dia adalah gadis murahan? Tapi dari wajah dan gaya bicaranya, gadis itu sama sekali tidak terlihat seperti tipe penggoda.

"Kau sudah menyelamatkan hidupku, dan aku tidak mau memiliki hutang budi."

TBC

Work baru, sebenarnya ngga baru2 amat...cerita yang kutulis beberapa tahun lalu dan sekarang pengen kuterusin sampe selesai 😍 mungkin rate-nya menjurus ke dewasa ya...tapi enggak yang ehem ehem karena aku engga bakat nulis begituan, cuma nyerempet2 saja 😂


When The Love FallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang