Bab 10 | Ingin Mengakhiri

8.2K 737 33
                                    

Ardan menelungkupkan kepalanya di atas meja, sejak tadi pagi kepalanya tak ingin berhenti menyalurkan rasa sakit dan pening. Panas juga ia rasakan sekarang, ditambah dengan dingin yang bercampur dalam sensasi itu. Ardan juga tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini ia jadi sering sekali demam.

"Lu sakit?"

Meskipun matanya terpejam, kepalanya sulit terangkat, tapi Ardan beruntung masih bisa mendengar dengan baik, juga merasakan tepukan pelan di punggungnya. Dari suaranya, Ardan sudah tau itu siapa, satu-satunya orang yang mau menjadi temannya.

"Hmm...." Ardan menggumam.

"Gumaman itu maksudnya lu sehat apa sakit?" Sebut saja otak teman Ardan ini berjalannya agak lama, butuh beberapa jam untuk menyambungkan seluruh hal yang beru diserap otaknya itu.

"Demam doang" lirih Ardan, masih dalam posisinya yang menelungkupkan kepalanya.

"Emm....nggak puasa dong lu" tanya Sutha secara tiba-tiba.

"Emang lu liat gue minum tadi?"

"Enggak sih...." Setelahnya, suasana kelas menjadi diam kembali, sunyi tanpa suara yang berarti, paling-paling hanya suara tembak-tembakan dari game yang tengah dimainkan Sutha di ponselnya. Murid lain memilih untuk keluar kelas di saat puasa begini, mungkin ada yang di kelas, membaringkan badan kemudian pergi ke alam mimpi, istirahat terindah di bulan Ramadhan.

Otak udang Sutha itu terlintas suatu hal yang belum ia mengerti dari kemarin, kalimat kakaknya yang dilontarkan saat mereka tengah bicara tentang Ardan. Perlu diketahui, meskipun Sutha ini sedikit bandel dan kurang akhlak, dia anak yang selalu ingin tau hal baru atau sesuatu yang belum ia pahami.

"Dan....tidur nggak?"

"Hm?" Hanya sampai disitu kesanggupan Ardan, bicara dengan lirih dan tidak sanggup mengangkat kepalanya yang terasa begitu berat.

"Lu sakit ya?"

"Kan tadi....hhh.....gue udah bilang" Cukup sulit melontarkan banyak kata, karena kini seperti sedikit rasa sesak yang mendominasi.

"Bukan, Dan. Syakir Putra lu tau kan? Dokter lu kan?"

"Memangnya....ugh....ada apa dengan orang itu?"

"Kak Syakir itu kakak gue, dia emang nggak cerita lu sakit apa, tapi gue bisa menyimpulkan kalo.....Dan lu sakit kanker?"

Ardan belum menjawab, matanya masih memejam, otaknya melayang memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada Sutha. Kalau nanti anak itu tau penyakitnya, Ardan pasti nanti dikasihani, remaja itu paling tidak suka namanya dikasihani. Maka, Ardan lebih baik mencari jawaban lain.

Tapi beruntungnya, belum sempat bisa menjawab, seorang remaja lain sudah berteriak sampai suaranya itu menggema ke seluruh ruangan kelas, "HARI INI DAN SETERUSNYA PULANG CEPET SOALNYA BULAN RAMADHAN"

"Gue pulang duluan" Ardan menarik tasnya, kemudian pergi dari kelas, tidak begitu cepat karena tubuhnya tidak bisa melkukan hal-hal normal dengan baik lagi sekarang. Dirinya juga sebenarnya masih ingin menikmati posisi duduknya tadi, namun ia harus menghindari pertanyaan Sutha.

"Eh...Dan! Lo mau kemana?! Woi!" Baru satu langkah mau mengejar, namanya dipanggil oleh siswi cantik di belakangnya.

"Tha! Bayar uang kas dulu bego!"

"Eh? Santai dong....lagi puasa tau"

"Biarin, orang gua lagi gak puasa!"

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ardan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang