7

187 37 1
                                    

Ya Tuhan, apa salah hamba?

Serena menyeruput kopi panasnya perlahan seraya mengernyit merasakan getirnya espresso yang ada di dalam tumblr ini. Ia tidak pernah menyukai rasa pahit dari espresso, tapi minuman ini adalah satu-satunya minuman yang berhasil membuatnya terjaga sepanjang malam. Anehnya, ia masih tidak terbiasa dengan minuman ini setelah bertahun-tahun mengandalkan espresso untuk kelancaran lemburnya.

Serena melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 5 sore, lalu menghembuskan nafasnya lelah. Hari ini ia harus lembur, dan semua ini berkat atasannya yang menyebalkan. Siapa lagi kalau bukan Luca? Atasannya memang tidak hanya Luca, tapi Serena jamin pasti hanya pria itu yang akan mengganggunya.

Luca meminta agar Raihan dan Serena segera mempresentasikan kembali rencana konsep yang akan mereka garap untuk Samudera Regency –Proyek Hunian milik Luca dan Pak Dharmawan-, tepat setelah mereka kebetulan bertemu di rumah makan seafood siang tadi. Dan siang yang panjang tadi hanya dihabiskan dengan perdebatan antara Luca dan Serena yang saling mempertahankan argumennya masing-masing. Sementara Raihan berada di posisi netral, lebih cenderung mencari jalan tengah atas mau Luca dan mau Serena yang seringnya bertolak belakang. Perdebatan sengit itu berujung pada perintah Luca yang ingin agar konsep direvisi kembali dan dipresentasikan esok hari.

Dan setelah Serena dan Raihan kembali ke ruangannya, secara ajaib Raihan diminta untuk melepaskan proyek Samudera Regency dan mendapatkan proyek baru. Otomatis kini hanya Serena, satu-satunya yang bertanggung jawab untuk Samudera Regency. Setelah ini Serena yakin, Luca akan teramat sering membuatnya kesal. Tentunya pria itu sengaja menyuruhnya melakukan ini dan itu, yang lebih menyebalkan adalah Serena tidak akan bisa dengan mudah membantah titah sang atasan.

Serena mengacak rambutnya kesal, kemudian kembali meminum espressonya dengan tergesa. Alhasil ia merasakan sensasi terbakar pada lidahnya akibat espresso yang masih panas. Ia merasa hari ini memang hari sialnya. Untung saja panas dari kopi dapat diredam oleh cuaca di luar kantornya sore ini.

Sialan, Luca.

Dari balik kaca jendela diruangnya, terlihat rintik-rintik hujan yang menetes dari langit kota yang tampak gelap. Tidak deras memang, tapi sedari tadi gerimis tidak berhenti. Seingat Serena, gerimis telah mengguyur sejak jam 3 sore hingga petang ini. Bahkan cuaca di dalam kantor juga terasa lebih dingin.

Untungnya saat ini Serena sendirian berada di kantor, seluruh rekan seprofesinya telah meninggalkan kantor beberapa saat lalu. Ia bisa bebas mengutuk, mengumpat, apapun itu namanya. Tentu saja Luca yang menjadi objek kekesalannya. Siapa lagi?

"Nggak ngerti lagi, deh. Itu orang ada masalah hidup apaan sampai bikin hidup gue jadi nggak tenang gini." Serena menggerutu. Walau begitu ia tetap bersiap-siap menjalankan aktivitas lemburnya, dimulai dari mengucir tinggi rambut panjangnya.

Jemarinya menekan tombol on pada komputer yang terletak di mejanya, kemudian menunggu proses loading beberapa saat seraya bersedekap dada merasakan hawa dingin yang terasa menusuk kulitnya. Pagi ini ia hampir memilih mengenakan sweater sebagai outfitnya, namun ia urungkan ketika pagi ini melihat matahari bersinar sangat cerah. Alhasil ia mengenakan kemeja tanpa dibalut blazer maupun jas, akan tetapi hujan justru mengguyur pada sore harinya. Tahu begini ia lebih baik mengenakan sweater.

"Semuanya emang gara-gara si Cungkring."

Sudah cukup Serena mengutuki Luca, alangkah lebih baik untuk fokus saja saat ini. Luca sudah mengacaukan harinya, tidak perlu lagi Luca membuat pekerjaannya menjadi lebih lama lagi karena Serena terlalu sibuk mencaci maki pria itu.

[HUNRENE] : Mr. Suit and TieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang