12

181 36 3
                                    

FLASHBACK

"Oh my God, guys. Kenapa sih Pak Pratama suka banget ngasih PR bejibun? Gue lupa harus dikumpulin besok. Jadi gagal kan gue mau nyalon sore ini." Seorang gadis dengan rambut berwarna coklat terang terdengar sedang berkeluh kesah seraya memasukkan semua peralatan sekolahnya –lipstik, bedak dan cermin- ke dalam ransel hitam berbahan kulit miliknya yang nampak mahal dan mengkilap.

Seorang gadis lainnya dengan seragam ketat dan rok abu-abu yang nampak begitu sesak membalut pantat hingga jauh di atas lututnya yang terduduk di sampingnya menimpali, "Iya. Emang ya si bapak tua itu, bikin susah orang aja. Gue juga janjian sama pacar gue mau kongkow gitu. Ada club malam asik, babe. Baru buka gitu, tenang aja kita pasti bisa masuk kok."

"Ih, mau banget dong ikut. Mumpung bokap nyokap gue lagi ke luar negeri, gue free banget nih."

Para siswa masih terdengar riuh di dalam kelas seraya menunggu bel pulang yang seharusnya berbunyi 5 menit lagi. Beberapa orang nampak berkumpul menggerombol dengan gengnya masing-masing. Oh, kecuali satu gadis cantik dengan kacamata yang bertengger di mukanya yang nampak tidak peduli dengan kegaduhan di sekitarnya. Mata hitamnya sibuk berkelana memandang jendela kelas di sampingnya yang langsung mengarah ke taman sekolah.

Hingga seorang gadis dari salah satu geng yang mengatasnamakan diri mereka sebagai "The Most Prettiest Girls in The School" membuyarkan lamunannya. "Hai, Serena. Ngelamun aja."

Serena hanya memandang sekilas wanita dengan rambut coklat terang dan bibir kemerahan tersebut, kemudian kembali menatap ke arah luar jendela.

"By the way, tugas Pak Pratama lo udah belum?" ujarnya lagi.

"Udah." Jawab Serena masih tidak mengalihkan pandangannya dari jendela.

"Boleh lihat buku tugas lo, nggak? Gue nggak paham, nih. Susah banget tahu materinya. Gue nggak ngerti lagi sih, Ren. Lo emang jenius."

Serena berdecih dalam hati, bagaimana bisa di tempat ini begitu banyak manusia yang bertingkah menyebalkan seperti gadis yang berdiri di sisi mejanya –Brigitta-. Penjilat. Serena memang jenius, tapi baginya Si Brigitta itu lebih jenius. Seharusnya gadis berpenampilan seksi itu masuk ke sekolah akting saja melihat betapa terampilnya ia bertingkah memelas.

"Gue bisa pinjemin catatan gue kalo lo mau, nanti lo bisa kerjain tugas sambil belajar dari catatan gue." Alih-alih memberikan buku tugasnya, Serena lebih memilih meminjamkan buku catatannya. Selalu seperti itu, Serena tidak pernah memberikan hasil pekerjaannya dan teman-teman sekelasnya akan selalu bergunjing di belakangnya. Yah tentu saja ia tidak peduli, bukankah orang berbicara di belakang karena kita berada di depan?

"Nggak jadi, deh. Makasih, ya." Lalu Brigitta meninggalkan ia bersama teman-temannya. Serena yakin 100% bahwa kali ini ia akan kembali menjadi bahan gosip di seantero geng sok high class tersebut. Dalam cerita mereka, pasti dirinya adalah si miskin yang sombong dan pelit. Tapi tetap, Serena tidak peduli.

Lalu kelas berangsur menjadi sepi tatkala bel pulang telah berbunyi dan para siswa berhamburan keluar kelas. Serena segera beranjak dari bangkunya seraya menenteng ransel miliknya, kemudian berjalan ke barisan belakang di kelasnya. Seperti dugaannya, seseorang masih nampak tertidur di salah satu bangku belakang.

Gadis mungil ini membenarkan letak kacamatanya yang mulai merosot dari hidungnya seraya berjalan mendekati sosok yang tengah tertidur itu. Dan kali ini ia kembali dibuat kesal lantaran panggilannya tidak membuat sosok di hadapannya terbangun.

[HUNRENE] : Mr. Suit and TieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang