"Romo, apakah lebih baik baju hitam atau baju putih?
Putih tampak menarik, tapi ternyata hatiku lebih memilih baju hitam. Kira-kira kenapa hitam ya, mo?"
Ya tanyakan saja sama hatimu, nduk..
"Aku takut, mo. Hitamnya... terlalu gelap, ingin lari saja rasanya"
Menakutkan karena kau terus saja berlari, nduk. Coba berhenti sejenak, ambil baju hitam itu dan pakailah, kau takkan pernah tahu sebelum mencoba. Jadilah berani, nduk..
"Romo, tapi--kan....."
Nduk, dalam gelap, mungkin saja kau merasa ketakutan, itu wajar..
Rasa takut yg membuatmu terus saja mencari hal-hal di luar dirimu.
Pasti sangat melelahkan ya, nduk.."...."
Ingat nduk, engkau bukanlah rasa takut itu..
Setelah lelah mencari-cari tak pula kau temukan, maka jangan lupa berhenti sejenak. Diamlah, nduk.. saat itulah kau mulai mengamati dirimu."Ndak bakal gelap lagi? Apa ada cahaya di situ, mo?"
Di kedalamanmu bukan lagi tentang cahaya dan gelap, nduk. Keduanya telah melebur, menyatu dalam kekosongan, membaur dalam keheningan..
"Apa artinya aku hilang, romo?"
Nduk, engkau selalu ada, bahkan dari sebelum kau memilih baju, kau selalu ada.
Tapi, kau terus saja melupakannya.."Romo... Maksudnya bagaimana?"
Nduk, engkau selalu ada, karena engkau hadir. Ketika engkau hadir, maka kau ada. Itulah Engkau yg sebenarnya. Engkau tak memerlukan baju hitam, baju putih, atau baju apapun lagi, melainkan hanya engkau yang hadir di sini, dan saat ini...
KAMU SEDANG MEMBACA
Di-Monolog
RandomBermonolog ataupun berdialog sama saja menurutku. Setiap kata memiliki keindahannya, setiap tutur dalam bahasa, memiliki eksistensinya. Tergantung, dengan cara apa kita mengungkapkannya. Sambil membasahi tenggorokanku dengan lemon hangat, kembali...