Shila terkejut mendengar ucapan Kevin seperti itu, Shila pun merasa bersalah. Shila melihat wajah Kevin sejenak, ingin melihat seperti apa raut wajahnya, tatapannya berfokus pada segelintir murid yang sedang memperhatikan mereka, seperti ada kekesalan juga ditatapan matanya.
"Yaudah Shil gak papa, gue ngerti kok. Lo mau gue bungkusin makanan apa? Biar makan di kelas?" tanya Kevin.
"Hmm, gak usah Vin."
"Gak mau juga?" tanya Kevin.
"Bukan gitu, maksud gue gak usah dibungkus, gue ikut lo ke kantin," jawab Shila.
"Yakin?" sahut Kevin, senyuman diwajahnya sedikit tergambarkan, dan kekesalan yang terdapat dimata nya sebelum itu, kini mulai pudar.
Shila mengangguk dan mulai mengeluarkan garis pada sisi bibir nya, terlihat gigi kelinci yang lucu. Lalu, mereka berdua berjalan dengan sejajar, dengan senyum yang menghiasi wajah mereka.
Untuk sekarang, Shila mencoba mengerti keadaan Kevin. Mungkin selama ini Kevin sudah bosan dengan sifat dingin nya itu, mungkin dia sudah ingin berteman dengan yang lain nya. Sesampai nya Kevin dan Shila di kantin, semua anak-anak yang berada di situ mulai memandang mereka dengan penuh duga-duga. Sudah terbaca oleh Kevin dan Shila bahwa mereka akan menjadi sorotan mata lebih banyak anak.
"Lo mau makan apa?" bisikan itu yang membuat telinga Shila merasakan hembusan nafas yang begitu hangat.
Suara Kevin yang begitu lembut membuat Shila tak bisa mengontrol jantung nya. Jahat Kevin, mengapa harus berbisik di telinga Shila seperti itu, dia hampir terbang setelah merasakan nafas singkat nya.
"Bakso!" jawab cepat Shila dan langsung menghindari Kevin lalu mencari tempat duduk, tubuh nya tak berhenti bergetar, seperti disengat listrik saja.
Baru saja Shila duduk, Kevin sudah membisikan pertanyaan lagi di telinga Shila, "pedas gak?" sambil tersenyum.
"Vin! Gak bisa ya ngomong nya gak bisik-bisik?" sahut Shila dengan nada sedikit kesal.
"HAHAHA, sorry sorry. Lagian lo lucu Shil kalo kaya gitu."
"Kaya gitu? Kaya gitu gimana?"
"Nggak haha," jawab Kevin lagi, sambil beranjak pergi mengambil pesanan nya.
Shila mulai malu sendiri, banyak orang yang memperhatikan Shila dan merasa aneh dengan mereka berdua, sebab murid lain baru pertama kali melihat Kevin bersama murid Perempuan yang bisa makan dengan nya dan bisa membuatnya tertawa seperti tadi.
Shila hebat.
"Silahkan, Tuan Puteri!" tangan Kevin menyodorkan semangkuk bakso.
"Makasih."
Mereka berdua pun mulai menyantap bakso tersebut dengan nikmat, ditambah dengan obrolan di sela-sela mereka mengunyah.
"Vin?"
"Hm?"
"Lo gak sedingin yang gue kira ya ternyata."
"Hahaha, gue udah paham banget pasti lo bakal ngomong kaya gini."
"Hah?"
"Jadi gini Shil, sebenernya gue gak seperti apa yang lo kira—" ucapan Kevin menggantung, seperti sedikit mengerem ucapannya.
"Maksud nya?" tanya Shila sambil menyedot Air yang ada di hadapannya alih-alih takut tersedak jika ada perkataan yang membuat nya kaget.
Kevin pun mengikuti Shila untuk minum juga, alih-alih untuk memperlancar obrolan mereka sampai pada dititiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK
RomanceTepat sebulan sebelum ujian kelulusan dimulai, Shila dan Kevin harus mengorbankan perasaan mereka kepada jarak. Masalah keluarga serta tanggung jawab yang membuat Kevin harus meninggalkan Shila keluar Negeri. Tapi di balik semua itu, Shila berusaha...