"Untuk melupakan dan mengenang

38 22 0
                                    

Matahari sudah menunjukan terik nya, mata Shila menatap ke atas langit sambil mengusap keringatnya. Polusi jalanan dan angin yang terasa panas kini menerpa tubuhnya, entah bau apa yang sudah menyinggapi tubuh nya.

Dan tiba-tiba Shila teringat pada suatu jalan yang pernah Shila dan Kevin lewati saat itu. Kevin pernah bilang bahwa dia selalu ke sana jika merasa sedih untuk bertemu seorang Ibu yang pernah menghiburnya waktu kecil. Shila berpikir bahwa dia akan menemukan Kevin di sana. Shila langsung menuju tempat itu, dan berharap kali ini adalah tempat terakhir untuk pencariannya.

Sebuah angkutan umum yang sekarang sedang Shila tumpangi pun di ambil alih olehnya, "Bang agak cepetan ya," ucap nya. Dan kebetulan hanya ada Shila dan dua penumpang saja di dalam angkutan umum itu, tentu nya Shila tidak akan mengganggu perjalanan mereka. Toh, searah juga.

Dan tak lama, Shila sudah sampai di tujuan harapan terakhirnya. Mata Shila tertuju pada sesuatu di ujung gang, Shila perlahan-lahan mendekati seorang Lelaki yang sedang berdiri menghadap sebuah gerbang rumah yang tertutup. Tatapan Lelaki itu sedikit mendongak, seakan berharap ada seseorang yang keluar dari dalam situ. Kaki nya sedikit menendang kerikil yang berada di sekitar tempatnya berdiri. Sesekali menghela napas dan menundukan kepalanya.

"Kevin?" panggil Shila.

Kevin menoleh perlahan ke arah Shila, melihat siapakah yang memanggil nya, Kevin langsung terkejut.

"Lo kok di sini? Lo bolos juga?" tanya Kevin langsung mendekati Shila.

Shila langsung menjatuhkan dirinya ke rumput di pinggir jalan, memegang kaki nya yang terasa lelah, nafas nya dia kontrol dengan hembusan dan tarikan napas, mata Shila melihat ke arah Kevin yang sedari tadi melihat nya heran. Kenapa Shila bisa selelah ini?

"Shil? Lo dari sekolah lari kesini?" kaki nya perlahan terlipat, badannya membungkuk ke arah Shila yang sedang tak berdaya berada di atas rerumputan.

"Lebih dari itu. Oho oho," dia batuk sedikit, menarik napas kembali. Rambut Shila nampak seperti singa, wajahnya kusam, benar-benar kotor, dan bau keringat.

"Shil, jangan duduk di atas rumput begitu, nanti kalo ada binatang masuk ke rok lo gimana?" seketika bokong Shila langsung terbangun dan menghindar, tapi ketika Shila mengangkat tubuhnya, tiba-tiba kaki nya sedikit tertekuk dari pijakan, dan dappppp... Kevin langsung menahan Shila agar tidak jatuh. Tangan mereka saling berpegangan, dada mereka pun hampir berdekatan, dan kini tatapan mata mereka berdua beradu.

Mungkin tatapan dua insan ini menjadi koma kembali untuk beberapa saat, sampai ketika suara kendaraan terdengar, brrmmm...

•••


Tatapan mata itu, mata yang tidak asing.
-Kevin

•••

"Hei Shil!" dipetikannya jari jemari Kevin di depan wajah Shila, supaya dia sadar dari tatapannya yang koma.

Shila langsung menghindari tubuh nya dari tubuh Kevin. Sedikit merapikan seragam nya dan sedikit menciumi bau tubuh nya lalu mengeskpresikan betapa menjijikan dirinya sekarang.

"Lo habis main futsal? Sampai sebau ini?" celoteh Kevin.

Wajah Shila langsung memerah, dan menggebuk tubuh Kevin pelan.

"Apaan sih lo! Gue nyariin lo keliling Jakarta tau gak! Kalau lo bunuh diri gimana?! Mana panas banget! Banyak debu!" cerocos Shila dengan wajahnya yang di tekuk.

"Hah? Keliling Jakarta? Ngapain? dasar bodoh!" tangan Kevin langsung menoel kening Shila pelan, "Lo nyariin gue?" tanya nya.

"Vin, setelah lo ngungkapin semua nya di depan orang banyak, terus pergi gitu aja. Siapa yang gak khawatir?" ucap Shila.

"Lo doang kan?" tanya Kevin.

"Semua nya!"

"Kalau semua nya khawatir, kenapa hanya ada lo di sini? Mana yang lain? Kenapa hanya lo yang bolos sekolah? Kenapa hanya lo yang mau panas-panasan, sampai bau begini?"

"Ah Kevin! Sebau itu apa gue? Sampai lo katain gue berkali-kali."

Kevin hanya menahan tawa melihat wajah Shila yang kesal setelah perkataan itu Ia lontarkan, benar-benar Shila yang imut.

"Lo ngapain berdiri di sini? Sudah berapa lama lo berdiri? Ini rumah Ibu yang kemarin lo ceritain ke gue ya?" pertanyaan Shila menurut Kevin adalah pertanyaan bertubi-tubi, membuat nya bingung harus menjawab yang mana dulu, alhasil Kevin hanya terdiam sambil menatapi rumah itu.

"Gue nanya Vin, bukan nyinden!"

"Sudah yuk pergi!" kaki Kevin langsung melangkah diikuti oleh langkah kaki Shila.
Shila melirik perlahan ke arah wajah Kevin berulang kali, wajah Kevin hanya menunduk sedari tadi, kaki nya menjadi sayu saat berjalan.

"Vin."

"Shil."

Panggilan itu berada didetik yang sama, mereka menghentikan langkahnya, saling berhadapan tubuh dan menatap.

"Shil, bisa gak? gue minta Untuk lo lupain semua ucapan gue tadi pagi, semua! Tanpa terkecuali," ucap Kevin mendahului.

"Semuanya?"

Kevin mengangguk.

"Termasuk... pagi Shila," ucap nya sambil meniru ekspresi wajah Kevin sewaktu pagi tadi memasuki kelas dan menyapa nya.

"Hahaha, kalau itu jangan. Harus lo kenang," ucap Kevin, sambil wajah tampan miliknya di dekatkan ke wajah Shila yang mulai memerah, ditambah lagi tangan Kevin yang mengacak-acak rambut Shila. Oke, kaki Shila sekarang mulai bergetar dan hati nya mulai menjadi lebay.

UNTUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang