Keseharian kembali menjadi seorang pelajar yang mengais sebuah pundi-pundi ilmu, pergi kala embun masih di pandangan dan pulang kala senja terpampang nyata. Demikian, tak luput dari cerita kertas dan tinta, serta celotehan berbagai perangai remaja yang sedang jatuh akan cinta nya, tidak luput pula menjadi serangan murka para pengajar. Biasanya yang terkena adalah anak-anak nakal yang banyak akal. Membuat pekerjaan para Guru Bimbingan Konseling saja. Lumayan banyak cerita; banyak juga yang dikenang.
"Kemarin ngobrol apa sama Mama?" bisik Kevin dari seberang tempat duduk Shila.
Pertanyaan itu baru keluar sekarang, karena kemarin tak sempat Ia sampaikan sebab terlalu banyak topik yang sayang untuk dilewatkan.
"Hanya ceritain—ada deh!" senyuman Shila merekah ruah, rasa penasaran Kevin tertutup oleh hiasan itu.
"Oh gitu, pulang nanti ikut aku ya!"
"Kemana?"
"Kamu kan masih ada janji."
"Janji?"
"Lupa?"
"Hei! Bisik-bisik apa kalian berdua?! Sementang—" belum selesai Max memergoki perbincangan mereka dari belakang kursi Kevin, tiba-tiba seorang teman lain masuk dengan berita yang sedikit mengejutkan.
"GUYS!" semua mata berpusat pada nya.
"Pingkan—" tatapan semua anak menjadi penasaran ketika penyebutan nama itu, mengingat baru kemarin ada pertengkaran antara Kevin dan Pingkan.
"Pingkan—keluar dari sekolah!" semua menerka-nerka, tetapi enggan mengeluarkan suara. Hanya lirikan mata mereka saja yang berpusat pada Kevin.
Shila langsung teringat pada Pingkan yang sempat Ia khawatirkan juga. Mengapa Ia bisa sampai selupa ini, dan mengapa juga Airin bungkam tanpa memberitahu Shila bagaimana keadaan Pingkan. Apakah semalam Airin tidak ingin mengganggu kesenangan Shila, Shila mencoba untuk mengerti.
"Ai," Panggil Shila.
Airin menoleh ke arah Shila, dan hanya memandang Shila seperti ingin memberitahu sesuatu tapi tidak di sini. Di sisi lain, Kevin hanya terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu, matanya berfokus pada lembar kertas kosong di hadapannya.
Oh semesta, apalagi sekarang?!
•••
"Butir buah pada gelombang kini mulai mengambang
Semua serasa menjadi perumpamaan yang tak dapat terkias
Ketika semua menjadi perasa, suara perlahan mulai berbalas
Salah siapa, bukan lagi jawaban paling penting.
•••
Bunyi yang terdengar di seluruh penjuru sekolah mulai bersahutan, menandakan pelajaran hari ini telah usai dan selamat bertemu esok. Semua Murid mulai bergegas untuk melakukan kegiatan lain, entah pelajaran tambahan, ekstrakurikuler, atau les selayaknya kelas 3 yang sedang mempersiapkan ujian.
"Kevin, lo gak lagi ngajak Shila kemana-mana kan?" tanya Airin, Kevin menatap Shila memberi isyarat untuknya. Kan Kevin sudah bilang akan mengajak Shila untuk menepati janji yang pernah Shila ucapkan, walaupun Shila masih tak mengingat janji apa itu.
"Nggak sih, tapi—"
Kata "tapi" dibuang begitu saja oleh Airin, "gantian! Gue pinjam Shila nya dulu, ayok Shil!" tangan Shila langsung ditarik keluar oleh Airin, Shila hanya menatap Kevin sesaat dan langsung pergi terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTUK
RomanceTepat sebulan sebelum ujian kelulusan dimulai, Shila dan Kevin harus mengorbankan perasaan mereka kepada jarak. Masalah keluarga serta tanggung jawab yang membuat Kevin harus meninggalkan Shila keluar Negeri. Tapi di balik semua itu, Shila berusaha...