4. Pertemuan Pertama

9.3K 2.2K 713
                                    


"Kalau sekali lagi lo cabut dari kelas Bu Riska, lo bakalan dapet surat peringatan." Alih-alih merasa bersalah, perkataan Lily justru membuatku berdecak malas.

"Berarti kesempatan gue satu kali lagi, ya?"

"Iyalah,"

"Kalau gitu pas pelajaran Bu Riska gue nggak akan ke kantin lagi, tapi balik ke rumah." Ujarku tanpa ekspresi. Sedangkan Lily cuma geleng-gelengin wajahnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

Sejatinya, perkataan Yangyang di kantin tadi menghantuiku terus-menerus. Itu adalah sebuah peringatan. Bagaimanapun juga dirinya telah menunjukan sikap kurang nyamannya ketika dia tahu bahwa aku masih terus menguntit informasi tentangnya.

Kamu tau, itu merupakan tamparan keras. Rasa malu dan sedih saat itu beradu, ujung-ujungnya aku tidak tahu apa nanti aku masih berani ketemu wajahnya atau malah sebaliknya? Cowok ribet banget tai.

Tapi, bukan cowok deh, aku deh yang ribet.

"Lil, kayanya gue bakalan serius lupain Yangyang," ujarku tiba-tiba. Lily memutarkan bola matanya,

"Ah, lo udah sering banget tau bilang begini gue bosen banget sumpah!"

"Nggak, Lil gue serius"

"Kemarin-kemarin lo bilang begini juga sama percis,"

"Gue amat-sangat serius, Lily!" ujarku penuh ketegasan.

"Nah yang begini juga lo ucap kemarin,"

"Gue beneran serius, bakal lupain Yangyang dan nggak ngomongin dia lagi,"

"Kalimat begitu juga lo udah pernah bilang, Feb. Yang lain coba!"

Aku memajukan bibir bawahku, "Gue benci sama Yangyang,"

"Kalo yang ini gue baru denger!" katanya dengan wajah terkejut.

"Lo serius apa?"

"Ya iya serius, gue udah sadar sekarang,"

"Gue cerewet banget deh buat ngasih tau lo tentang ini. I know you love him, but i'ts over mate, it doesn't matter, put the phone away, it's never easy to walk away, let him go, it will be alright." Kata Lily.

Aku menganga, "Cakep juga english lo."

"Ye, orang itu lirik lagu,"

Nangis.

"Intinya udah deh, ya ampun modelan Yangyang kan banyak, ada Dery, San, Changbin, Yohan, Haknyeon, mau yang mana? Pilih, pilih, pilih,"

Aku ketawa, tapi tawaku mereda saat akan menjawab, "Mark aja bisa nggak?"

"Yaelah, nggak ada di opsi!"

Langkah selanjutnya adalah aku merobek kertas dari bagian belakang buku dan menuliskan sesuatu disana yang aku ambil dari gallery ponsel.

Tidak lain dan tidak bukan adalah;

"Nih," ulurku.

"Apaan?"

"Nomor Jeno," Lily tersenyum lebar. Tangannya hendak meraih kertas tersebut namun aku arahkan ke arah yang berlawanan menyebabkan dia gagal meraih kertanya. Dan dahinya berkerut.

"Bantuin gue sekali lagi," ucapku, Lily mendengus. Nafasnya dia buang dengan cara yang kasar dan tatapan matanya menjadi malas,

"Apa lagi?"

"Gue mau ngaku ke Udon kalo Nyenyi itu gue bukan lo,"

Lily menepuk tangannya terlihat sangat excited, "bagus dong!"

(✓.) Midnight StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang