⚠️ ⚠️ ⚠️ ⚠️ STREAMING 👆 👆 👆 👆
ASSALAMUALAIKUM SELAMAT PAGI MENUJU SIANG KAMU MASIH HIDUP?
●●●
Kita ketawa ngakak setiap Dery dan Lucas cerita tentang pengalaman lucu mereka.
"Gua pernah tuh pas kerumah temen, parkir depan rumah tetangganya karena rumah temen gua sempit, masuk gang, baru turun dari motor tiba-tiba keluar dari dalem rumah sambil bilang 'Mas, sales vakum? Dari tadi ditungguin'." Cerita Dery. Aku, Tzuyu dan Yuqi ketawa kencang.
"Muka lo kaya penyedot debu," celetuk Tzuyu. Dery santai aja anaknya.
Tawaku mereda setelah lihat Lily datang dari arah luar kelas dan beranjak duduk di bangku miliknya. Aku berdiri meninggalkan Tzuyu, Yuqi, Dery dan Lucas yang di rasa masih melanjutkan cerita.
Aku pergi menghampiri Lily yang berada di meja depan,
"Darimana bu Aji?" tanyaku yang langsung menjatuhkan bokongku ke atas kursi milik San─seseorang yang duduk bersama Lily─ tapi yang punya nggak tahu dimana.
"Dari ruangan Pak Guntur, menyempurnakan nilai." Jawabnya. Sebelum aku kembali bertanya, rupanya Lily sudah membuka mulut duluan untuk menjelaskan,
"Negosiasi, tugas Sejarah gue dapet delapan kalau mau seratus gue harus nyeselesain essay yang dia buat, gampang, selesai deh tiga biji doang!"
Aku memajukan bibir bawahku untuk menanggapinya. Serius, kalau udah bergelut dengan pelajaran itu bikin pusing banget jinjja.
"Ngomong-ngomong gue itu pinter, Lil!" ucapku kemudian. Lily noleh dengan keheranan.
"Waktu SD matematika gue dapet sembilan gue nangis, perih banget hati gue dapet segitu. Pas SMP matematika gue dapet tujuh, gue mulai-mulai agak bodo amat meskipun nggak terima. Eh, pas SMA dapetnya enam, gue kaget! Soalnya biasanya tiga."
"HAHAHHA nyesel gue simak!" kata Lily disertai tawanya.
"Feb lo tuh terlalu terpaku sama pemikiran kalau orang pinter itu jago matematika sama ipa. Padahal kan kepintaran itu nggak di nilai darisitu. Orang punya kepintaran yang berbeda." Jelas Lily.
Alih-alih menyimak, aku justru menepuk belakang bahunya, "Widih jadi keren banget lo, habis keluar dari isekai mana?"
"DASAR WIBU."
"BUKAN ANJING."
Ini bukan jam kosong. Pelajaran sebelumnya telah selesai dan kini tinggal menunggu Bu Nimas untuk masuk sebagai pengajar selanjutnya di pelajaran kelas seni. Tapi, dirinya tidak juga menampakan diri. Itulah alasan kenapa keadaan kelas agak berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
(✓.) Midnight Strangers
Teen Fiction𝗦𝗨𝗠𝗠𝗔𝗥𝗬 : Pergi ke pulau terpencil sendirian merupakan cara ampuh untuk melupakan seseorang menurut mitos. Namun menginstall aplikasi strangers dan bertemu seseorang di dalamnya juga bukan pilihan yang buruk. Pertemuan pertama kami di Burger...