10. Harusnya Nggak Gini

8.8K 2.1K 447
                                    

Banyak kabar yang nggak enak banget. Mending update aja lah ye, pusing gue.


























Jam sepuluh malam akhirnya datang. Aku menatap nanar nama Udon yang ada di dalam aplikasi MS. Pikiranku kalang kabut ketika harus memikirkan kejadian dan perkataan tadi sore di rumah makan Jepang bersam Haechan.

Aku nggak karuan banget. Asli, ada rasa lega tapi menyesal juga ada.

Lega karena akhirnya aku bisa jujur kepada salah satu diantara Haechan dan Mark. Jadi bebanku tinggal kepada Mark saja. Tapi berat banget, karena PR-ku harus jujur kepada Udon langsung.

Dan menyesal, menyesal karena aku takut Haechan ngasih tau Mark tentang ini.

Yang aku takutin adalah Mark nggak nerima. Mark baik, Mark asyik, Mark seru dan aku belum mau kehilangan semua paket itu yang ada di dalam diri dia. Aku juga belum kasih tau ini ke Lily karena lagi agak slek sama cewek itu perihal tadi siang.

Gila sumpah aku nggak tahu harus ngapain. Aku butuh teman buat sekedar bertanya tentang kapan waktu yang tepat aku cerita kepada Udon. Lily tuh orang yang tepat tapi kayaknya aku nggak akan hubungin dia duluan. Iyalah gila aja, ngapain banget aku nelfonin dia duluan, padahl jelas-jelas Lily sendiri yang nyuruh aku buat berhenti suka sama Mark.

"Hallo, Lil?"

Tapi kayaknya aku nggak bisa deh.

Suara Lily kemudian masuk kedalam rongga telingaku ketika aku berkata demikian.

"Kenapa,Feb?"

"Lo sibuk, nggak?"

"Nggak sih, gue baru selesai ngerjain tugas. Baru mau mainin hape. Lo kenapa nelfon?" tanya dia masih dengan nada yang normal. Ternyata yang menganggap bahwa aku dan Lily bermusuhan cuma aku. Dia mau nggak ya dicurhatin setelah beres belajar? Pasti mumet banget? Nggak apa-apa kali kayanya.

"Anu ... Lil?"

"Kenapa?"

"Gue sama Haechan ..."

"Kenapa? lo sama Haechan?" Aku nggak menjawab. Bingung.

"Jadian?" tanya Lily.

Alisku mengatup, "Bukan. "

"Gue sama Haechan baru makan udon," sumpah susah banget buat ngomongnya gimana ya ini nyusun kata-katanya?

"Hah? Lo sama Haechan makan Mark?" ya ampun dia rangking dua di kelas tapi kaya gini.

"Udon Li ... udon beneran, mi udon." Lily ketawa ngakak.

"Oh hahaha ... okay? Jadi apa pointnya? Lo bertele-tele banget." Katanya. Lily emang kaya gitu anaknya ceplas-ceplos.

"Gue ngaku ke Haechan kalau gue Nyenyi pas makan udon."

"Hah?"

Hah hoh hah hoh melulu! "Feb, nggak usah bawa-bawa udon dulu coba. Ulang?" pintanya.

Aku mendengus sambil merotasikan bola mataku sebal, "gue bilang ke Haechan kalau gue itu Nyenyi." Ulangku. Lily mungkin menutup mulutnya disana saking tidak percayanya atas apa yang aku ungkapkan. Kayanya sih, dari suara dia yang amat sangat terkejut, otakku membuat visualisasinya.

"HAAAAAAAAH?"

"AKHIRNYA!"

"CERITAIN! TAPI BENTAR GUE NGAMBIL CIKI BALL DULU."


Haechan menoleh kerahku dengan tatapan yang nggak bisa aku artikan saat itu. Agak tajam sih, aku bahkan nggak berani natap dia. Aku menyatukan kedua telapak tanganku meminta maaf kepadanya, mungkin bisa jadi perantaraku untuk meminta maaf kepada Udon atau Mark.

(✓.) Midnight StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang