EXTERRUIT {09}

32 10 49
                                    

Gadis berambut sepunggung itu dengan sangat kelaparan melahap makanan favoritnya.

"Fi, pelan-pelan napa." Agni menatap kawan satunya itu. Merasa khawatir takut temannya tersedak.

"Lapwer gwue."

"Ya, iya laper. Tapi gak usah gitu, lo ngomong aja gak jelas gitu." Nara ikut berkomentar. Sambil menyumpit mie kuah nya.

"Hm iya deh iya nih pelan-pelan."

"Eh, guys. Besok kita libur?" Agatha menatap layar ponselnya agak terkejut.

"Tau dari mana lo?" tanya Nara merasa santai. Karena biasanya berita yang diucapkan Agatha itu fake alias hoax.

"Nih, di gc angkatan." Agatha memperlihatkan benda pipih itu pada Nara.

"Tau ah, jangan dipercaya dulu. Nanti tanya ke Bu Anggun aja,"ujar Fia yang memang tidak mudah percaya dengan kabar burung seperti itu.

"Iya ya, abis ni pelajaran Bu Anggun."

****

"Ada yang mau nanya ga, guys?"tanya Bu Anggun setelah menerangkan beberapa materi dari bab yang sedang dipelajari murid-murid kesayangannya. Ya, Bu Anggunsari Eulis, guru Bahasa Indonesia kelas XI dengan gaya gaulnya. Hanya pada murid-murid kesayangannya. Siswa-siswi penghuni 11 A.

Tapi jika ke murid-muridnya yang lain, sifatnya berubah 180 derajat. Bukannya pilih kasih, tapi sifat aslinya memang seperti itu. Hanya saja, beliau mencoba menjadi sahabat bagi muridnya di kelas 11 A. Pengalaman saat kecil. Pengalaman yang menyedihkan. Ia tidak mau pengalamannya itu dialami murid-murid kesayangannya.

"Gak lah, Bu. Begini mah gencill," Putra menyatukan ibu jarinya dengan jari telunjuknya, seperti sedang menyentil sesuatu.

"Kamu sombong! Nanti nilai jelek, dapet azab masuk Indosiar tau rasa kamu, Put!" Bu Anggun berkacak pinggang. Matanya melotot. Mulutnya maju.

"Yah, Bu. Tampangan kayak Putra gini mana masuk tipi, Bu!"

"Loh kenapa? Putra ganteng, kok. Ibu aja kalo masih seumuran kalian suka nih sama Putra. Emang kalian gak ada yang suka gitu sama Putra?" Bu Anggun beralih menatap barisan kursi perempuan. Bertanya.

Para gadis menanggapi dengan wajah berekspresi mual. Ada yang memegang perut, kepala, leher, pijat-pijat kaki, minum, makan, (gak gak udah aneh nih) dan menyeleneh lainnya.

Tidak dengan Fia. Disaat teman-temannya melakukan aksi itu dengan natural, ia hanya berakting. Sedangkan hatinya sudah seperti pasar malam saat ini.

"Lah? Seriusan nih? Kagak ade?" Bu Anggun nampak terkejut. Bagaimana tidak? Pemuda tampan macam Putra ini tidak ada yang suka.

Yaa, Bu Anggun tidak tahu saja kelakuan Putra di dalam kelas. Mungkin ada beberapa siswi yang menyukainya saat awal masuk, tapi saat sudah lama mengenal Putra dengan menjadi classmate, tentu saja mereka illfeel.

"Ya, Bu! Emang pada gak normal ni para betina tak de akhlak,"
Seketika, Putra mendapat tatapan tajam dari para gadis di seberang tempatnya sekarang berada.

"Hahaha! Kamu sendiri gimana? Kan pada cakep-cakep ni," Bu Anggun beralih bertanya pada Putra. Membuat pemuda itu bingung menjawab apa.

"Ya, ada lah, Bu. Si Putra ini suka sam-- anjir goblok sakit, monyet,"
Putra menginjak kaki Abbas kencang-kencang. Bisa gawat jika Bu Anggun tau.

"Ih Abbas kasyar, aku gak suka ah."ucap Maulana memandang jijik pada Abbas.

"Bacot, lo."

"Udah ah udah. Ngapa jadi gini,"timpal Bu Anggun, bersedekap. "Ini beneran gak ada yang mau nanya apa-apa?" Bu Anggun mulai menunjukkan senyumnya.

EXTERRUITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang