Bagian 3 - Mencairkan Batu

2.4K 296 155
                                    

Mungkin ini skenario tuhan, membuatku mengenalmu lebih jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin ini skenario tuhan, membuatku mengenalmu lebih jauh.



Walaupun, Mentari tahu Abang Langit tetap saja galak.

🌤🌤🌤

Selesai makan, Mentari memesan makanan kembali. Sepertinya tidak salah mencoba pendekatan dengan Langit siapa tahu galaknya Langit mereda dan hatinya luluh untuk menerima Mentari magang di perusahaannya.

"Kamu pesan makanan untuk siapa?" tanya Awan heran.

"Abang Langit."

Awan tersenyum, "sepertinya Abang tahu rencana kamu."

Mentari hanya terkekeh.

Sambil menunggu pesanan datang Mentari menanyakan banyak hal kepada Awan tentang mekanisme magang di perusahaan Langit dan Awan. Setidaknya saat magang nanti, sudah ada hal yang Mantari persiapkan. Ya walaupun Mentari belum tentu diterima, apalagi, harus mencairkan batu macam Langit.

"Mentari bolehkan ikut ke kantor, Abang?" tanya Mentari memohon.

"Boleh, apapun untuk Mentari."

Jika seperti ini saja Awan mensepesialkan Mentari. Apalagi, nanti jika sudah menjadi istri? Pikiran Mentari semakin kemana-mana. Sepertinya, lampu hijau semakin didepan mata, Mentari sangat menanti hari itu tiba.

Pesanan datang, Awan menuju kasir untuk membayar. Mentari masih memperhatikan Awan dengan senyum yang tidak berhenti mengembang.

🌤🌤🌤

Tatapan tajam itu masih fokus pada layar monitor, dengan saksama membaca teks demi teks yang ada didalamnya. Sesekali pemilik tatapan tajam menyesap air yang tersedia, bahkan ia melewatkan jam makan siangnya.

Ketukan pintu tidak membuatnya beralih, hanya ucapan dingin yang ia lontarkan, "masuk."

Tanpa berdosa seorang gadis menyembul dari balik pintu sambil tersenyum dengan manisnya.

"Abang Langit main yuk," ucap gadis itu sambil terkekeh.

Langit yang mendegar itu, mencoba menenangkan dirinya ini hanya halusinasinya saja. Mana mungkin si lambe turah ada disini. Memang iya, tadi ia sempat memikirkan gadis itu, tetapi, demi apapun ia tidak pernah meminta adanya gadis itu.

Sambil terus beristighfar Langit melihat ke arah pintu, betapa terkejutnya ternyata benar itu si lambe turah. Jika ada yang beri Langit satu permintaan, Langit meminta hilangkan Mentari sekarang juga, bisa-bisanya dia ada disini.

Semesta Untuk MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang