"Selamat pagi kesayangan Natha"
"Selamat pagi juga cintanya Reyna"
Cringe. Sungguh aku terbiasa setiap pagi disambut pemandangan orang bucin di depanku ini. Seperti sarapan pagiku. Tapi tetap saja terdengar cringe. Ini terhitung sudah hampir 5 bulan mereka jadian. Dan tepat 1 bulan lagi kami sudah bukan kelas 10 lagi.
Posisi kami sekarang sedang berada dikelas tentunya. Dan suara tadi terdengar sahut menyahut dari posisi si lelaki berada di ambang pintu kelas sedangkan si perempuan ada di sebelahku.
"Kak aku kemarin bereksperimen lagi nih. Cobain." Kata Reyna sembari menggeser kotak makan berisi 4 potong brownies oreo kehadapan sang kekasih, Natha.
"Hmmm dari baunya aja enak. Aku cobain ya." Reyna tersenyum mengangguk.
Selalu begini. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Haruskah tiga tahun kedepan aku seperti ini terus?
"Ekhem. Tolong dibiasakan bucinnya jangan disini mengganggu pagiku yang cerah aja." Kataku memperingati mereka.
"Yeuu jomblo sirik aja. Kalau mau tuh bilang ga usah gengsi. Nih." Natha menyerahkan kotak bekal Reyna kehadapanku.
"Sorry udah nyoba duluan tadi." Kutunjukkan kotak bekal yang sama hanya berbeda warna itu kepada Natha.
Mereka kembali mengobrol sembari memakan brownies sambil sesekali terlihat saling menyuapi satu sama lain. Sungguh ingin sekali kulempar mereka berdua keluar tetapi aku tidak sekuat itu.
Tak lama kemudian Drian datang. Wajahnya selalu terlihat datar setiap dia melihat ada Natha disini.
Karena biasanya dia selalu ceria, menyapa kami seperti "Selamat pagi cecan cecannya Adrian Dhika" atau dia akan bersenandung seperti "Pagiku cerahku cewe-cewe bersinar di dalam kelasku menantikan aku."
Aku tau, ada sesuatu yang salah dengan Drian akhir-akhir ini.
✨✨
"Kantin yuk." ajakku kepada Drian setelah mendengar bel tanda jam istirahat berbunyi dengan keras. Reyna sudah ngibrit duluan tadi tentunya bersama sang kekasih. Memang kadar bucin Reyna dan Natha itu semakin hari semakin meningkat saja.
Tak mendengar sahutan apapun dari Drian yang sedang sibuk dengan novel bacaannya sedari jam pelajaran tadi, aku pun menepuk bahunya untuk memastikan apa dia sengaja tidak menjawab atau memang tidak mendengar panggilanku.
Drian sedikit tersentak, seperti orang yang baru sadar dari lamunannya. "Eh iya nay? Kenapa?" sahutnya sembari menoleh kearahku dengan senyuman khasnya.
DRIAN UDAH DIBILANGIN JANGAN SENYUM GITU AKH LEMAH.
"Ayo ke kantin, udah jam istirahat ini"
"Oh? Maaf maaf tadi aku keasikan baca ini hehe" tunjuknya pada sebuah novel remaja digenggamannya.
Aku hanya berdeham menyahutinya kemudian kembali bertanya, "jadi? kantin apa engga?"
"Kantin dong, bentar aku ambil uangku dulu"
Mengangguk sebagai jawaban, kemudian aku melangkahkan kakiku keluar kelas terlebih dahulu untuk memastikan kondisi di luar kelas, tepatnya melihat area kantin yang tidak jauh dari kelasku, sembari menunggu Drian mengambil uangnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
When I love someone.
JugendliteraturBerawal dari sahabat. Berakhir jadi cinta. Percaya deh. Itu pasti. Dan aku mengalaminya saat ini. Ah, tidak. Bukan aku saja. Tapi sahabatku juga. Kami bertiga. Aku, Reyna, dan Drian. Yup, cinta segitiga. Tapi lebih rumit. Baca saja jika kalian p...