Jam istirahat. Jam kesukaan semua murid tentunya.
Seperti biasa, aku dan Reyna makan ke kantin bersama. Aku bawa bekal, Reyna beli mie ayam kesukaannya. Kadang juga aku berbagi bekalku ke Reyna kalau dia suka dengan menunya. Masakan ibuku memang paling enak sih walau kadang hanya tempe dan telur.
Kami diam menikmati makanan kami. Kata ibu tidak sopan makan sambil bicara, kata ibu Reyna juga begitu.
Saat sedang menikmati makanan, sesekali aku melihat sekitar, agar tidak monoton lihat makanan terus.
Pandanganku teralih dari orang-orang yang mengantri di kedai soto ke seseorang yang sedang mengantri di kedai bakso. Dia Drian tentunya. Tiba-tiba saja dia berbalik, pandangan kami bertemu lagi, dia tersenyum kemudian. Aku kembali mengalihkan pandangan ku pada bekalku dan melanjutkan makan, salting woi.
"Eh itu Dhika kan ya? Dhika sini!" tanpa aba-aba Reyna memanggil Drian mendekat kesini. Ah dia memanggilnya Dhika.
Ngomong-ngomong Reyna memang begitu, walau dia tidak yakin nama orang yang dia sebut itu benar atau tidak tetapi dia tetap PD saja meneriakan namanya. Reyna memang beda.
Setelah mendengar teriakan namanya dari Reyna, Drian a.k.a Dhika datang menghampiri kami.
"Kamu manggil aku kan? Berarti aku diajak gabung disini nih?" Drian bertanya memastikan.
"Engga. Aku manggil Dhika anak MIPA 2 tuh!"
"Oh salah ya."
Kupikir Drian akan pergi tapi malah kebalikannya. Dia menarik kursi disebelahku. Lalu tersenyum lagi
"DRIAN KAMU MAU BIKIN AKU SAKIT JANTUNG YA? YATUHAN SENYUMMU ITU LOHH" tentu saja itu hanya suara jeritan hatiku.
"Hahaha becanda, dhik. Aku emang manggil kamu kok. Dhika MIPA 2 mah udah punya pacar, bisa dikepret aku sama pacarnya kalau ngajak dia makan bareng." kata Reyna.
"Becanda gak becanda juga aku emang mau join sini kok. Mari makaaan." sahut Drian lalu fokus menikmati baksonya.
Kami melanjutkan makan lagi dalam diam.
"Eh kamu tau nama kita kan? Gila aja masa kita udah duduk bareng selama 10 menit gatau nama masing-masing." ini Reyna membuka perbincangan setelah memastikan kita semua sudah selesai makan.
"Tau. Kamu Reyna, trus kamu Naya." katanya sambil menunjuk aku dan Reyna secara bergantian.
"Pinterr. Tau darimana btw? Kita bahkan belum saling kenalan?"
"Kan udah maju satu-satu kedepan."
"Secepat itu kamu hapal? Semuanya?" kali ini aku ikut menimpali. Terlalu takjub dan penasaran.
Dia mengangguk. "Tapi gak nama panjangnya, nama panggilan doang. Btw, kamu bisa nanya juga ternyata ya, kirain cuman bisa bilang iya engga iya engga." katanya sambil tertawa yang terkesan menyindirku.
"Naya tu sebenernya cerewet asal kamu tau. Tapi dia gengsian bener kalo baru awal-awal kenal. Aku aja harus mancing-mancing dulu kalau mau ngomong sama dia. Tapi sekarang udah engga sih soalnya kita udah nempel banget kayak permen karet." kata Reyna panjang lebar.
"Kamu tuh yang terlalu cerewet." sahutku sekenanya.
Setelahnya kami kembali membicarakan banyak hal random. Aku kali ini lumayan banyak berbicara. Ya seperti kata Reyna, Naya itu sebenarnya cerewet tapi gengsi.
Oh ya, mulai sekarang teman Naya tambah satu! Adrian, selamat datang di hidup Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When I love someone.
Novela JuvenilBerawal dari sahabat. Berakhir jadi cinta. Percaya deh. Itu pasti. Dan aku mengalaminya saat ini. Ah, tidak. Bukan aku saja. Tapi sahabatku juga. Kami bertiga. Aku, Reyna, dan Drian. Yup, cinta segitiga. Tapi lebih rumit. Baca saja jika kalian p...