Knock knock
Ada yang mengetuk pintu ruang kantorku ketika aku sedang membereskan laptop dan bersiap untuk istirahat makan siang.
"Masuk," ucapku.
"Siang bu. Maaf ada tamu." Kirana – sekretarisku – masuk ke ruangan dengan diikuti seseorang di belakangnya. Nata.
Nata melangkah masuk mendekati mejaku sementara Kirana pamit kembali sekaligus ijin untuk beristirahat.
Aku menyambut kedatangannya dengan senyum.
"Hai Audy. Sorry aku ganggu waktu kamu," katanya sambil tersenyum setelah Kirana menutup pintu ruang kerjaku."No problem. So, apa yang membuat kamu menemuiku?"
"Apakah harus ada alasan?" tanyanya dengan satu alis terangkat.
Pertanyaanku yang dijawab dengan pertanyaan darinya membuatku memberikan pertanyaan lagi padanya. "Tidak mungkin tanpa alasan, kan?"
Dia tersenyum lagi dan menggelengkan kepalanya pelan. "Mau ajak makan siang. Tempo hari kan papa kamu yang treat aku dan Jo. It's my turn, oke? Ajak papa kamu juga."
Aku kira Nata ada perlu sesuatu denganku hingga dia datang ke kantor. "Ya ampun, santai aja kali. Papa lagi keluar ngecek progress proyek. Tapi, baiklah. I'm starving dan memang mau istirahat. Kamu lagi senggang?"
"Yups, sekarang senggang setelah tadi ketemu sama orang yang menyusahkan dan genit setengah mati."
"Hmm oke. Mau cerita sambil kita makan?"
"Mau makan dimana?"
"You choose."
"Makanan apa yang kamu suka?"
"Karena kamu yang traktir, aku ikut selera kamu. Soalnya aku pemakan segala."
"Chinese food mau?"
"Boleh."
"Karena kamu sedang kelaparan, kita makan di sini aja ya? Atau kamu mau di tempat lain?"
"Di sini aja ya? Tinggal turun lift langsung nyampe."
"Okay. Let's go."
Kami pun berjalan keluar dari ruanganku menuju lift di lantai ini dan turun ke lantai 5 tempat Restoran Chinese Food yang dituju berada.
Nata langsung memesan makanan setelah menanyakan makanan apa yang aku mau. Aku hanya memilih satu makanan dan satu minuman namun dia memesan banyak menu : 2 Nasi, 2 Mineral, Steamed Veggie Mushroom Bun, Brokoli Cah Bawang Putih, Tahu Telur Asin, Sup Tim Ayam Kampung, Puding Mangga, Rosella Tea dan Orange Juice.
"Banyak banget," komentarku setelah pramusaji berlalu dari meja kami.
"Kan katanya kamu lapar."
"Ya ngga sebanyak itu juga kali. Tapi kan ada kamu dan juga kamu yang pesan, jadi kamu harus tanggung jawab untuk habisin."
"Aduh belum apa-apa udah kebagian tanggung jawab aja," ucapnya sambil menepuk kening.
Kami pun tertawa bersamaan. Ini baru pertemuan kedua kami tapi aku tidak merasa canggung padanya. Itu karena Nata merupakan sosok yang menyenangkan. Dia ramah dan memiliki selera humor. Menurutku, Nata ini cantik, pas dengan wajah orientalnya. Ditambah dia juga cerdas. Membuatnya memiliki daya tarik.
Aku sedikit penasaran apakah dia sudah berkeluarga atau belum. Meski belum tau usianya tapi kulihat ia merupakan wanita yang matang. Aku iseng melihat jari-jemarinya namun dia tidak mengenakan cincin satupun. Melihat fisik serta pembawaanya, kurasa mustahil jika tidak ada satupun lelaki yang menyukai serta mendekatinya. Sebagai sesama perempuan, aku saja mengakui kalau aku menyukainya. Suka dalam artian kagum. Kagum dengan kombinasi kecantikan yang berbanding lurus dengan kecerdasan yang dimilikinya.
YOU ARE READING
Audy
RomanceAku harus bisa menerima kenyataan bahwa ia bukan untukku. Bahagianya bukan bersamaku. Saatnya belajar melepaskan cinta di masa lalu. Demi kebahagiaannya. Perlahan, aku akan membuka hati untuk menerima dan merasakan cinta. Demi kebahagiaanku.