11 : I Can't

1.4K 157 16
                                    

Notifikasi adanya pesan masuk berbunyi ketika aku melangkah ke ruanganku saat kembali dari istirahat makan siang. Aku duduk di kursi kerjaku terlebih dahulu kemudian membuka pesan yang barusan masuk. Sebuah kiriman video dari Nata.

Kusentuh simbol play pada video tersebut. Video singkat dengan durasi satu menit itu membuatku tersenyum simpul. Dalam video itu, Nata mengundangku untuk datang ke rumahnya besok malam dan ia berkata akan memasak untukku. Cara yang unik untuk mengajak seseorang makan malam.

Setelah melihat video tersebut aku langsung menghubunginya melalui panggilan video untuk memberikan jawaban. Ponsel kuletakkan pada sandaran handphone yang ada di mejaku agar kedua tanganku bebas bergerak.

"Halo. Tumben video call," sapanya dengan wajah tersenyum begitu panggilan terhubung. Nata kemudia terlihat menyuapkan sendok ke dalam mulutnya setelah menyapaku.

"Ngikutin cara kamu, jadi jawabnya pake video call. Ini kamu lagi lunch?"

"Udah lunch, lagi makan puding aja. Enak loh. Buatan aku," sahutnya memuji diri sendiri.

Aku tertawa ringan. "Ga tau ya, aku kan ga nyobain. Yang bilang enak kan kamu doang."

"Coba aaa... nih aku suapin." Sambil tertawa dia menyendok puding dan mengarahkannya ke kamera seolah mau menyuapiku.

Aku tersenyum melihat tingkahnya.

"So? Kamu mau aku masakin apa?" tanyanya penuh percaya diri.

Aku tertawa lagi. Kali ini karena keyakinannya yang tinggi bahwa aku akan menerima undangannya. "Hey, aku kan belum bilang mau. Kok kamu pede banget?"

"Seratus persen kamu ga akan nolak. Kalau memang mau nolak, kamu ga akan secepat ini hubungi aku." Alisnya terangkat saat berkata begitu, mau membuktikan kalau asumsinya benar.

Kepalaku menggeleng pelan melihatnya. Kalau seperti ini dia terlihat... menggemaskan. Aku jadi ingin menjahilinya. "Well, oke. Aku mau. Tapi terserah kamu aja mau masakin apa karena aku ga yakin kamu bisa masak."

Lagi-lagi Nata mengangkat satu alisnya. Kali ini pertanda tidak terima dengan pernyataanku barusan. "Kalau ternyata aku bisa dan kalau nanti kamu mengakui masakanku enak, kamu mau kasih aku apa?"

Aku pura-pura berpikir. "Umm...aku mau pesan catering sama kamu deh tiap hari. Itu pun kalo terbukti enak ya."

"Nggg... kok malah enak di kamu? Kamu mau masakan apa? Western? Chinese food? Nusantara? Ato apa?"

"Terserah kamu aja punya menu andalan apa. Hahaha..."

"Kamu ada alergi sama makanan tertentu ga? Makanan apa yang kamu ga suka? Supaya aku ga salah masakin untuk kamu."

Hmm...care juga ya dia. "Aku ga ada masalah sama makanan kok. Makanan apapun aku bisa masuk."

"Good to hear. Kan suka ada aja tuh orang yang ribet or rewel pilih-pilih makanan, biasanya sih cewek."

"Aku kan bukan cewek biasanya," timpalku padanya.

Nata melihatku. "Oh yeah. Right, you're special," ucapnya sambil tersenyum dan memandangku dengan tatapan mata yang – menurutku – dalam.

Aku masih saja salah tingkah jika dia bersikap intim begitu dan jadi bingung bagaimana cara menanggapinya. "So? See you tomorrow?"

"Besok aku jemput ya. Jam lima sore," katanya kemudian.

"Apa ngga terlalu awal?"

"Ngga, supaya kamu bisa lihat langsung dan ga meragukan kemampuan aku."

"Ooh...mau menyombong rupanya."

"Exactly." Nata mengerlingkan satu matanya ketika berbicara begitu. Rasanya akhir-akhir ini dia jadi sering menggodaku.

* * *

Keesokan sorenya di kediaman Nata

Tepat jam lima sore tadi Nata sudah menjemputku. Kini aku sedang berada di dapurnya yang menggunakan furniture bewarna coklat susu dengan penataan yang rapi sehingga membuat dapur ini nyaman dan enak dipandang. Aku hanya duduk memperhatikan Nata yang sibuk. Dari tadi aku sudah bertanya padanya apa yang mau dibantu tapi dia berkata tidak usah.

"Kan tujuannya aku memang mau masakin kamu jadi kamu duduk manis aja disitu."

"Iya deh." Aku menurut saja. "Jadinya kamu mau buat apa?"

"Hemm... Appetizer-nya ini aku bikin yang simple aja veggie salad with balsamic sauce," sahutnya sambil menuangkan saus ke atas piring salad. Selanjutnya tangan Nata dengan cekatan mengolah bahan makanan yang lainnya untuk dimasak agar menjadi menu makan malam kami. Dalam empat puluh menit semuanya selesai. Sepertinya dia sudah sangat terbiasa memasak.

"Nah, udah semua. Ini main course kita. Grilled cheese lobster, baked potato and roasted broccoli salad," katanya menjelaskan saat kami sudah duduk di kursi ruang makan.

"Hmm...kelihatannya enak semua ya, Cheff," sahutku bercanda sekaligus kagum dengan hasil keterampilan memasak Nata yang baru kuketahui sekarang.

"Cobalah. Semoga kamu suka," Nata tersenyum bangga.

Pertama-tama aku mencoba veggie salad yang dia hidangkan ke hadapanku. "Emh...enak. Udah lama aku ga makan salad pakai balsamic," kataku setelah menelan suapan pertama.

"I told you," ucapnya sombong.

"Iya deh percaya setelah tadi lihat keahlian kamu di dapur."

AudyWhere stories live. Discover now