Pagi yang cerah. Hari yang sempurna untuk menikmati waktu liburku di akhir pekan ini. Untuk mengisi waktu luangku, aku mengajak Nata pergi ngopi hari ini. Dikarenakan Nata juga sedang tidak banyak kesibukan jadi ia menyetujui ajakanku. Pilihan tempatnya tentu saja di cafenya Sena yang sudah jelas menyajikan kopi yang sesuai dengan seleraku.
Aku melakukan rutinitas pagiku terlebih dahulu kemudian sedikit mengecek pekerjaan sambil menunggu waktu janjian dengan Nata. Kami sepakat nanti langsung bertemu di Sense Cafe jam 10.30 untuk brunch.
Saat sedang serius membaca email-email yang berkaitan dengan pekerjaan, Chessy tiba-tiba menelepon.
"Ya halo?" jawabku di telepon.
"Halo, Princess. Lagi apa?" Suaranya terdengar ceria seperti biasanya.
"Lagi cek kerjaan aja."
"Apa aku ganggu? Aku kira kamu sedang libur."
"Libur sih, aku cuma lihat schedule dan dateline. Kamu lagi senggang?"
"Selalu senggang kalo ngobrol sama kamu."
"Pengangguran," candaku mengejeknya.
Dia tertawa renyah. "Hahaha... Ada plan apa hari ini?"
"Umm... ada janji sama seseorang."
"Hm? Someone special?" tanyanya penasaran.
"Just someone. Belum spesial."
"Ada kemungkinan akan spesial dong ya kalau begitu?"
"I don't know. Just wait and see."
"Baiklah. Have fun and careful ya."
"Yeah. By the way kamu suka kopi apa? Hari ini aku mau ke cafe dan coffee shop temanku, dia jual kopi-kopi high quality. Aku yakin kamu akan suka. Dan kalau kamu lagi ke Jakarta, kapan-kapan kamu harus coba ngopi ke cafe temenku itu," aku menjelaskan panjang lebar padahal Chessy tidak bertanya.
"Papua dan Aceh Gayo aku suka."
"Oke, nanti kukirim ke Solo."
"Memangnya kamu tau alamatku?"
"Di web kan ada alamat workshop kamu."
"Huh? Sekarang sudah pintar mencari tau tentangku ya?"
"Fair enough kan? Tinggal wajah kamu aja yang belum aku tau."
"Jangan. Nanti kalau kamu terpesona aku repot."
"Ugh, narsis detected. Well, aku pergi dulu ya? Sudah waktunya."
"Okay. Talk later, okay?"
"Oke. Bye!"
* * *
Begitu masuk Sense Cafe, mataku langsung mengarah ke meja di pojok karena tadi Nata mengirim pesan bahwa ia sudah sampai dan memberitahukan posisi dimana ia duduk. Dia memilih duduk di bangku yang dekat dengan jendela dan dirinya kini sedang memandangku sambil tersenyum. Cantik. Selalu cantik. Aku pun tersenyum padanya. Namun sebelum melangkah ke tempat Nata, aku menghampiri Sherin di balik meja bar.
"Hai Sher, aku pesan seperti biasa ya."
Mendengar suaraku, Sherin yang sedang sibuk meracik kopi langsung menoleh padaku. "Siap, bos," jawabnya dengan tersenyum ramah.
"Sena ada di atas?"
"Ada. Mau aku panggilkan?"
"Ga usah, nanti aku WA dia. Thanks, Sher."
YOU ARE READING
Audy
RomanceAku harus bisa menerima kenyataan bahwa ia bukan untukku. Bahagianya bukan bersamaku. Saatnya belajar melepaskan cinta di masa lalu. Demi kebahagiaannya. Perlahan, aku akan membuka hati untuk menerima dan merasakan cinta. Demi kebahagiaanku.