“Mitsuki!” suara nyaring Boruto cukup untuk membuyarkan lamunan pemuda berkulit putih bersih.
“Ada apa, Boruto?” baru setelah panggilan kesepuluh Mitsuki menyahut.
Boruto menyantap hamburgernya dan mendapati makanan Mitsuki yang sama sekali belum tersentuh sedikitpun. Tidak biasanya, pikir Boruto.
“Mitsuki, kau sedang ada masalah? Sepertinya kau terus memikirkan sesuatu sampai saat aku panggil, kau tidak dengar.” celetuk Boruto lalu meneguk sodanya. “Akh! Melegakan."
Berusaha memahami maksud Boruto, Mitsuki memegang dagunya. “Apa aku terlihat seperti ada masalah?” bukan menjawab Mitsuki malah balik bertanya.
Sedikit jengkel, namun Boruto sudah terbiasa dengan sifat Mitsuki. Ya, Mitsuki tetaplah Mitsuki. Keduanya menjalin hubungan persahabatan hampir empat tahun lamanya.
“Tentu saja, tampangmu mirip seperti ayahku saat pulang ke rumah.” tiba-tiba suara Boruto mulai buyar lagi.
Fokus Mitsuki kini teralihkan ketika bola mata keemasannya menangkap jalinan kuntum bunga yang bagai hiasan penari dikepala sesosok gadis. Wajahnya tidak tampak karena si gadis terus menunduk.
“Bunga wisteria ..." gumam Mitsuki dan ingatannya kembali pada seminggu yang lalu.
Saat itu, rembulan berada dipuncak singgasana mencapai titik tergelap awan suram, bahkan Mitsuki merasakan tubuhnya dikelilingi cahaya rembulan. Hingga, suara derap langkah kaki dan desingan besi saling beradu membuatnya siaga.
Merapatkan tubuh ditembok dan berusaha melihat apa yang terjadi di dekat sini. Jangan lupa meminimalisir resiko dirinya jadi ikut-ikutan akan masalah yang mungkin bisa membebani hidupnya.
Sesuatu mendekat dari belokan, Mitsuki terkejut saat kelebat bayangan keunguan melintasinya. Jalinan bunga wisteria dikepala si sosok berhambur terbang, rambut keunguan membuat waktu serasa berhenti bergerak.
Manik violet sempat bersitatap dengan mata Mitsuki— luka, penyesalan, murka, dan kesepian. Sirat penuh duka ketika Mitsuki menyelaminya. Seolah tersadar, waktu kembali berjalan.
Buru-buru si gadis memasang topeng yang sempat terjatuh, dipipinya tergores luka akibat semacam pisau panjang. “Hey, Nona!” sebelum Mitsuki bertanya ada apa, dengan cepat gadis itu pergi.
Larinya bak kesetanan dikejar sesuatu menyeramkan. Dia menunggu siapa yang mengejar sang gadis, namun hening. Tidak ada bunyi derap langkah kaki lagi maupun pertikaian sengit dua senjata.
Mengira sedang berhalusinasi, tetapi satu kelopak bunga wisteria yang membeku tertinggal di sudut jalan memberitahu semuanya nyata. Termasuk si Gadis Wisteria.
“Kau kembali melamun. Hoi Mitsuki!” dan Mitsuki kembali tersadar dari flashback cepatnya.
“Boruto, apakah kau tahu soal ekskul berkebun?” terkejutlah Boruto dibuat karena pertanyaan tiba-tiba Mitsuki.
“Hmm, soal itu aku kurang tahu. Coba kau tanya Sarada.”
“Mengapa dengan Sarada?”
“Ya, karena setahuku dia punya teman dari ekstrakulikuler berkebun. Aku lupa siapa namanya, ah tidak penting. Lagipula ada angin ...” belum Boruto selesai berbicara, Mitsuki buru-buru berdiri mencari teman perempuannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan dan Wisteria.
Fanfiction[ Mitsuki x Sumire ] Malam seram dan langit dihiasi awan kelam, namun rembulan bersinar begitu indah dipuncak singgasana. Sesosok pemuda berambut biru pucat, bersitatap pada manik keunguan yang tersirat berbagai luka. Yang Mitsuki ingat, hanya kunt...