“Kau suka bunga wisteria, ya?” tanya Mitsuki menebak-nebak, atmosfer disekitar keduanya begitu canggung. Suasana menjadi tidak nyaman, si gadis menghembuskan napas lega yang dibarengi terangkatnya kepanikkan diwajahnya.
Mengangguk, lalu menerima buku miliknya dari Mitsuki. “I-iya,” jawabnya kembali berdiri. Terdiam beberapa detik, keduanya mematung seolah menjadi batu.
“Ada apa Mitsuki?” tanya Boruto yang baru datang bersama Sarada.
Sarada menatap wajah gadis dengan manik violetnya. “Temannya Inojin dari ekstrakulikuler berkebun, ya?” membuat si gadis malu-malu mengangguk.
Bak tikus kecil di hadapan tiga pemangsa, gadis itu sedikit gemetar. “A-ano, Nona mengenal Inojin?” dia balik bertanya.
“Kami sekelas.” setelahnya si gadis permisi untuk pergi, jika Mitsuki tidak meraih tangannya. “Apa kita pernah bertemu?”
Pertanyaan konyol. Akh, tapi Mitsuki ingat dia adalah gadis yang waktu itu duduk di bawah pohon sembari mengelus kelinci. “Ti-tidak.” dibalas gelengan cepat, dari gerak-geriknya si gadis menyembunyikan sesuatu.
“Baiklah, mungkin hanya perasaanku,” pikir Mitsuki membuat gadis itu lagi-lagi bernapas lega. “A-aku permisi, sampai jumpa.”
Boruto yang sedari tadi memperhatikan percakapan Mitsuki dan gadis violet merasa ada yang aneh. “Kau mengingat sesuatu soal gadis itu, Mitsuki?” tanya Boruto.
“Apa kau ingat saat aku tiba-tiba berlari ke taman belakang sekolah?” Mitsuki meraih jepitan bunga ungu yang sepertinya tak sengaja dijatuhkan gadis tadi. “Aku tidak sengaja berjumpa dengan gadis itu,” lanjut Mitsuki.
Sarada menyimaki setiap kata yang dilontarkan bibir Mitsuki, berusaha memahami apa kaitannya dengan semua ini. “Maksudmu, semua ini ada hubungannya dengan gadis itu?” tebak Sarada.
“Mungkin.” Mitsuki hendak bercerita soal kejadian tengah malam saat itu, namun diurungkan niatnya. “Bukankah ini semua tidak bisa disebut sebuah kebetulan?” celetuk Boruto menatap keduanya.
Mereka berdua kompak mengangguk setuju, Boruto benar ini bukan kebetulan. “Daripada itu bagaimana jika kita mencari buku yang tadi dia jatuhkan?” saran Sarada.
“Aku juga berpikiran sama, mari kita tanya penjaga perpustakaan.” dihampiri sesosok wanita dengan rambut merah menyala, wajahnya dihiasi kacamata berwarna senada.
Sarada terkejut, dia mengenal orang itu. “Bibi Karin?” Boruto yang mendengarnya sontak terkejut.
Dan benarlah bahwa orang itu adalah Karin, sosoknya sedang fokus menghitung sesuatu. “Sarada? Ada apa?” Karin memalingkan wajah dari kertas yang sedang dia kerjakan, menatap wajah anak dari sahabatnya.
Sarada tersenyum tipis. “Hm, apakah Sarada menganggu, Bibi?” tanyanya yang dibalas gelengan oleh Karin. “Tidak sama sekali, sayang. Baiklah, kau mau apa?”
Berdiri dari kursi, Karin merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku. Mendengar secara seksama penjelasan Sarada dan maksud kedatangan mereka bertiga kemari, Karin mulai mengerti.
“Gadis itu sangatlah misterius, dia tidak banyak bicara. Akh, biasanya setiap akhir pekan seperti sekarang dia suka mampir kemari untuk meminjam buku yang bagiku cukup aneh untuk gadis seusianya,” terang Karin.
Boruto mengernyitkan alisnya. “Aneh bagaimana?” selanya membuat Sarada menjitak Boruto. “Diam dulu, dengarkan sampai selesai!” gerutu Sarada.
“Kau tahu, jika gadis seusianya kemari hanya untuk meminjam novel bernuansa romantis atau drama, tapi dia berbeda.” Karin mengambil salah satu buku daftar orang yang meminjam buku dan buku apa yang dia pijam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan dan Wisteria.
Fiksi Penggemar[ Mitsuki x Sumire ] Malam seram dan langit dihiasi awan kelam, namun rembulan bersinar begitu indah dipuncak singgasana. Sesosok pemuda berambut biru pucat, bersitatap pada manik keunguan yang tersirat berbagai luka. Yang Mitsuki ingat, hanya kunt...