Dengan penuh keseriusan, sorot mata lembutnya menatap berlembar-lembar kertas dihadapan. Jarinya menggoreskan tinta, mata bak bongkahan batu mutiara terlihat syahdu menulis sebuah kisah.
Boruto melepaskan alas kaki, mencari keberadaan sang ibu yang biasanya saat sore hari melakukan hobi di teras belakang. "Aku pulang!" seru Boruto.
Benar saja, ditemani secangkir teh yang aroma wangi mengudara khas dan sepiring cinnamon rolls.
"Ibu!" panggil Boruto menghampiri wanita yang meski sudah memiliki anak dua wajahnya masih menawan. Uzumaki Hinata.
"Selamat datang kembali, bagaimana harimu Boruto?" tanya Hinata tersenyum menyambut sang putra.
"Biasa saja, Bu," jawab Boruto, kini Boruto menatap berlembar-lembar kertas yang ada di atas meja. Dia teringat perkataan Bibi Karin mengenai Byakugan No Hime.
Menyadari titik pandang Boruto tepat dikertas berisi tulisan-tulisan miliknya, Hinata mengernyit heran. "Ada apa? Kau mau menanyakan sesuatu?" tebak Hinata.
Terkejut, Boruto memasang cengiran. "Ah, soal itu- apa ibu tahu mengenai Byakugan No Hime? Rasanya, aku familiar saat mendengar itu," tutur Boruto sembari menggaruk tengkuknya. Dia gugup.
"A-apa? Kau tahu darimana soal Byakugan No Hime?" balik bertanya, Hinata tahu identitas soal Byakugan No Hime itu cepat atau lambat pasti akan diketahui, tapi dia tidak menyangka akan secepat ini.
Percakapan yang terasa tidak akan berakhir tersebut berhenti ketika Himawari, adik Boruto menghampiri keduanya. "Ibu, ayo kita memasak makan malam. Tadi ayah menelepon akan pulang malam ini!" seru Himawari.
"Ck, palingan ayah payah itu lembur lagi. Jangan terlalu berharap, Hima." Boruto menunduk, mengepalkan tangannya kuat-kuat.
Himawari menggeleng, seulas senyum yang cantiknya mirip bunga matahari ditunjukkan. "Hima yakin kali ini ayah akan benar-benar pulang cepat!"
Helai rambut mirip sang ibunda, dimainkan semilir angin. Hinata menghela napas pendek, merasa lega walau sesaat ketika perhatian Boruto teralihkan. "Kalau begitu, ayo Hima. Boruto lekaslah mandi dan ganti pakaianmu."
Membereskan kertas-kertas yang diselipkan ke buku harian, Hinata memeluk erat buku usang berwarna merah muram. Seolah terdapat rahasia besar terpendam rapih, tanpa ada yang sadar. Hinata menggenggam tangan Himawari, keduanya melenggang pergi menuju dapur.
Meninggalkan Boruto menatap punggung dua wanita yang amat dia sayang dalam hidupnya.
Uzumaki Hinata, Boruto hanya tahu bahwa ibunya itu adalah sesosok wanita sederhana yang memiliki ketenangan luar biasa. Dia ingat, ayahnya pernah berkata bahwa dari awal keduanya bertemu sang Ibu itu sosok yang misterius. Boruto jadi penasaran, ibunya berasal dari keluarga mana. Karena, seumur hidup, Boruto tidak pernah tahu marga asli Hinata.
Ya, tidak pernah tahu. Seolah-olah, semua tentang ibunya disembunyikan. Dan, Boruto semakin penasaran. Bisa saja ibunya ada kaitan dengan Byakugan No Hime.
"Ck, semuanya semakin membingungkan."
- ' 🌙 .
"Ayah pulang!" suara nyaring berpadu nada lelah menggema di lorong rumah.
Boruto yang sedang mengeringkan rambut pun tersentak, dia terkejut. Satu persatu anak tangga Boruto turuni, lalu mendapati Himawari langsung menerjang Naruto. Hati Boruto menghangat, rasa-rasanya sudah lama dia tidak melihat pemandangan ini.
"Selamat datang kembali, ayah!" Himawari mengamit tangan Naruto, mengajak sang ayah menuju ruang makan. Boruto mengikuti dari belakang, senyuman tulus terbit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan dan Wisteria.
Fanfic[ Mitsuki x Sumire ] Malam seram dan langit dihiasi awan kelam, namun rembulan bersinar begitu indah dipuncak singgasana. Sesosok pemuda berambut biru pucat, bersitatap pada manik keunguan yang tersirat berbagai luka. Yang Mitsuki ingat, hanya kunt...