ARDINA GHARLA~02

80 10 0
                                    

Sore hari yang teduh ini mensejukkan suasana di tempat para Santiawan dan Santriawati tempati yaitu pondok pesantren Al-Madina. Kini para Santriawan dan Santriawati tengah mengaji di suatu Majlis, karena ba'da Maghrib nanti mereka harus setor hafalan. Kini seorang pria jangkung, putih, mancung dan tampan itu sangat terlihat perfect mengenakan baju koko berwarna putih, sarung hitam yang bermotif batik dan tak lupa kopiahnya yang senada dengan sarungnya. Ia sangat terlihat tampan sekali, terkesan Cool pula, wajahnya yang tampan sangat mirip dengan artis-artis luar negri, dan wajahnya yang seperti orang Palestine, ya walau memang kenyataannya ia keturunan Palestine. Dapat membuat para Akhwat-Akhwat terpesona dengannya. Ustadz Arfan, ya itu namanya. Muhammad Arfan Ghifari, kini ia tengah mengajar ngaji Santriawan di dalam Majlis seperti hari-hari biasanya dengan tenang dan tentram. Tiba-tiba ada seorang wanita yang datang, seorang wanita itu tengah berdiri di ambang pintu.

"Assalamu'alaikum, permisi.. Ustadz Arfan." ujar seorang wanita yang tengah berdiri di ambang pintu itu.

Ustadz Arfan pun menoleh ke arah pintu. "Wa'alaikumsalam," sahut Ustadz Arfan dan santriawan serempak.

Lalu Ustadz Arfan pun bangkit dari duduknya dan menghampiri wanita itu. Wanita itu nampak tengah memundurkan dirinya beberapa langkah lalu menundukkan kepalanya ketika Ustadz Arfan sudah berada di hadapannya.

"Ada apa Ustadzah Nayfa?" tanya Ustadz Arfan dengan dingin dan datar.

"Afwan, Ustadz di panggil sama Ummi dan Abi.." ucap Ustadzah Nayfa.

"Oh yaudah nanti saya ke sana," sahut Ustadz Arfan dengan sangat datar.

"Yaudah kalau begitu Nayfa duluan yah. Assalamu'alaikum.." ujar Ustadzah Nayfa dan berlalu pergi.

"Wa'alaikumsalam.."


~di Ndalem

Kini Faisal, Khanza dan Almahyra tengah duduk manis di ruang tamu untuk menunggu kehadiran orang yang mereka tunggu-tunggu dari beberapa menit lalu. Tak selang lama Arfan datang bersama Nayfa, lalu Arfan dan Nayfa pun menyalimi Abi Faisal dan Ummi Khanza. Faisal menyuruh Arfan dan Nayfa untuk duduk di hadapan mereka.

"Abi, Ummi. Ada apa yah manggil Arfan?" tanya Arfan dengan sopan.

"Jadi gini, kalian kan sudah sama-sama dewasa dan sudah waktunya untuk menikah. Jadi Abi dan Ummi sudah sepakat kalau Abi dan Ummi ingin kalian menikah.. Bagaimana, apakah kalian bersedia?" ucap Abi Faisal dengan tenang.

Arfan dan Nayfa yang mendengar penuturan dari orang tua Arfan membulatkan matanya.

"Abi, Ummi maaf sebelumnya Nayfa masih belum siap.." ucap Ustadzah Nayfa dengan suara yang sedikit bergetar.

"Arfan gak bisa terima perjodohan ini.." tolak Ustadz Arfan.

"Loh kenapa gak bisa?" tanya Ummi Khanza bingung.

"Arfan butuh waktu buat ngambil keputusan. Gak segampang itu Mi." ucap Ustadz Arfan menatap kedua orang tuanya.

"Aku tau kok sebenernya Ustadzah Nayfa itu udah siap untuk menikah apalagi sama Ustadz Arfan.." ujar Ning Alma sambil tersenyum watados.

Ustadzah Nayfa hanya menundukkan kepalanya ia tersipu malu, mungkin saat ini pipinya sudah merah seperti kepiting rebus. Lain dengan Ustazd Arfan ia malah memasang wajah datar. Ya memang benar dari lubuk hati Ustadzah Nayfa yang paling dalam, Ustadzah Nayfa sangat ingin sekali menikah dengan Ustadz Arfan. Namun ada suatu hal yang tak bisa di ungkapkan, maka dari itu ia menolak nya, bukan maksud untuk menolak. Hanya saja ia belum siap jika suatu saat nanti akan ada kesedihan yang mendalam.

ARDINA GHARLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang