0.1

104 23 134
                                    

The games you played were never fun. You'd say you'd stay but then you'd run.

ミ★

Waktu itu Chanaya mesih duduk di bangku kelas 3 SMP.

Akhir semester satu, gadis yang emang rajin nugas itu sedang fokus pada prakarya berbahan styrofoam yang ia buat. Sekujur tangannya dikotori lem kertas sana-sini, mejanya juga berantakan--dipenuhi karton dan alat mewarnai.

Isi setengah kelasnya sudah berhamburan keluar dari kelas semenjak setengah jam yang lalu. Mereka asik menghabiskan waktu untuk class meeting di lapangan luas. Bagaimana tidak? pekan ulangan usai beberapa hari yang lalu. Pantas saja anak-anak angkatan akhir bersenang-senang sebelum persiapan UNBK, bukan?

Andai saja Chanaya bisa bergabung. Akibat tugas susulan yang menumpuk, Chanaya berakhir di ruangan bercat broken white ini; sendiri.

Ah, Chanaya juga enggak suka panas-panasan di bawah sinar matahari, sih. Anggap saja kegiatannya nugas di dalam ruangan ber-ac adalah me-time. Apalagi kelas kosong. Dunia Chanaya makin tentram.

"Canaiiii!"

Saat gadis berambut kuncir kuda itu sedang tekun mebenarkan sisi karton, seseorang yang ceria memanggil namanya. Chanaya tahu persis siapa. Jadi, ia hanya membuka mulutnya sedikit tanpa menoleh.

"Ha?"

"Canaiiiii!"

Chanaya mendengus. "Lo tahu kan, mi, gue enggak suka dipanggil roti canai? Udah sana, lanjut ngapel sama Rizki!"

"Ah, sensi banget sih lo, Na," Ammie sedikit tertawa. Saat Chanaya akhirnya menatapnya, senyum lebar khas Ammie terangkat. "Ini gue bawain roti canai beneran buat lo, tau!"

"Gue lagi diet loh, Mi."

Tak suka dengan jawaban Chanaya, Ammie tetap menaruh piring kecil yang ia bawa ke sisi meja sang puan. Roti canai yang ia beli dilapisi lelehan cokelat dan kepingan kacang mete yang melimpah. Gadis berseragam olahraga itu tahu betul Chanaya paling suka makanan yang manis-manis. "Ngapain sih diet-diet?"

"Biar gue berhenti dipanggil 'roti canai' sama satu sekolah!"

Ammie menarik kursi, lalu duduk berhadapan dengan Chanaya. Matanya menatap gadis itu penuh arti. "Biar enggak dipanggil roti canai, apa biar kurus terus dilirik Romeo?"

Mata Chanaya membulat, sentak wajahnya bersemi. "Ammie!"

Ammie kontan tertawa. Chanaya kalau salting emang enggak tanggung-tanggung. Patutlah Ammie tak bisa berhenti menggodanya sedari dulu.

"Na, lo itu cocok dipanggil roti canai. Lo bulet, tapi maniiis banget! Pasti Romeo setuju. Buktinya kemarin pipi lo dicubitin kayak squishy, itu artinya dia gemes sama lo!"

"Terserah lo, lah, Mi," pada akhirnya Chanaya tersenyum malu. Wajah menyebalkan Romeo muncul di benaknya, ia jadi mengumpati Ammie. "Betewe lo ngapain kesini? Bukannya acara mesih panjang, ya?"

"Justru itu! Gue mau ngajak lo turun!"

"Ah, panas. Enggak mau."

WIJAYA - prettymuch series (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang