when we get old, will we regret this?
too young to think about all that shit.ミ★
Sudah satu bulan berlalu semenjak Brandon berpapasan dengan Chanaya.
Semenjak Brandon tahu bahwa Chanaya adalah sahabat dekat Ammie, sontak rasa penasarannya akan gadis itu padam. Karena kecewa, Brandon menyatakan semua informasi yang ia ketahui pada Chris.
"Enggak usah kenalin Mas sama Chana, Yah. Dia sahabat dekat Ammie. Mas enggak mau kenal sama orang yang hidupnya ada sangkut-pautnya sama Ammie."
Keputusannya sudah final. Dan untuk menambah jaraknya dengan sang ex-almost, cowok itu berhenti mengunjungi Global Perkasa. Penyusunan rencana kelangsungan LPJ juga dia bahas di luar sekolah, ogah make ruang OSIS di sana. Ia benar-benar menghindari yang namanya ke sekolahnya Ammie.
Dengan begini ia bisa move on lebih cepat.
Dan benar saja. Setelah beberapa waktu, Ammie bukan lagi pusat orbitnya. Lambat laun Brandon bahagia tanpa mencintai siapa-siapa.
Walaupun kadang-kadang sakit hatinya kumat, ia sudah terbiasa. Memang flashback tentang hari itu sangat perih. Tapi mau gimana? namanya juga manusia. Life goes on.
Rutinitasnya yang selalu padat dan menyita waktu juga Brandon syukuri. Dengan begini, ia memiliki banyak distraksi.
Seperti kemarin. Usai latihan Band selama setengah jam, cowok berkelahiran Bandung itu langsung cus ke lapangan futsal yang agak jauh dari sekolah. Habis itu, dia sparring sama anak ekskul futsal sekolah lain sampai jam 5 sore.
Hari ini juga sama. Ada final match yang berlangsung. Waktu menunjukkan pukul empat sore. Jersey futsal cowok itu mesih bersih, belum penuh sama bulir keringat karena ia cuman baru melakukan pemanasan.
Sasha dan Aubrey hadir untuk menonton kali ini. Katanya sih, Sasha mau liat teammate-nya Brandon, Jordan. Rumornya Jordan chatan sama Sasha akhir-akhir ini. Entahlah, Brandon enggak terlalu keep up sama dunia perbucinan temen-temennya.
Baru aja mau ngumpul sebelum pertandingan dimulai, tiba-tiba bahunya ditepuk. Dia disuruh keluar dari lingkaran dulu.
"Kenapa?"
"Dipanggil sama cewek-cewek. Gue enggak kenal," Michael memberi tahu. "Mereka bilang bokap lo nyuruh lo pulang."
"Lah? Ngaco!" tolak Brandon mentah-mentah. Ia melirik bleachers yang diduduki Aubrey dan Sasha tak percaya. Tangan gadis-gadis itu dikibas-kibas nyuruh dia kesana.
"Nanti Bobi gantiin lo. Kakinya udah mendingan. Lagian lo udah maen kemaren, kan?"
"Yaiya si."
Kalau urusannya bukan sama bokap, mungkin Brandon enggak bakal beranjak dari lapangan hijau itu sekarang. Sambil nenteng tas, cowok itu berlari kecil ke arah dua sahabatnya yang udah berdiri daritadi.
"Be, hape lo dimatiin, ya? Bokap lo ditelpon enggak nyambung, katanya!" Ucap Aubrey. "Lo harus pulang sekarang!"
"Beneran tadi ngomongnya kayak maksa gitu. Dia nelpon ke nomor gue tadi." Tambah Sasha. Emang nomor telepon teman-teman Brandon disimpan sama kedua orang tuanya, jangan tanya kenapa.
Ponsel Brandon udah mati total detik dia nyampe di lapangan futsal. Dia lupa bawa casan, dan enggak kepikiran Chris bakal nyariin juga. Toh abis sparring dia langsung pulang, kok.
"Ah, serius apa?" Brandon bertanya lagi. Matanya mesih melirik-lirik lapangan karena dia emang pengen main.
"Beneraan!" tekan Aubrey, mendorong bahu Brandon pelan agar cowok itu segera turun dari bleachers dan belok ke pintu keluar. "Sana pulang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
WIJAYA - prettymuch series (DISCONTINUED)
Fanfiction❝Wijaya artinya kemenangan. Pantes lo menangin hati orang mulu.❞ WIJAYA, a spin-off from my side fan fiction, FASE. A side of Brandon no one sees. Written in Bahasa. © Ditulis oleh ssweetestplumm. Dipublikasikan tanggal 29 april 2020 dalam rangka #Q...