04

31.6K 4.8K 656
                                    


Tampaknya Valerie baru menyadari apa yang dimaksud dari ucapan Chenle di kantin tadi.

Setelah memutuskan mereka untuk berpacaran, Chenle menyuruh Valerie untuk menemani nya makan. Ah–bukan menemani. Lebih tepatnya menonton laki-laki itu makan.

Tidak cukup sampai disitu, Chenle bahkan mengikuti Valerie sampai di kelasnya. Kalau Valerie tanya kenapa laki-laki itu harus mengikuti ia kemana saja maka Valerie akan diberi jawaban atas statusnya.

Kira-kira, jawaban Chenle kurang lebih karna mereka pacaran.

Bahkan hingga sekarang pun, Chenle tampaknya tidak akan melepas Valerie dari pandangannya.

Baru saja Valerie keluar dari kelas, Chenle yang tengah bersandar di dinding menghadap pintu menjadi kejutan untuknya.

"Gue kayaknya pulang duluan, deh." Bilang Somi tersenyum canggung ke arah Valerie, dibalas Valerie yang tersenyum canggung juga.

Beberapa dari mereka bahkan memerhatikan Valerie dan Chenle secara terang-terangan. Bagaimana tidak? Orang yang biasanya tidak tampak bersama secara tiba-tiba menunjukkan kedekatan.

Katanya juga mereka statusnya pacaran. Jadi, kapan pendekatan nya? Kan bikin heboh.

"Kenapa enggak langsung pulang, sih?"

Chenle yang ditanya bingung sendiri, "kenapa? Salah?"

"Apanya?"

"Salah kalau aku mau pulang bareng?" Tanya Chenle menjelaskan.

Valerie berdecak, entah kenapa situasi ini membuat ia bingung sendiri.

"Emang harus pulang bareng?"

"Kan pacaran"

Tuh, kan. Batin Valerie menggerutu sendiri.

"Aku pulang dijemput pak Kim." Bilang Valerie secara tidak langsung menolak.

Chenle diam sebentar menatap Valerie, tanpa sadar tingkahnya itu membuat Valerie salah tingkah sendiri.

"Harus aku bilangin ke pak Kim kamu? kalau kamu sama aku?" Tanya Chenle yang tidak terdengar seperti pertanyaan. Suara nya tegas, intonasi yang tidak ingin dibantah.

Harus menurut.

Valerie berdecak pelan, "iya aku bilangin sama pak Kim kalau kita pulang bareng."

"Bagus." Chenle mengangguk singkat, "kalau gitu, ayo. Aku ada urusan penting."

Chenle berjalan mendahului, baru beberapa langkah Valerie sudah menghentikannya untuk segera pulang.

"Katanya ada urusan. Mending aku pulang sama pak Kim."

Chenle menoleh ke belakang, ke arah Valerie yang mengerut tampak kesal entah kenapa.

"Emangnya aku bilang urusan aku sendiri?" Tanpa basa-basi lagi, Chenle lanjut berjalan membuat Valerie berlari kecil guna menyusul, menyamakan langkahnya.

"Kenapa kamu pake aku-kamu?" Valerie menatap bingung, baru menyadari sedari tadi Chenle mengubah gaya bahasanya.

Chenle melirik singkat, "kan pacaran." Katanya, lalu menggandeng tangan Valerie segera, agar tidak tertinggal dengan langkahnya.

Si tuan muda Chenle pandai merayu, ya?




"Ini aku mau diajak kemana?" Tanya Valerie memecah keheningan, memerhatikan jalanan yang cukup asing baginya untuk dituju.

"Kamu enggak lapar?" Bukannya menjawab pertanyaan, Chenle justru balas melempar pertanyaan.

Valerie menatap Chenle tidak suka, "aku kan nanya, tadi!"

"Ngegas banget sih jadi orang!"

"Loh?! Kamu nya juga ngegas! Aku kan nanya baik-baik tadi."

Chenle berdecak kesal, enggan menatap bahkan melirik Valerie yang sekarang ia yakini tengah melayangkan tatapan kesal nya.

"Mau aku ajakin makan." Bilang Chenle memilih mengalah, "jangan nolak, aku udah bilang gak bakal lepasin, kan."

"Jadi ikut aja" Tegas Chenle benar-benar tidak mau dibantah.

Valerie hanya diam. Memainkan jari jemarinya. Entah kenapa, ia merasa gugup sendiri. Di telinganya, Chenle seperti baru saja menyatakan cinta.


"Yaudah kalau gitu enggak usah pake nanya laper apa enggak kalau enggak mau ditolak." Gumamnya yang terdengar jelas, Chenle hanya tersenyum tipis.


•••

Rich | Chenle✔️[TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang