08

25K 4.1K 618
                                    


"What?!" Mark membuka mulutnya lebar-lebar, merasa perkataan Chenle barusan tidak masuk akal.

Jisung tertawa menikmati ekspresi Mark yang cukup meme-able, sedangkan Chenle yang baru saja membuat geger tampak asik sendiri bermain game.

"Yaampun! Berlebihan nya kambuh!" Renjun mengatai sambil mengusap telinganya. Sedang bertingkah sakit telinga.

Jeno menggelengkan kepalanya. Tidak heran dengan situasi saat ini. Tingkah teman-temannya tidak perlu ia pertanyakan lagi.

"Apa salahnya sih, Chenle minta nomor abangnya Valerie?" Haechan yang juga asik bermain game dengan Chenle berkomentar.

Jaemin saat ini tidak ada diantara mereka. Entah kemana laki-laki manis yang selalu membawa kameranya itu, yang mereka tau pasti sebentar lagi kemungkinan Jaemin akan datang bergabung.

"Bukan gitu–" Mark menghela napasnya, mengusap wajahnya tampak gusar.

"Kita tau Lo juga pengen punya Abang ipar. Tapi, bisa enggak, sih? Berlebihan nya absen dulu." Renjun kembali berbicara, bertingkah layaknya seorang penasihat.

Mark hanya berdecak kesal seraya mendelik tajam ke arah laki-laki yang sibuk memainkan ponselnya itu. Bisa ditebak, tengah mencari inspirasi untuk lukisannya.

"Kalau mau punya Abang ipar, harus punya cewek dulu bang Mark." Ledek Chenle menyempatkan, walau ia tengah bermain game.

Jisung lagi-lagi tertawa, memakan keripik kentangnya. Menikmati seorang Mark Lee jadi bahan ledekan oleh yang lain adalah tugas nomor satu nya.

"Maksud gue bukan gitu–" kesekian kalinya Mark menghela napas. Ia benar-benar tampak frustasi.

"Trus?"

"Lo tau enggak? Abangnya Valerie itu, kayak gimana?" Tanya Mark serius, membuat Chenle diam dan berpikir sebentar.

Ia mengendikkan bahunya, tidak mengerti. Lebih tepatnya tidak tau.

"Orang yang bahkan Jaemin sendiri masih canggung buat deketin." Mark tampak serius, lalu mendecih pelan. "Yakin orang yang kurang sopan santun kayak Lo bisa lebih dari Jaemin?"

Perkataan barusan, entah kenapa membuat Chenle tertantang.






Valerie menatap datar laki-laki di depannya. Datang tiba-tiba, menghampiri ia yang asik membaca buku di perpustakaan. Bahkan senyum manisnya–Valerie tidak akan lupa kalau di depannya adalah mantan kekasihnya sebulan yang lalu.

"Ngapain?" Tanya Valerie tanpa minat.

Jaemin diam, masih melemparkan senyum terbaiknya.

Masih ingat dengan kenangan lama, seorang Na Jaemin cinta pertamanya juga patah hati pertamanya. Ia pikir, seorang Na Jaemin adalah laki-laki setia. Semua berjalan lancar, bahkan ia pikir Na Jaemin adalah sosok sempurna untuk ia anggap sebagai rumah kedua.

Tidak setelah laki-laki sok innocent itu berhasil main belakang darinya. Diberi kepercayaan lebih, malah disia-siakan dengan mudahnya. Memangnya, Valerie cewek apaan? Tidak ada cewek yang rela diduakan bahkan dijadikan kesekian.

"Kamu beneran pacaran sama Chenle?" Tanya Jaemin, tidak melunturkan senyumannya.

Valerie jadi muak sendiri. Sehabis ini ia harus cuci mata bersih-bersih karna senyuman Jaemin yang harus ia katakan berhasil merusak matanya.

"Bukan urusan kakak. Gak usah tanya-tanya."

"Dulu kamu panggil aku sayang." Bilang Jaemin kini bertingkah sok sedih. Persis seperti korbannya.

Valerie berdecak kesal. "Jangan main drama disini." Ia mengemasi buku-buku perpustakaan yang belum selesai ia baca sebenarnya. Tapi harus ia anggap selesai karna pengganggu, Na Jaemin orangnya.

Bangkit dari duduknya, mendekap buku-buku hendak dikembalikan. "Kayaknya kakak enggak bakal pergi kalau aku suruh. Jadi, aku pergi dulu."

Tanpa basa-basi lebih, Valerie berbalik hendak pergi. Tapi, baru beberapa langkah, Jaemin dengan suara ramahnya kembali bertanya.

"Kamu pikir, Chenle laki-laki setia?" Tanya nya.

Valerie diam ditempat. Meremat bukunya dalam diam. Enggan berbalik untuk menjawab pertanyaan atau mungkin pernyataan Jaemin barusan.

Lebih baik ia abaikan.





•••






Rich | Chenle✔️[TELAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang