Different 6

2 1 0
                                    

Enjoy it :)

*******

Belanja dan bermain. Itulah yang selalu Reyna lakukan selama hidupnya ini. Seperti saat ini, ia sedang berbelanja berbagai macam barang branded yang bernilai jutaan rupiah. Ia membeli semua barang itu dengan uang yang telah diberikan oleh ayahnya.

Selama ini ayahnya memang sudah melarangnya untuk berhenti berbelanja barang-barang itu. Namun, namanya juga Reyna. Ia akan tidak akan menuruti perintah ayahnya itu. Seruan itu hanya ia anggap layaknya oecahan burung yang tidak akan pernah bisa ia mengerti.

Sheila memasuki rumah dan melihat bahwa kakanya belum pulang. Ia sudah hafal dengan tabiat kakanya itu.

"Aku pulang.!!" teriak Sheila

"Walaikum salam." sindir ibu Sheila yang tak kalah kerasnya dari arah dapur.

"hehehe, assalamualaikum Mah, maaf lupa."

"walaikum salam, kebiasaan kamu itu. Ingin makan sekarang?"

"Nanti aja mah. Aku belum laper."

Selang beberapa menit. Mr. Robert ayah Sheila dan Reyna pulang dari kerjanya dengan wajah lelah.

"Ayah nampak lelah,ada apa?."

"Kakakmu itu selalu saja membuat ayah kesal. Dia menghabiskan hampir seluruh uang yang ada di kartu kredit. Anak macam apa dia itu, bisanya hanya menghabiskan uang!!. Sudah berkali-kali ayah tegur. masih saja ia lakukan"

Ckleak... Pintu terbuka membawa masuk Reyna yang pulang dari sekolah dengan membawa barang belanjaannya. Melirik sekilas, Reyna berjalan santai melewati ruang keluarga dimana para anggota keluarganya tengah berkumpul.

"REYNA! Dimana sopan santunmu!. Kalau ada orang didepanmu sapalah mereka. Sudah berapa kali ayah bilang. Kamu itu selalu saja membangkang perkataan ayah."

"Apaan sih, kayaknya juga dari dulu udah gitu. Lagian aku pikir kalian masih sibuk dengan anak kesayangan kalian."

"kamu ini! jadi anak tidak tahu diri. Selalu saja membeli barang yang tidak berguna. Lebih baik kamu gunakan uang itu sebaik-baiknya. Ayah memberikanmu uang itu untuk kamu manfaatkan dengan baik supaya kelak nanti kamu bakalan bisa membuka sebuah usaha ataupun suatu saat nanti kamu membutuhkan uang itu. Bukannya untuk dihabiskan seperti ini. Lihatlah Sheila, dia jarang membeli barang-barang sepertimu, dia lebih memilih untuk mengisi waktu luang nya dengan belajar, tidak sepertimu yang hanya bisa menghabiskan uang. Mau jadi apa kamu nantinya ?!" bentak Mr. Robert

"Reyna jadi apa? Lihat saja nanti Reyna bakal jadi apa yang mungkin tidak pernah ayah bayangkan." pergi menuju kamarnya dengan penuh emosi.

"Selalu saja Sheila. Kalau hanya masalah masa depan, aku bakalan buktiin ke mereka kalau aku bakal jadi seorang yang sukses melebihi apa yang mereka pikirkan selama ini." gerutu Reyna

******

Adrian yang sedang duduk menyandar didinding sekolah nya hanya bisa menggerutu ketika dirinya tiba-tiba ditarik oleh Arsen.

Yups, mereka berdua sudah makin akrab entah sejak kapan itu. Arsen yang notabenya seorang ketua osis di sekolah ini dan Adrian merupakan salah satu panitia penyelenggara untuk lomba basket yang akan diselenggarakan di sekolah ini. Mereka berdua yang awalnya sering mengejek, ah tidak hanya Adrian saja menjadi dekat bahkan mereka berdua memutuskan untuk menjadi teman atau mungkin menjadi sahabat yang tak akan terpisahkan. Sudah 2 minggu ini mereka selalu bersama untuk menyelesaikan sebuah kegiatan yang akan diadakan di sekolah ini. Sejak itulah mereka menjadi lebih dekat.

"Adrian!!, ayo ikut gue!"

"Kemana, sih? Gue capek, nih. Bolak-balik ruang guru daritadi, loe gak capek apa?"

"Makanya ikut gue! cepet!"

"Gak mau ah, mau kemana sih?"

Arsen yang tidak mendapat respon dari Adrian pun pergi meninggalkannya sendirian. Dan kembali lagi dengan membawa sebuah botol minuman.

"Nih." sambil melemparkan botol minuman.

"Wih, tumben loe baik. Thanks!"

"Masih capek? Kalau iya, biar gue aja yang ke kantor kepsek. Gue tinggal ya."

Tawar Arsen sambil memandang Adrian yang saat ini tengah memejamkan matanya dengan botol yang ia pegang di tangan.

"--"

"Yaudah kayaknya loe masih capek, gue tinggal. Istirahat aja, kalau perlu mampir kantin sana, gue tau loe belum makan."

Setelah kepergian Arsen, batin Adrian berbicara.

"kenapa gue harus iri sama orang yang memang cocok buat dibanggain? Bahkan gue baru tahu kalau dia sebaik ini. Apa sih yang dulu loe pikirin tentang dia, Ian. Sekarang gue bisa bahagia gara-gara temenan sama dia, hahaha bodoh loe."

*******

To Be Continued~

Please comment and like. Thank you.

Have A Nice Day

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang