Arin menangis cukup lama. Dari awal menaiki mobil dan setelah hampir setengah perjalanan Arin baru bisa menghentikan air matanya. Jungkook yang ada di samping Arin hanya bisa diam dan menunggu Arin selesai menangis. Jungkook tidak memiliki niat untuk mencoba menghentikan kesedihan Arin. Jungkook tahu bahwa di khianati orang yang paling terpercaya adalah sebuah pukulan berat untuk hati seseorang. Bukannya Jungkook sok tahu tapi memang kenyataannya Jungkook tahu rasanya. Sangat perih." Tuan Jungkook, apa kau punya air?" Suara serak Arin memanggil Jungkook.
Suara Arin berubah karena baru saja selesai menangis. Mata Arin sembab, wajahnya pucat dan suaranya terdengar lesu. Jungkook segera mengambilkan air untuk Arin. Jungkook menyerahkan sebotol air mineral kepada Arin.
" Terima kasih" Arin segera meminum air pemberian Jungkook untuk menyegarkan tenggorokannya.
Arin hampir menghabiskan setengah botol air mineral dalam sekali teguk. Arin harus menyegarkan dirinya kembali. Melupakan semua yang terjadi dan menerima semua hal yang akan terjadi padanya di masa depan.
" Kapan kita akan sampai, tuan Jungkook?" Arin bertanya pada Jungkook sambil menghapus sisa air matanya.
" Jangan panggil saya tuan, Nona. Panggil saja Jungkook" Jungkook menjelaskan pada Arin dengan nada lembut dan sedikit tersenyum.
Jungkook harus segera merubah kebiasaan Arin yang memanggilnya dengan sebutan tuan. Panggilan tuan yang di berikan Arin untuknya bisa mengancam kehidupan damai Jungkook. Jungkook tidak mau atasannya menjadi marah dan memberikan hukuman padanya. Jika hanya hukuman membersihkan rumah atau membereskan para musuh atasannya, Jungkook dengan senang hati akan melakukannya. Tapi berbeda jika hukumannya harus pergi ke tempat terpencil yang tidak di ketahui Jungkook sama sekali untuk urusan pribadi atasannya. Jungkook tidak mau. Jungkook benci tempat baru dan orang-orang asing.
" Kenapa?, Kau yang membeliku" Arin berkata sambil menggerakan tangannya membentuk tanda kutip saat menyebutkan kata membeliku.
" Aku harus menunjukkan sikap sopan tentunya" Arin bingung dan mempertanyakan perintah Jungkook.
Jungkook hanya menjalankan perintah. Jungkook harus menjelaskan dengan jelas sebelum mereka sampai di tujuan atau Jungkook akan mendapat masalah. Jungkook sedang memikirkan bagaimana cara mengatakannya agar lebih mudah di pahami oleh Arin.
" Saya hanya menjalankan perintah, Nona. Boss saya yang menginginkan anda. Jadi, Nona hanya perlu memanggil saya Jungkook saja. Itu akan baik untuk Nona Arin dan saya kedepannya" Jungkook menjelaskan dengan singkat agar mudah di pahami Arin.
" Baiklah" Arin mengangguk.
Arin memperbaiki posisi duduknya berusaha fokus pada jalanan. Jalan yang sedang di lalunya terasa asing. Arin tidak pernah berkendara di jalan ini. Sebuah jalan dengan sedikit penerangan yang di kelilingi oleh pohon-pohon besar dan lebat.
Tempat yang terasa sangat asing. Pasti aku sudah sangat jauh Dari rumah. Aku harap bu tidak terlalu mencemaskanku
Batin Arin" Jungkook?" panggil Arin pada Jungkook tetapi pandangannya tetapi terfokus pada pemandangan di balik kaca pintu mobil.
" Ya, Nona" Jungkook menjawab sambil melirik sekilas Arin.
" Bagaimana bosmu itu?, Dia orang seperti apa?" Arin memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan ini pada Jungkook.
Arin penasaran pada atasan Jungkook. Pria kaya yang seperti apa yang mencarinya. Apakah seorang pria tua yang gendut dan botak atau seorang pria dewasa yang mesum yang menginginkannya. Membayangkannya saja membuat Arin merinding.
" Saya tidak punya hak untuk membicarakan hal itu, Nona" Jungkook menjawab sambil tersenyum.
Arin terpesona melihat senyuman Jungkook. Senyuman kecil yang memperlihatkan gigi kelinci Jungkook. Bagi Arin, Jungkook terlihat menggemaskan.
" Pasti bosmu orang yang pemarah, ya. Sampai-sampai kau tidak berani berbicara tentang dia" Arin menyimpulkan sepihak.
" Tidak. Bosku adalah yang terbaik di dunia" Jungkook mengelak kesimpulan dari Arin.
Jungkook menggemaskan
Batin Arin" Iya. Kau menang" Arin menyudahi percakapannya dengan Jungkook sambil menahan senyum karena tingkah Jungkook yang menurutnya imut.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Arin dan Jungkook akhirnya sampai di tempat tujuan. Sebuah bangunan besar dan elegan di tengah hutan. Bisa di bilang terlihat seperti istana atau kastil. Pintu gerbangnya bahkan memiliki tinggi lebih dari dua meter.
Orang kaya memang berbeda. Pintu gerbangnya saja pasti sudah sangat mahal
Batin Arin karean takjub dan iri" Nona, kita sudah sampai" Jungkook melepas sabuk pengamannya dan langsung membukakan pintu mobil untuk Arin.
" Silahkan, Nona" Jungkook membungkuk dan mempersilahkan Arin.
Arin berjalan menuju ke dalam kastil. Arin memperhatikan setiap hal yang di lewatinya. Patung-patung, lantai dari keramik mahal dan dekorasi dalam kastil yang sangat elegan dan mewah. Jangan lupakan para pelayan yang menyambut kedatangan Arin. Arin tidak percaya bisa melihat hal-hal seperti ini. Ini sangat mengagumkan.
" Selamat datang di rumah baru anda, Nona Arin" Jungkook berucap sambil melentangkan kedua tangannya.
" Apa?, Rumah baru?" Arin di buat terkejut dengan ucapan Jungkook.
Arin berpikir bahwa dia hanya akan menemui orang yang membelinya dan mungkin menemani makan atau menjadi pelayan. Tapi hal paling membuatnya takut adalah membayangkan bahwa dia harus melakukan one night standing dengan pria yang membelinya. Namun, sekarang ini sesuatu yang lebih tidak terduga terjadi padanya. Harus tinggal di tempat asing. Walaupun kastil ini megah dan mewah, tidak langsung bisa membuat Arin tertarik untuk tinggal di sini.
" Iya, Nona. Mulai sekarang kastil ini adalah rumah anda" kata Jungkook.
" Mari saya antar menuju kamar anda, Nona. Silahkan ikuti saya" Jungkook menyuruh Arin untuk mengikutinya.
Arin melewati lorong yang minim penerangan dengan banyak kamar di samping kanan dan kiri. Suasana tempat ini membuat Arin merinding. Arin memeluk dirinya sendiri untuk mengurangi ketakutan yang dia rasakan. Jungkook berhenti di sebuah pintu besar di ujung lorong.
" Ini adalah kamar anda, Nona Arin" Jungkook membukakan pintu kamar.
Cahaya putih menyilaukan mata Arin. Arin berjalan menuju kamar yang di tunjukan Jungkook. Sebuah kamar dengan nuansa putih yang sangat lembut. Arin merasa nyaman di dalam kamar ini. Rasanya tenang.
" Kalau begitu, saya pamit, Nona. Silahkan anda beristirahat" Jungkook pamit dan menutup pintu meninggalkan Arin sendirian.
Arin berjalan mengelilingi kamarnya. Memperhatikan setiap benda yang ada. Pandangan Arin tertuju pada tempat tidur di depannya. Arin membelai tempat tidurnya. Merasakan betapa empuk dan hangat kasur yang akan dia gunakan untuk tidur. Perlahan Arin mulai membaringkan tubuhnya. Mencari posisi yang membuatnya nyaman. Arin memandang langit-langit kamarnya dan mulai memejamkan mata. Arin terlelap bahkan sebelum bertemu dengan orang yang mencarinya.
Gadis bodoh. Kau berani tertidur bahkan sebelum menemuiku.
Arin merasa mendengar sebuah bisikan di telinganya. Namun, Arin tidak bisa mengalahkan rasa kantuk yang menghampirinya. Arin hanya berdehem dan berubah posisi tidurnya agar lebih nyaman. Arin harus bersiap untuk hari esok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why must me?
FanfictionArin merasa hancur setelah mengetahui Jason menjualnya untuk melunasi hutang. Arin akhirnya harus rela tinggal di rumah seorang pria yang sudah membelinya, Taehyung. Bagi Arin, Taehyung adalah seorang pria misterius yang jarang berbicara pada orang...