Arin mulai terbangun dari tidurnya. Mendengar kicauan burung di pagi hari membuat Arin tenang. Arin beranjak dari atas tempat tidur empuknya menuju ke arah jendela besar di kamarnya. Arin membuka tirai jendela. Silau dari matahari bisa di rasakan Arin saat tirai mulai terbuka. Tidak lupa, Arin juga membuka jendela kamarnya. Arin menikmati hembusan angin yang bertiup ke arahnya. Arin jarang bisa merasakan bangun dengan santai di pagi hari seperti ini. Biasanya Arin bangun dini hari untuk membantu ibu asuhnya mempersiapkan keperluan untuk adik-adiknya di pagi hari.
Arin merenggangkan otot-otot tubuhnya. Arin harus segera mandi dan menemui tuan di rumah ini. Kemarin malam, saking takjubnya dengan tempat tinggal barunya Arin sampai lupa untuk bertemu sang pemilik rumah. Arin membuka lemari pakaian untuk mencari sebuah handuk. Namun, Arin lagi-lagi dibuat menjadi kaget. Di dalam lemari kamarnya terdapat banyak pakaian tapi lebih di dominasi oleh gaun. Dan lagi pakaian di dalam lemari, Arin yakin ukurannya sangat pas di tubuhnya. Seolah semua itu memang untuk Arin. Tetapi, Arin tidak ingin terlalu memikirkannya.
Arin sudah selesai berpakaian dan dirinya bersiap untuk keluar kamar. Belum sempat Arin memegang gagang pintu, seseorang dari luar mengetuk pintu. Arin membuka pintu dan mendapati Jungkook di depannya.
" Selamat pagi, Nona Arin. Bagaimana tidur anda?" Jungkook menyapa Arin dengan ramah.
" Selamat pagi. Tidurku sangat nyenyak. Kamar ini sangat nyaman" Arin membalas sapaan Jungkook sekaligus menjawab pertanyaan yang di berikan oleh Jungkook.
" Syukurlah" kata Jungkook dengan nada kelegaan.
" Kalau begitu, mari nona mengikuti saya menuju ruang makan" Jungkook mengisyaratkan Arin untuk mengikuti.
Arin mengangguk dan mengikuti di belakang Jungkook. Arin berjalan dengan menunduk. Arin sedang memikirkan hal apa yang harus di katakannya ketika bertemu sang tuan rumah. Di hari pertama dirinya tinggal di sisi saja, Arin sudah berlaku tidak sopan. Arin pasti akan di ceramahi tentang sopan santun saat bertemu tuan rumah nanti.
Jungkook memperhatikan tingkah Arin yang terlihat gelisah. Menurut Jungkook, kegelisahan yang sedang di alami Arin pasti karena Arin akan bertemu dengan tuannya. Padahal menurut Jungkook, tuannya itu tidak terlihat menakutkan. Perlu di tekankan itu menurut Jungkook, bukan orang selain Jungkook.
" Nona, silahkan menikmati sarapan anda" Jungkook menuntun Arin untuk duduk.
" Makanan ini banyak sekali. Berapa orang yang akan makan di sini?" Arin bertanya pada Jungkook karena di depannya saat ini tengah tersaji banyak makanan.
Arin tidak merasa heran jika di kastil yang luas ini terdapat banyak orang yang tinggal. Halaman yang luas, rumah yang sangat bersih dan makanan yang banyak menandakan bahwa di kastil ini harus mempunyai banyak pelayan untuk melakukan semua hal itu. Bahkan menurut Arin, sepuluh sampai lima belas orang saja pasti masih merasa kewelahan untuk mengurus kastil ini.
" Untuk saat ini hanya anda, Nona" Jungkook menjawab dengan senyuman polos.
" Ha!" Arin kaget dengan jawaban Jungkook.
" Benar, Nona. Setelah nona selesai sarapan, tuan ingin nona untuk pergi menemuinya di ruang kerjanya" Jungkook menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan Arin setelah sarapan.
" Kalau begitu, saya pamit, Nona" Jungkook memberikan salam perpisahan pada Arin.
" Jungkook, bisakah kau makan bersamaku?" tanya Arin.
" Tidak bisa, Nona. Permisi" Jungkook meninggalkan Arin sendirian di ruang makan.
Aku harus segera menyelesaikan sarapanku. Aku harus segera membereskan semua masalahku
Batin Arin
KAMU SEDANG MEMBACA
Why must me?
FanfictionArin merasa hancur setelah mengetahui Jason menjualnya untuk melunasi hutang. Arin akhirnya harus rela tinggal di rumah seorang pria yang sudah membelinya, Taehyung. Bagi Arin, Taehyung adalah seorang pria misterius yang jarang berbicara pada orang...